3 - Siguiente

13 2 73
                                    

"Jeffrey kemana?"

Melihat salah satu anak buahnya seperti kebingungan sendiri, pelatih paskib pun menghampirinya.

"Ada apa ini? Kenapa?"

Pelatih menepuk pundaknya dari belakan, yang ditepuk berjengit kaget.

"Anu bang."
"Jeffrey."
"Bisa tampil kan?"

"Kenapa nggak?"

Belum sempat yang ditanya menjawab, seseorang terlebih dahulu menyambar pembicaraan, sambil berlari tertatih-tatih.

"BISA BANG BISA!"

Orang itu terengah-engah setelah sampai di depan kedua orang yang saling bercakap tadi, sembari menunjukkan celana yang disampirkan di lengannya.

"Tapi, cara pakenya gimana?"

Seniornya pun meraih celana yang ditunjukkan oleh orang itu.

"Sini gue pakein, Jep."

Pelatih yang melihatnya pun, tidak bisa tinggal diam, Beliau menggertak.

"JANGAN NGEHOMO YA!"

.

"Serius Lo bisa tampil dalam keadaan kayak gitu, Jep?"

Entah sudah berapa kali seniornya itu beritanya kepada dia sejak tadi. Jeffrey rasanya sudah lelah menjawabnya.

"Kaki Jepri cuma luka bang, bukan patah."

"Lagian Lo kemarin gimana si?"
Seniornya kembali bertanya sambil bersedekap dada.

Jeffrey mendongak.
"Gimana apanya?"

Lalu hal tak terduga dilakukan oleh seniornya itu. Dia tiba-tiba menepuk salah satu lutut Jeffrey yang baru saja terluka. Yang ditepuk hanya bisa meringis, menahan perih.

"Kok bisa kejongor sampek kayak gini?"
"Nyungsep 2× lagi."

Oh, demi apapun...Jeffrey sangat malu mengingat kejadian kemarin. Jeffrey bertugas sebagai keeper, dirinya hanya berusaha untuk menangkap bola, tetapi satu orang dari tim lawan tidak sengaja menjegalnya. Jeffrey tidak bisa menahan keseimbangan, alhasil dirinya terjatuh. Tetapi bodohnya, bukannya diam di situ atau langsung berdiri, Jeffrey malah berpindah tempat lagi untuk menangkap bola di sisi yang berbeda. Hal itu membuat Jeffrey tersandung kakinya sendiri dan terjatuh untuk yang kedua kalinya, dan menjadikan lututnya sebagai tumpuan, yang membuat kakinya seperti sekarang ini.

Lukanya masih belum sembuh, tapi dirinya sudah harus menampilkan pertunjukan paskibra. Tidak, sebenarnya bukan saat tampil yang dipermasalahkan. Melainkan kostum yang ia pakai, apalagi celana yang sangat ketat, benar-benar sangat menyiksa lututnya sekarang.

***

Shanju sedang melihat-lihat sekitar. Sangat ramai, semua murid berkumpul di lapangan sekarang. Beberapa pertunjukan dari berbagai ekstrakurikuler baru saja ditampilkan, dan sekarang waktunya ektra paskibra. Entah kenapa Shanju tidak berminat untuk melihat ekstra tersebut, jadi Shanju memutuskan untuk pergi saja menuju ke stand bazar jurusannya.

"Nggak pada nonton kah?"

Salah satu guru lewat di stand mereka, dan bertanya demikian.

Salah satu siswa menjawab.

"Tidak Bu, kita jaga stand saja."

Guru itu mengreyit.
"Loh Galih? Kamu nggak ikut tampil?"
"Bukannya kamu anak paskib juga?"

Yang ditanya hanya mengendikan bahunya.
"Tidak ah Bu, capek."

Summertime's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang