♪Saling rindu♪
°°°
Seperti biasa, Ahn Jina akan bangun di jam setengah enam. Berlalu mandi kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Tetapi, sebelum itu, Jina menghampiri sang ibu yang berada di dapur sedang menyiapkan sarapan pagi.
"Nah, makan dan habiskan," suruh Ahn Jira, ibunya.
Sudah tersaji di atas meja, tepat di hadapan Jina semangkuk dakjuk. Bubur sehat yang telah dilengkapi irisan daging juga sosis di atasnya. Ada tambahan lagi, suwiran ayam.
Sebelum mencicipinya, Jina menghirup aroma khas bubur itu dalam-dalam. Tampak lezat, dan tentunya sangat bergizi.
"Ibu memang yang terbaik." Jina memuji, mulai menyendokkan bubur tersebut masuk ke dalam mulutnya.
Sembari menikmati sarapan, Jina juga mengotak-atik ponselnya. Gundah terasa, berada di room chating KakaoTalk. Antara ingin mengirim pesan dan juga tidak.
Tertera di layar nama seseorang. Yang Jina namai Doctor Han. Sambil minum, tangan Jina agak begitu ragu menulis sesuatu untuk dikirim. Barang menyapa mungkin, tetap saja Jina merasa malu untuk memulai lebih dulu.
"Ck! Sama calon suami saja masih berpikir seribu kali."
Sigap sang adik, Ahn Jungkook mengambil alih ponsel milik Jina. Mengetik sesuatu di room KakaoTalk lalu mengirimnya dengan gamblang. Sialan sekali memang.
"Jungkook, kembalikan! Kembalikan ponselku!" pinta Jina berusaha meraih ponselnya yang tak kunjung adiknya itu berikan.
Malahan, dengan sialnya, Jungkook mengangkat tinggi tangannya hingga Jina susah payah berjinjit dan melompat-lompat kecil.
Sedangkan Jungkook tertawa gemas melihat nunanya itu yang kesusahan. Sudah tahu Jina hanya tinggi sedadanya, malah dijahili. Dasar adik durhaka.
"Jungkook, kau benar-benar tidak waras!" Jina mengumpat, nyalang matanya menatap Jungkook yang hanya menyengir tanpa dosa.
"Kau lihat," kata Jungkook mengarahkan layar ponsel kepada Jina. "Jimin Hyung membalasnya." Tatapan Jungkook beralih ke layar.
"Katanya, dia juga merindukanmu," sambungnya.
Benar-benar sialan. Jina terengah sudah mendengar penuturan Jungkook. Apa yang sudah lelaki berusia tujuh belas tahun itu kirimkan ke Doctor Han, sehingga membuatnya segera membalas pesan yang diketikkan oleh Jungkook?
"Kau gila? Apa yang sudah kau kirim pada Doctor Han?"
Disana Jungkook masih sibuk mengetikkan balasan. Berupa-
Semangat kuliahnya. Jangan lupa sarapan.
Memang sederhana, tetapi Jina merasa malu. Apa lagi Jina tidak pernah mengirimi Jimin pesan semacam, aku merindukanmu. Astaga, itu cukup menggelikan.
Apa nanti yang akan Jimin pikirkan tentangnya? Jangan sampai Jimin berpikir bahwa Jina adalah wanita yang selalu suka sok akrab dengan seorang lelaki.
"Huh, menyebalkan!" Jina berhasil merebut ponselnya dari Jungkook. Namun terlambat sudah, dua pesan telah Jungkook kirimkan bahkan Jimin yang berada di London sana sedang mengetik balasan.