Chapter 9

3 0 0
                                    

Saat tiba waktunya pulang sekolah, suasana di sekitar sekolah menjadi ramai oleh siswa dan siswi yang pulang. Viorine, Jeffran, dan Rizki berjalan bersama menuju gerbang sekolah.

"Viorine, lo pulang sama siapa?" tanya Rizki, mencari tahu rencana pulang temannya.

Viorine menghentikan langkahnya sejenak, menatap layar handphone-nya yang sedang berkedip.

"gua tunggu mama dulu," jawab Viorine sambil mengetik balasan pesan kepada ibunya.

Rizki mengangguk mengerti, "Oke, gua tungguin bareng lo."

Sementara itu, Jeffran terlihat berjalan dengan santainya menuju motornya, seolah tak terlalu memikirkan hal lain.

Berberapa menit seperti biasa,ibu Viorine begitu sibuk dan tidak bisa menjemputnya.

"Duh, kayaknya mama lagi sibuk," ujar Viorine dengan ekspresi kecewa.

Rizki memperlihatkan senyumnya yang penuh semangat, "Tenang, gua punya ide!"

Tiba-tiba, Rizki memanggil Jeffran yang sedang hendak memakai helm, "Jeffran!"

"Hah," sahut Jeffran sambil menoleh ke arah Rizki dan Viorine, lalu mereka berdua berjalan menuju tempat Jeffran dan motornya berada.

"Minta tolong sama lo, Jeff," ucap Rizki dengan ekspresi harap-harap cemas.

"Apa? Kalau bikin repot, mending enggak dulu," balas Jeffran sambil naik ke atas motornya dengan sikap santainya yang khas.

Sementara itu, Viorine masih bingung dengan percakapan mereka.

"Anterin Viorine pulang, Jef," pintanya Rizki, mencoba menjelaskan situasinya.

"Ih, gua nggak minta tolong kok!" pikir Viorine dalam hati sambil memandang tajam Rizki. Namun, Rizki hanya tersenyum dan membalas dengan kedipan mata yang menggoda.
"Kenapa enggak lo aja yang nganterin?" balas Jeffran sambil menghidupkan mesin motornya dengan suara yang berdenting di udara yang tenang.

"Duh, bensin gua abis, makanya gua ga bisa nganterin Viorine. Lagian, rumah kalian juga ga terlalu jauh," ucap Rizki sambil memberikan alasan dengan suara cemas yang terdengar di keheningan sore itu.

"Emang rumah lo di mana?" tanya Jeffran kepada Viorine dengan rasa ingin tahu yang memenuhi suaranya.

"Di perumahan gang Duku," jawab Viorine sambil tersenyum manis, wajahnya memancarkan kebahagiaan di bawah sinar matahari senja.

"Deket tuh, Jef. Anterin aja si Viorine, ga ada yang nganterin," kata Rizki sambil mengompori Jeffran dengan nada serius, tetapi juga penuh semangat.

"Naik," ujar Jeffran kepada viorine.
Viorine naik ke motor Jeffran sambil memegang erat bahunya. "Duluan ya, Riz," ucapnya dengan suara lembut, namun tiba-tiba Jeffran membawa motor dengan kecepatan yang tidak biasa, membuat Viorine refleks memeluk Jeffran dengan cepat, merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang.

Rizki hanya bisa menggelengkan kepala melihat mereka berdua yang pergi dengan cepat.

Saat berada di tengah perjalanan, suasana menjadi hening. "Nyaman nggak lo meluk gue?" tanya Jeffran sambil terus memegang kendali motor, merasakan kehangatan pelukan Viorine.

Viorine melepaskan pelukannya dengan tergesa. "Apa-apaan, enggak kok," ujarnya dengan suara yang agak terbata-bata.

Jeffran hanya tersenyum melihat reaksi kaget Viorine, dan mereka akhirnya tiba di rumah Viorine dengan selamat.

Viorine turun dari motor dengan hati-hati, menghela napas saat berada di depan rumahnya. "Kurangin ngebutnya, ga baik," ucapnya dengan nada lembut, mengingatkan Jeffran tentang keselamatan di jalan.

Kisah untuk jeffran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang