4. TITIK MENUJU AWAL KISAH SEBENARNYA
Suasana cukup ramai dengan anak-anak santri. Serta orang-orang dari keluarga Atsumu yang di undang ke acara pernikahan nya. Sejauh ini perasaan Atsumu tidak terlalu menggebu-gebu, tapi setelah dia di gandeng oleh sang ayah untuk menghadap suami. Jantung Atsumu mulai bercampur aduk.
Hari ini adalah hari dimana dia akan resmi menjadi istrinya Sakusa. Mulutnya tak berhenti berdo'a terus untuk kelancaran acara ini, dan berharap ini adalah salah satu cara dari Allah untuknya menjalani hidup.
Jam sudah menunjukan waktu acara yang akan segera di mulai. Sakusa menarik nafasnya dalam-dalam, dia sudah siap. Ya, hanya dengan berbekal kan bismillah Sakusa merasa sangat siap.
Para tamu duduk rapih di kursi yang sudah di sediakan, sambil mendengarkan kotbah nikah.
Iwaizumi sebagai wali nasab Atsumu, dan satunya lagi seseorang yang menjadi wali hakim. Setelah penghulu bertanya atas kesiapannya kepada Sakusa sebanyak tiga kali, dan Sakusa sudah siap. Maka acara intinya akan di mulai.
Iwaizumi dan Sakusa kini saling berjabat tangan dengan sangat mantap. Iwaizumi tersungging senyum, hari ini anak gadisnya akan sah menjadi wanita pendamping untuk orang lain.
Sehelai kain putih lebar di letakan di atas dua puncak kepala Sakusa dan Atsumu yang duduk bersampingan.
Atsumu terus menunduk, rasanya dia tidak berani untuk menatap ayahnya dan Sakusa saling mengucapkan kalimat untuk menyerahkan dan mendapatkan dirinya.
Iwaizumi yang sebelumnya tersenyum, kini menatap Sakusa dengan serius. "Bismillahirrahmanirrahim. Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Miya Atsumu alal mahri taqm 'adawat salat wamiayat jiram min aldhahab hallan. "
Sambil menutup mata Sakusa mulai menarik nafas untuk menjawab ijab dari wali calon istrinya. "Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq! " Dia menghela nafas lega setelah berhasil mengucapkannya tanpa terbata-bata.
Ayah Atsumu yaitu Iwaizumi langsung tersenyum melihat betapa hebatnya Sakusa dalam mengucapkan kobul tanpa salah sedikitpun. Lalu tidak lama penghulu mengeluarkan suara.
"Bagaimana? Para saksi, sah? "
"SAHH!!! "
"Alhamdulillahirrabill'allamin... "
Setelah semua orang termasuk Sakusa mengucapkan Hamdalah, di lanjutkan oleh penghulu membacakan beberapa lafaz do'a nikah. Lalu Sakusa dan Atsumu saling memasangkan cincin. Sakusa mencium kening istrinya, kemudian Atsumu mencium punggung tangannya Sakusa. Hingga berakhir mereka menandatangani buku nikah.
Setelah semua acara selesai, sekarang giliran penyerahan mahar. Sakusa dengan mic yang sudah dia pegang, bersiap akan membacakan surah Ar-Rahman.
Lantunan surah Ar-Rahman yang Sakusa bacakan membuat semua tatapan mata tertuju kagum. Apa lagi mendengar bagaimana merdunya suara berat laki-laki itu.
Dari posisi kursi tamu yang cukup jauh. Akaashi menatap Sakusa dengan tatapan sedu, dia tersenyum. Menyayangkan bahwa surah yang dia kira akan menjadi mahar pernikahannya malah menjadi milik orang lain.
Kuroo, seorang gadis yang duduk tepat di sebelahnya segera mengelus punggung Akaashi. Merasakan sebuah sentuhan lembut itu Akaashi kemudian menoleh dan menatap Kuroo dengan senyuman.
Saat Sakusa masih terus melanjutkan lantunan Al-Qur'an dengan khusyuk, tiba-tiba ucapan ambunya teringat kembali.
