"Sudah berkumpul semuanya?"
Krekkkk...
Semua pandangan orang-orang di sana teralihkan kepada Jeffrey yang baru saja datang.
Jeffrey tidak tau kalau hari ini ada kumpulan, jadi dirinya hanya santai-santai saja dikelasnya sebelum latihan dimulai. Tetapi Galih, temannya yang kebetulan sedang lewat di depan kelasnya, memberitahukan sesuatu kalau hari ini ada kumpulan. Waktu Jeffrey tanya kenapa Galih tidak ke sana, jawabnya santai saja "gue kan gak terlalu penting di sana."
Tidak cukup sampai disana, Jeffrey justru malah memaksa Galih untuk ikut dengan dirinya. Bukan tanpa alasan, tapi kalau dihukum, agar dia memiliki teman."Kumpulannya udah mulai dari 15 menit lalu."
"Dan kalian baru ke sini sekarang?""Maaf, bang."
Jeffrey hanya menunduk, sedangkan Galih mencoba mencari pembelaan. Tetapi belum sempat temannya itu mengeluarkan suaranya...
"Push-up 30×"
"Siap bang!"
Diam-diam mereka berdua mengumpat di saat mengambil posisi push-up. Untung saja seniornya itu tidak mendengar, kalau sampai dengar, bisa gawat.
"Jadi, hari ini gue ngumpulin kalian semua di sini buat ngajak diskusi tentang acara diesnatalis."
"Kepala sekolah nugasin kita buat nampilin sebuah pertunjukan buat acaranya nanti."Ricuh, keadaan menjadi ricuh seketika. Bagaimana tidak, 1 Minggu lagi lomba, dan 1 Minggunya kemudian acaranya digelar, lalu kapan waktu latihan ataupun waktu istirahat untuk mereka semua.
"Tapi bang, Minggu depan kita lomba, bang."
"Tau."
Jawab seniornya, dengan menaikkan satu alis mengejek, yang rasanya ingin sekali dilempar sepatu oleh Jeffrey.
"Lalu kita latihannya bagaimana, bang?"
"Gini loh."
Semuanya terdiam.
"Yang nyuruh kalian semua buat tampil tu siapaaa?"
"Ya kalo yang lomba nggak bisa, yang nggak ikut lomba dong yang bakal tampil."Pikiran Jeffrey sudah mulai tenang sebenarnya, sebelum seseorang di belakangnya menyerobot sebuah pertanyaan.
"Tapi kan sebagian besar laki-lakinya mengikuti lomba, bang?"
"Terus, apakah hanya perempuan saja yang akan ditampilkan?"Seniornya sempat berpikir sebentar.
"Kecuali laki-laki, tetap ikut tampil."
Jeffrey mungkin bisa menahan emosinya, tapi tidak dengan Galih.
"Nggak bisa bang, saya udah daftar futsal."
"Saya mau wakilin kelas saya di futsal."Lampu hijau untuk Jeffrey, pasalnya Jeffrey juga sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti pertandingan futsal di acara tersebut.
"Saya juga sudah daftar futsal, bang."
"Halah, sekali-kali berkontribusi kek."
"Berkontribusi apaan?"
"Lo sekali-kali ikut tampil paskib kek."
"Ikut ke sini kayak mau nyari nama doang."
"Lebih mentingin futsal lagi."Amarah Galih sudah tidak bisa dibendung lagi sekarang. Wajahnya merah padam menahan amarahnya sejak tadi.
"Heh! Gue ikut futsal juga buat wakilin kelas Lo, bego!"
Si 'orang' yang diajak bicara pun sepertinya juga tidak mau kalah.
"Buat ikut futsal kan anak lainnya masih ada, nggak harus Lo!"
"Ya terserah gue dong, orang gue maunya ikut futsal."
"Kenapa? Masalah buat Lo?"