5. KARENA GENGSI
"Saya berangkat dulu. Assalamu'alaikum. "
"Waalaikumsalam. "
Pagi ini Sakusa nampak terburu-buru menuju kampusnya.
Sebagai istri yang baik Atsumu sudah menyiapkan semua hal yang di perlukan suaminya. Tapi ada satu hal yang tidak mereka lakukan. Sekalinya tidak melakukan malam pertama, mereka juga tidak melakukan kebiasaan lumrah yang biasa pasangan suami istri lakukan; yaitu mencium tangan suami atau suami yang mencium kening istri.
Mereka berdua malah terlihat seperti orang asing yang di suruh tinggal dalam satu rumah.
Tiga menit yang lalu, Sakusa menunggu Atsumu di ambang pintu untuk menjemputnya keluar. Tapi setelah dia tunggu tidak ada tanda-tanda kemunculannya sama sekali. Sakusa juga tidak bisa berteriak untuk memanggilnya terus, jadi cukup satu kali dengan suara yang terdengar.
Sementara Atsumu, dia sekarang berada di dapur dengan tumpukan piring kotor dalam wastafel. Dia mencuci selayaknya mencuci piring pada umumnya. Tidak ada sesuatu lain.
Setelah selesai mencuci perabotan rumah yang kotor. Atsumu berjalan kearah gantungan lap untuk mengeringkan tangannya. Lalu matanya melirik keatas meja makan. Disana ada sesuatu yang mengganjal penglihatannya.
"BEKALNYA SAKUSA KETINGGALAN! "
Drap drap drap!
Atsumu berlari sekuat tenaga tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya yang terkejut melihat Atsumu berlari seperti di kejar setan.
"Bukannya itu istrinya gus Sakusa ya? " Salah satu santri akhwat berbicara spontan ketika melihat Atsumu keluar tanpa menggunakan kerudung. "Mau kemana ya? "
"Gak malu apa gak pake kerudung? " Ucap santri akhwat lainnya.
"Kalian juga nggak malu apa ngomongin orang di belakang? " Tiba-tiba seseorang dari belakang berbicara sambil melipat tangannya dan menatap mereka dengan tatapan tajam.
"Kalian juga tau sendiri gibah itu gak baik. Bisa-bisanya- HMPPP!!! "
"Maaf, dia emang suka nyerocos. Tapi kalian juga harus bisa kontrol omongan ya. Kalau gitu permisi. " Perempuan dengan kerudung putih itu membekam mulut seorang gadis yang sedang membela Atsumu karena di bicarakan buruk oleh orang lain.
Sugawara menarik Futakuchi ke lain tempat sambil terus membekam mulut gadis berkerudung cokelat muda itu.
"Suga! Apaasih? Main bekem-bekem mulut orang aja. Mereka tuh kalo nggak di kasih tau, bakalan tuman nantinya! " Ucap Futakuchi kesal, sambil mengusap mulutnya.
"Ihh kamu ileran... " Sugawara menempelkan telapak tangannya pada batang pohon di sampingnya untuk mengelap.
"Kamu juga salah, kalo mau menasihati orang itu, bukan dengan cara menggerutu kaya orang emosi. Yang di nasehatin nya juga kayak nya ogah dengerin kamu ngomong kaya gitu. " Ucap Sugawara sambil berdecak pinggang.
"Iya iya. Tapi tadi istrinya gus buru-buru gitu mau kemana ya? " Futakuchi menghela nafas. Dia mengubah topik.
"Mungkin nganterin bekel yang ketinggalan. Tadi aku liat Atsumu bawa kotak. Kayaknya itu bekel nya deh. " Ujar Sugawara.
"Ohh... "
"Mau di samperin gak Atsumu nya? Sekalian kan Ambu nyuruh buat kita ngajak Atsumu keliling pesantren. " Ajak Sugawara.
"Yaudah, ayo. " Futakuchi mengangguk.
Di tempat lain. Atsumu sudah berhasil memberikan bekal suaminya yang tertinggal. Sakusa benar-benar manis saat tersenyum, apa lagi sambil mengucapkan terimakasih pada Atsumu. Penjaga satpam pun sampai berdehem melihat keromantisan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Arahan Khidmat [Haikyuu Religi]
Fiksi UmumBeberapa karakter transgender!!! Atsumu tidak menyangka kalau dia akan di jodohkan oleh orang tuanya, hanya karena mereka sahabat karib saat di SMA. Atsumu kabur dari rumah setelah mengetahui orang yang akan di jodohi nya adalah seorang anak santri...