chapter 03

10 1 4
                                        

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

_________happy reading___________

Dua hari di pondok Shafa benar-benar merasakan kesibukan dan padatnya jadwal kegiatan di pondok tersebut. Namun semua berjalan lancar, belum ada tanda-tanda Shafa melakukan kekacauan.

Bahkan sekarang ia terlihat asik bercerita bersama teman sekamarnya. Shafa memang termasuk orang yang mudah akrab dan bergaul bersama orang baru, tidak heran jika sekarang Shafa terlihat sangat akrab dengan teman-teman sekamarnya.

"Ayo cepet berjamaah magrib!" Salwa menggedor-gedor setiap kaca kamar mengintruksikan supaya para santri untuk segera berangkat berjamaah ke masjid.

"Teh Salwa mode serius serem euy," ucap Ama ketika melihat Salwa yang menggedor-gedor kaca.

"Bukannya di pesantren salaf bebas ya?" tanya Shafa bingung.

"Maksudnya?" tanya Fitri.

"Iya, maksudnya gak ada peraturan gitu," balas Shafa sekenanya.

"Jadi gini Fa, emang di pesantren salaf tuh gak kaya pesantren moderen yang banyak peraturannya, tapi di pesantren salaf juga gak bebas leha-leha gitu aja, kamu tau kan? Setiap pesantren itu beda-beda peraturan, nah di sini juga, kalo Maghrib sama subuh wajib berjamaah di masjid, kalo enggak bakal kena ta'jiran," Jelas Tuti panjang lebar.

Shafa membulatkan mulutnya dan mengangguk paham, selang beberapa detik terdengar suara Adzan Maghrib dari masjid, dengan panik mereka berhamburan ke sana kemari ada yang mengambil mukena, ada yang berlari ke kamar mandi ambil wudhu, ada yang memang sudah siap dengan mukena yang di  kenakan seperti halnya Kaila.

Bagaimana dengan Shafa? Tentunya dia dengan santai berjalan menuju kamar mandi, dia hanya memakai celana training panjang dan kaos hitam pendek terakhir rambut yang ia ikat asal.

"Shafa buruan! Adzannya udah hampir selesai!" Tanpa sadar Ama menyeret tangan Shafa, sehingga Shafa  yang memang belum siap pun sampai tersandung-sandung karena tarikan Ama yang tidak main-main.

Saat mereka sudah di depan asrama, banyak pasang mata mengarah kepada mereka berdua lebih tepatnya kepada Shafa, yang hanya memakai kaos dan celana training lalu rambut yang di ikat asal.

"Astaghfirullah Shafa!" pekik Fitri ketika melihat Shafa yang tidak mengenakan mukena.

Ama repleks menghentikan langkahnya membuat Shafa menubruk punggungnya. "Awsh, jidat mulus gue!" gerutu Shafa dengan mengusap-usap jidatnya.

Ama segera berbalik, alangkah terkejutnya Ama ketika melihat penampilan Shafa, dengan gerakan cepat ia menutupi tubuh Shafa dengan mukena yang ia pakai, untung saja kompleks putra dan kompleks putri cukup berjauhan jadi tidak ada santri putra yang melihat Shafa barusan.

"Ama pengap tau!" teriak Shafa berontak di balik mukena Ama, namun dengan sekuat tenaga Ama berusaha menahan Shafa.

"Bentar ih, takutnya ada santri putra atau keluarga ndalem yang liat kamu gak pake kerudung!" bisik Ama.

Karena letak kompleks Aisyah yang berhadapan langsung dengan rumah Abah Yai, maka kemungkinannya sangat besar jika keluarga ndalem lewat di sana, namun untungnya nasib baik sedang berpihak kepada Shafa, sehingga tidak ada satupun keluarga ndalem yang lewat, sudah di pastikan jika Abah yai dan para menantu dan putranya sudah berada di masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah.

Shafa yang sudah merasa sangat pengap dengan sekuat tenaga melepaskan dirinya dari kurungan mukena yang Ama kenakan.

Shafa menghirup udara sebanyak mungkin. "Ah, adem," ucapnya tersenyum dengan mata yang tertutup menikmati udara yang ia hirup.

The story of Ma'had Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang