2. |SAK| Jodoh yang di takdirkan

32 8 0
                                    

2. JODOH YANG DI TAKDIRKAN

Drttt...
Drttt...
Drttt...

Getaran halus terasa di dalam saku celana bahan yang Sakusa kenakan sekarang.

Setelah bertemu dengan perempuan random yang sedang melakukan konten di atas jembatan. Tiba-tiba ada panggilan telepon masuk. Sakusa mengusap wajahnya dengan tangan dulu sebelum mengambil ponsel pintar di saku celana kanannya.

Ternyata itu telepon dari adiknya, Komori.

"Assalamu'alaikum, kenapa? " Angkat Sakusa setelah menggeser tombol hijau di dalam ponselnya.

"Waalaikumsalam, aa masih di jalan kan? Belum deket pesantren? " Tanya Komori di seberang telepon.

"Belum, kenapa? " Sahut Sakusa santai dengan suara beratnya yang halus. Enak banget kayaknya kalo di ajak sleep call. Asli.

"Ambu katanya mau nitip beliin bumbu dapur buat di rumah. Sekalian juga mau nitip beliin makan. List bahan-bahan nya juga nanti di kirim di chat WA ya. " Ucap Komori.

"Itu aja? " Tanya Sakusa.

"Iyaa. " Jawab Komori.

Sakusa mengangkat lengan kirinya yang di lingkari oleh jam tangan hitam. Di sana waktu sudah menunjukan pukul 14.05 masih ada waktu sebelum nanti malam.

"Yaudah, aa beliin. "

"Makasih a! Assalamu'alaikum. "

"Waalaikumsalam. "

Oke, sepertinya Sakusa harus balik lagi untuk mengunjungi supermarket terdekat. Itung-itung ngabuburit, ngabuburit kan nggak selalu pas bulan puasa aja. Apa lagi jalan kaki, jadi sehat. Nabi Muhammad aja mampu berjalan delapan hari dari Madinah ke Mekah. Masa ini cuman jalan beberapa meter aja gak sanggup?

Akhirnya Sakusa berhasil membeli bumbu dapur dan camilan yang di pesan oleh adiknya Komori. Sekarang laki-laki itu tinggal pulang kerumahnya.

"Bentar lagi Asar. " Gumam Sakusa. Tanpa menunggu apapun lagi, dia pergi dari supermarket itu.

Namun, lagi-lagi Sakusa di pertemukan dengan perempuan random yang sebelumnya sedang membuat konten itu. Kali ini dia tampak di kerumuni oleh sekumpulan cowok-cowok, tampilannya sih kaya preman.

Sakusa tadinya mau diem aja sambil pura-pura gak tau dan nyelonong pergi. Toh mungkin preman itu temen-temennya kan? Tapi niat Sakusa malah ter-urungkan, karena setelah pandangan mereka bertemu, raut wajah dari si perempuan itu seolah meminta pertolongan.

Mau tidak mau Sakusa membantunya, dia juga hamba Allah. Sudah sepatutnya Sakusa menolong sesama.

Para preman itu menoleh ketika merasa ada seseorang di belakang mereka. Bayangannya terlihat.

"Aya urusan naon? " Tanya preman itu nggak santai.

"Permisi, dia saudara saya. " Kata Sakusa.

Para preman itu tertawa. "Halah, gak usah sok jadi pahlawan kesiangan. Uing nyaho si neng lain dulur maneh pan? Ngawadul siah! "

"Saya gak bohong. " Kata Sakusa lagi.

"Ngaleyed iye. Hajar barudak! " Titah salah satu preman itu untuk menghabisi Sakusa dengan cara menonjoki nya. Tapi Sakusa dengan santai menghindari semua serangan itu.

Terlihat amatir soalnya, karena serangan dan pukulan mereka itu asal. Bukan di dasari oleh ilmu bela diri. Karena sudah keterlaluan dalam menyerang, dengan perlahan Sakusa melemparkan pukulan ke salah satu wajah preman itu.

Suara Arahan Khidmat [Haikyuu Religi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang