اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
__________happy reading______________Shafa membalikan badannya dan menatap seseorang itu, dapat Shafa lihat di hadapannya Zain menatapnya dengan tajam. Zain membawa secangkir kopi di tangan kirinya dan di tangan kanannya ia membawa beberapa kitab.
"A-anu Gus." Shafa memejamkan matanya ia berusaha berpikir tapi tidak menemukan alasan yang masuk akal, sudahlah Shafa sudah pasrah, ia juga tidak nyaman melihat tatapan Zain yang begitu tajam seakan-akan sudah siap memakannya hidup-hidup.
"Telat satu detik saja ke madrasah, siap-siap bersihin seluruh area pesantren!" tegas Zain.
Shafa membulatkan matanya, ia hendak protes namun tatapan tajam dari Zain membuat nyalinya menciut. Dengan cepat ia berlari menuju Madrasah. Zain tersenyum tipis ketika melihat Shafa yang hampir terjatuh karena berlari dengan sekuat tenaga.
Dengan nafas yang memburu Shafa duduk di dekat santriwati yang sedang menggigit pensil. "Kamu kenapa?" tanya santriwati yang bernama Gea.
"Di kejar setan," balas Shafa ngawur, Gea bersama 4 santriwati lainnya menatap Shafa dengan terkejut.
"Serius?" tanya mereka serentak, Shafa sontak menatap mereka semua dengan horor. Tidak menyangka bahwa mereka menganggap ucapannya serius.
Tidak butuh waktu lama Zain pun tiba mereka semua pun kembali ke posisi masing-masing.
Zain sedikit melirik ke arah Shafa yang terlihat masih mengatur nafasnya, iapun berdehem kemudian membuka kitab amsilatinya. Sebelum memulai Zain membacakan tawasul terlebih dahulu untuk pengarang kitab tersebut. Di ikuti oleh beberapa santri di sana kecuali Shafa yang hanya diam.
"Bismillahirrahmanirrahim, buka halaman pertama bab 1 hurup jer."
Shafa mulai membuka kitabnya. "Untuk sekarang karena kalian masih baru boleh lihat qo'idah nya tapi Minggu depan kalian sudah harus mulai menghapal materi yang ada di dalam qo'idah untuk memudahkan kalian dalam menjawab setiap pertanyaannya," jelas Zain dan merekapun mengangguk paham.
*****
"Kalian mau kemana?" tanya Shafa ketika melihat teman-temannya yang seperti sedang siap-siap.
"Kita mau nanem padi di sawahnya Umi," jawab Fitri yang sedang memakai kaos kakinya.
"Nanem padi di sawah? Yang becek penuh lumpur terus nanti kita nyemplung ke sana gitu?" celoteh Shafa.
"Iya, cepetan siap-siap kita harus bantuin Bu Nyai bawa barang-barang juga," ucap Ama yang sedang memakai kerudung dan menatap dirinya di pantulan cermin kecil.
"Teh Salwa mana?" tanya Shafa ketika tidak melihat sepupunya.
"Teh Salwa, Tuti sama Kaila di ndalem lagi masak sama teteh-teteh pengurus yang lain," jelas Fitri.
Shafa membulatkan mulutnya dan mengangguk paham.
"Kalian serius Mau pake sarung ke sawah? Gak takut nanti melorot tuh sarung?" tanya Shafa heran ketika melihat teman-temannya yang mengenakan sarung dan kemeja.
"Udah biasa kali!" balas Ama santai.
"Bantuin gue dong, pakein sarung," pinta Shafa ikut-ikutan lalu ia melemparkan sarungnya tepat ke muka Ama.
Ama berdecak kesal namun tak urung ia mulai membantu Shafa mengenakan sarungnya.
"Nah, udah," ucap Ama tersenyum bangga melihat hasil karyanya.
"Widih keren-keren, btw pinjem kerudung dong," ucap Shafa kepada Ama.
"Kamu kehabisan kerudung? Atau kamu cuman bawa kerudung dikit?" tanya Ama, bukannya ia pelit hanya saja ia heran waktu itu ia melihat barang bawaan Shafa yang bejibun.
![](https://img.wattpad.com/cover/360316186-288-k340985.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The story of Ma'had
Roman pour AdolescentsPesantren, satu kata yang bahkan tidak pernah ada dalam pikiran Shafa. Kabar mengejutkan dari kedua orangtuanya mengharuskan ia tinggal di sebuah penjara suci yang bernama pesantren tersebut. Mau tidak mau ia harus menerima keputusan kedua orangtua...