chapter 05

10 1 3
                                    

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
_____________happy reading___________

Setelah ngaji balagan subuh selesai, Shafa berjalan gontai menuju kamarnya, ia langsung merebahkan tubuhnya ke sembarang arah.

Ntahlah semenjak masuk pondok, Shafa jadi ngantukan. Bahkan tadi saat Gus Mukhlis mema'nai kitab pun Shafa tertidur pulas, untung saja Gus Mukhlis tidak melihatnya, karena Shafa duduk di barisan paling belakang.

"Shafa ayo!" ajak Fitri yang baru selesai menata kitabnya ke dalam kardus khusus kitab di lemarinya.

Shafa yang baru saja menutup matanya, sontak menatap ke arah Fitri. "Kemana?" tanyanya dengan menguap lebar.

"Hari ini jadwal kita piket bersih-bersih, terus kita piketnya di ndalem."

"Berdua doang?"

"Ya kagak lah, piket bersih-bersihnya dua belas orang terus di bagi-bagi ke beberapa tempat, nah kebetulan kita kebagian di ndalem bareng teh Fira yang di asrama sebelah."

Shafa hanya mengangguk, namun bukannya berdiri ia malah kembali menutup matanya, dengan cepat Fitri menarik tangan Shafa hingga sang empu berdiri, dan menatapnya dengan kesal.

**********

"Fa, Lo jemur baju di halaman belakang, biar gue sama teh Fira yang bersih-bersih di sini, tapi nanti kalo udah beres bantuin kita," titah Fitri dan di angguki kepala oleh Shafa.

Shafa mulai mengambil wadah yang berisi pakaian untuk di jemur. "Gila berat banget!" Gumamnya lalu kembali meletakan wadah tersebut, Shafa merentangkan otot-otot tangannya kemudian kembali mengangkat wadah tersebut.

Saat sudah sampai di belakang ndalem matanya berbinar ketika melihat seseorang yang terus bergelantungan di pikirannya, seseorang itu sedang mencuci mobil milik Abah Yai, dengan santai Shafa berjalan mendekat ke arah seseorang tersebut yang tak lain adalah Fauzan.

"Assalamualaikum A Fauzan," ujar Shafa dengan tersenyum manis.

Fauzan menghentikan aktifitasnya lalu menatap Shafa sekilas dan kembali menundukkan pandangannya. "Waalaikumsalam," jawabnya singkat.

"Kang ini sabun yang sampean minta." Seorang santri yang kisaran berusia 13 tahunan baru saja datang dengan membawa keresek hitam kecil yang berisi sabun untuk mencuci mobil.

"Makasih Fad," balas Fauzan.

"Ekhem, A Fauzan lagi apa?" tanya Shafa basa-basi.

"Heh teh! Sampean gak liat atau gimana?! Jelas-jelas kang Fauzan lagi nyuci mobil!" Celetuk Fadli santri yang berbadan kecil itu menatap Shafa dengan bertolak pinggang.

"Apasih sewot banget!" kesal Shafa seraya menatap Fadli.

"A Fauzan Shafa mau nanya dong, ibunya A Fauzan ngidam apasih sampe punya anak semanis A Fauzan," tanya Shafa tanpa mengalihkan tatapannya dari Fauzan.

"Ngidam gula!" celetuk Fadli yang di hadiahi tatapan sengit dari Shafa.

"Ih A Fauzan dingin banget, tapi gakpapa aku gabakal nyerah ko, sampai A Fauzan mau jawab," sambungnya.

"Teh sampean kan udah liat kang Fauzan gak respon omongan sampean, harusnya sampean tuh peka kalo kang Fauzan mau sampean cepet-cepet pergi!" celetuk Fadli.

"Diem deh cil, gue lagi ngomong sama calon imam gue," sinis Shafa.

"Udah jangan ribut Fad! Teh Shafa mau ngomong apa?" tanya Fauzan, yang akhirnya kembali merespon Shafa walaupun tatapannya tetap pokus pada apa yang ia kerjakan, namun tetap saja itu membuat Shafa sangat senang bukan main.

The story of Ma'had Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang