Saat mereka duduk di kantin, suasana terasa canggung ketika Jeffran mengambil pesanan untuk keduanya, dengan dua kali lipat porsi yang biasanya. Viorine memandang dengan kaget saat piring yang ditujukan padanya begitu penuh.
"EHH, gausah kali repot-repot amat," ujarnya dengan nada terkejut, mencoba menyamarkan kebingungannya.
Jeffran, dengan sikap cueknya yang biasa, tidak peduli tampak terlalu memperhatikan ekspresi Viorine. "Lo makan dulu, lo udah kurus kaya jelangkung kaya gitu, harus makan banyak oke?" ujarnya, suaranya tenang namun terdengar sedikit acuh.
"Eh, tapi gua ga makan sebanyak itu," kata Viorine sambil memandang porsi nasi yang diberikan oleh Jeffran dengan keraguan.
"Yaudah, gua bantuin lo makan, kalo lo ga abis, gua abisin," tawar Jeffran, tanpa menunjukkan banyak perhatian.
"IH, ga usah deh, apa coba lo ini," ujar Viorine, berdiri dengan agak kesal sambil ingin mengembalikan porsi nasi yang banyak diberikan oleh Jeffran.
"Duduk!" tegur Jeffran dengan nada tajam, memerintahkan Viorine untuk duduk dengan tegas.
Viorine, tanpa sepatah kata pun, hanya diam dan mematuhi perintah Jeffran dengan patuh, menunjukkan ketaatannya.
"Buset, tadi mirip kaya kelinci imut, sekarang berubah lagi kaya singa," gumam Viorine dalam hati sambil memakan makanan yang disuguhkan oleh Jeffran, sambil memperhatikan perubahan sikapnya.
Jeffran juga makan dengan sopan di hadapan Viorine, namun tidak bisa menahan diri untuk tidak mengomentari cara makan Viorine yang agak berantakan. "Makan itu yang bener, gausah kaya kucing berantakan," ucap Jeffran sambil mengambil tisu dan mengelap bibir Viorine yang penuh nasi dengan lembut, mencoba memberikan panduan tentang sopan santun.
Melihat perubahan mendadak dalam kepribadian Jeffran, Viorine tiba-tiba merasa terkejut dan kebingungan. "Ini siapa pasti bukan Jeffran!" ucapnya dalam hati, dengan detak jantungnya berdegup kencang.
Jeffran pun membuang tisu itu dengan santai, lalu melanjutkan makan dengan serius. Setelah selesai, dia menyatakan, "Oh ya, gausah gara-gara gua lapin tadi, cuma malu aja kalo dilihat mereka, lo ga liat?" ujarnya dengan nada berusaha meredakan ketegangan di udara.
"I-iya, siapa juga gr??? gajelas lo," jawab Viorine sambil tertawa melihat kekacauan yang terjadi.
Tiba-tiba, Rizki muncul di belakang Jeffran dan dengan tiba-tiba mengagetkannya, "DORR!!!"
Jeffran terkejut dan hampir tersedak dengan makanannya, sementara Viorine tertawa melihat reaksinya yang lucu.
"HAHAHAHAHAH, minum, minum," kata Viorine sambil memberikan air minum ke Jeffran.
Jeffran pun dengan cepat meminum air tersebut, lalu langsung menatap Rizki dengan tatapan yang penuh penasaran. "Hampir mati kesedak gua, Ki," ujarnya kepada Rizki dengan nada candaan.
"Dan lagi, lo juga ga ngajak gua kemari malah pacaran," ujar Rizki sambil tertawa, mencicipi makanan yang dimakan oleh Jeffran dengan senyum nakal di wajahnya.
"Noh, abisin aja kalo lo mau," ujar Jeffran sambil menyodorkan makanannya kepada Rizki dengan ekspresi santai.
"Thanks Brooo," ujar Rizki sambil duduk dengan santai, menikmati hidangan di depannya.
"Nih juga ada es teh belum gua minum kok," tambah Viorine dengan nada ramah.
"Eh, itu buat gua aja. Rizki pake punya gua," sahut Jeffran dengan sedikit nada protes.
"Tapi gua mau itu," protes Rizki sambil menunjuk es teh yang di beri viorine.
"Ini punya gua," tegas Jeffran dengan egois.
"Udah sih, berantem, minum aja kalian berdua," ucap Viorine dengan nada lembut, berusaha meredakan ketegangan.
"Tuh, bagi dua," ujar Rizki sambil memakan nasi yang ada di piringnya, sambil mencoba menciptakan suasana yang lebih santai.
"Makan yang banyak, bro," ujar Jeffran sambil tertawa kecil, mengomentari jumlah makanan yang telah dimakan Rizki.
"Iya," ujar Rizki sambil mengangguk setuju, sambil terus menyantap nasi hingga habis dengan lahapnya.
"Kenyang ga, Riz?" Tanya Viorine dengan ramah, ingin memastikan bahwa temannya telah merasa cukup kenyang.
"Udah, Rin," jawab Rizki sambil tersenyum, menunjukkan bahwa ia telah puas dengan makanannya.
"Oh ya, lo mau ngomong apa tadi?" tanya Jeffran dengan rasa ingin tahu, mengingat ada pembicaraan yang terputus sebelumnya.
"Oke, gua nyamuk, gua pergi dulu," ujar Rizki setelah selesai makan, lalu langsung pergi meninggalkan meja makan dengan gaya yang santai, meninggalkan Jeffran dan Viorine dalam percakapan mereka.
"Eh, gua mau tanya, siapa sih orang yang kemarin lo kejar?" tanya Viorine dengan nada serius, menyoroti hal tersebut.
"Gak ada apa-apa, itu cuma musuh gua," jawab Jeffran dengan nada santai, berbohong untuk ketiga kalinya.
"Serius lo?" ucap Viorine sambil menatap mata Jeffran dengan tajam, mencoba memastikan kebenaran dari jawabannya.
"Iya, lo emang siapa dia?" balas Jeffran, mengalihkan pertanyaan kembali ke Viorine.
Viorine merasa tertekan, dan tiba-tiba terlihat sedih saat dia menjelaskan, "Sebenernya, gua sama kaya lo Jeff, tapi ini lebih parah dari lo," ujarnya sambil memegang pipinya dengan ekspresi kesedihan yang mendalam, mencoba menggambarkan perasaannya.
"Emang lo punya hubungan apa?" tanya Jeffran, mencoba memahami situasi dengan lebih baik, menunjukkan ketertarikannya pada cerita Viorine.
"Dia cowo brengsek, Jeff, sekaligus mantan gua. Setiap gua liat dia, rasanya itu nyesek, pengen bener gua tabok muka dia. Padahal gua kemaren udah menjarain dia, tapi kenapa dia bisa bebas?" Ujar Viorine sambil meneteskan air mata, mengungkapkan rasa frustrasinya dengan lantang, mengungkapkan betapa dalamnya perasaannya.
Jeffran yang kaget mendengar itu lalu duduk di samping Viorine, mencoba menghiburnya. Dia tidak menyangka bahwa kakaknya yang brengsek itu adalah mantan dari Viorine.
"Lo serius?" ucap Jeffran dengan nada heran, mencoba memahami situasi yang baru saja diungkapkan oleh Viorine.
"Iya, dia itu brengsek banget, Jeff," ucap Viorine sambil menangis, menyakiti dirinya sendiri dalam keputusasaan.
Jeffran, yang tak tahan melihat keadaan Viorine yang terluka, langsung menghentikan apa yang sedang dilakukan Viorine yang melukai diri sendiri. Dia tahu bahwa dosa kakaknya harus ditanggung oleh adiknya, dan Jeffran merasa terpaksa untuk berbohong bahwa Jeffran dan Riano hanya sekadar musuh biasa.
"Rin, jadiin masa remaja lo ini kaya first impression of your life, masa remaja ga dateng dua kali. cari kesenangan lo dengan berbagai hal yang bisa bikin lo bahagia. gausah nangisin cowo brengsek kaya dia yang bisa ngerusak kebahagiaan lo. cari hal yang bahagia tanpa percintaan,not all happiness about love." ucap Jeffran sambil mencoba menghibur Viorine, memberikan nasihat bijak tentang pentingnya mencari kebahagiaan tanpa harus tergantung pada percintaan.
Ketika Viorine mendengar ucapan Jeffran, dia merasa sangat tenang. Dengan penuh rasa syukur, dia berkata, "makasih ya jeff" Senyumnya yang sebelumnya dipenuhi oleh air mata, kini memancarkan semangat baru.
"Ya, udah gak usah nangis lagi," ucap Jeffran dengan penuh pengertian, mencoba menenangkan Viorine.
"Dih, siapa yang bilang gua nangis!" ujar Viorine sambil tertawa bersama Jeffran. Akhirnya, keduanya kembali ke kelas dengan semangat untuk melanjutkan pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah untuk jeffran
Teen FictionKisah cinta antara Jeffran dan Viorine bisa menjadi menarik karena kontras antara kepribadian mereka. Meskipun Jeffran cuek dan jarang berinteraksi dengan perempuan, kehadiran Viorine yang memiliki trauma percintaan bisa menjadi pemicu perubahan bag...