"A, meskipun Atsumu perempuan yang kurang faham soal agama, tapi aa teu kenging ningali si neng sebagai perempuan tanpa adab atau ilmu. Ambu yakin aa tiasa mendidik Atsumu sampai bisa menjadi perempuan yang hidup di jalannya Allah. "
"Ambu percaya, da Atsumu mah nurut anak na. Bageur. "
Begitulah ucapan Semi kemarin saat mereka mengobrol secara empat mata. Sakusa bukan tidak mau dengan pernikahan ini, tapi Sakusa hanya belum siap menjadi suami yang baik. Apa lagi jika istrinya Atsumu. Sakusa semakin merasa kurang yakin bisa mendidiknya sebaik itu.
Saat pernikahan mereka tinggal beberapa hari lagi pun Sakusa belum pernah mengobrol panjang dengan Atsumu.
****
"Ayo shalat isya. " Ajak Sakusa.
Acara pernikahan mereka sudah benar-benar selesai. Setelahnya Sakusa membawa Atsumu ke pesantren dimana rumahnya berada.
Jujur, saat pertama kali menginjakan kaki di gerbang pesantren saja. Semua santri ikhwan dan akhwat berjejer untuk memberikan salam dengan cara menundukkan kepala mereka.
Atsumu sudah lepas dari make-up dan pakaian pengantin yang menurutnya cukup ribet. Kini Atsumu hanya mengenakan pakaian piyama tidur yang dia bawa dari rumah.
Mendengar suaminya mengatakan hal tersebut, Atsumu hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang untuk mengambil wudhu.
Setelah lancar mengambil air wudhu, Atsumu terdiam sebentar.
"Kenapa? " Tanya Sakusa. Dia bingung karena Atsumu tiba-tiba diam.
"Aku lupa bacaan habis wudhu. " Ucap Atsumu kaku.
Sakusa menghela nafas, dia kira ada apa. Ternyata istrinya ini lupa bacaan sesudah wudhu. Saat mengambil wudhu sih Atsumu lancar jaya, jadi Sakusa Kira Atsumu bisa bacaan sesudah wudhu nya. Ternyata nggak.
"Yaudah, ikutin. " Sakusa mulai membacakan do'a tersebut, diikuti oleh Atsumu.
Canggung banget sebenarnya. Apa lagi setelah shalat maghrib. Atsumu dan Sakusa sama-sama terdiam tidak berbicara apapun. Kebetulan nikah mereka itu hari Kamis, maka malam jum'at nya mereka bisa melakukan sunnah rosul.
"Atsumu. " Panggil Sakusa pelan.
"Ya? " Atsumu menoleh.
Perlahan wajah Sakusa dan tubuhnya mendekat pada Atsumu. Tangannya dengan hati-hati seakan ingin menggenggam tangan istrinya kuat-kuat. Beberapa inci lagi mereka akan bersentuhan. Tapi dengan cepat Atsumu mundur, dia menunduk.
Sebagai suami pastinya Sakusa bingung sekali dengan respon istrinya.
"Aku gak bisa ngelakuin itu sekarang. Jadi aku bilang langsung biar kamu nggak berharap. " Kata Atsumu dengan nada tidak nyaman. Dia masih menjaga jarak.
Sakusa cukup terkejut mendengar nya, tapi lebih baik seperti itu daripada Atsumu terus diam tanpa bertindak.
"Gak papa. Nggak usah buru-buru juga. " Sakusa tersenyum simpul, laki-laki itu sambil menyesuaikan jaraknya dengan Atsumu.
"Maaf... " Atsumu menatap Sakusa dengan rasa bersalah.
"Muhun neng... " Sakusa membalasnya dengan suara lembut.
Atsumu ikut tersenyum. "Kok sekarang jadi baik banget. Padahal pas itu judes. " Atsumu teringat saat pertama kali mereka bertemu. Kejadian yang agak memalukan sebenarnya.
"Saya cuman jaga pandangan dari perempuan yang bukan mahram. Takdir gak ada yang tau, ternyata kita yang baru ketemu kemarin aja, tiba-tiba nikah sekarang kan? " Sahut Sakusa lembut.
"Iya juga ya. Nggak mungkin kan suami galakin istri, apa lagi pengantin baru. " Pikir Atsumu sambil bergumam.
"Itu tau. "
Tbc.
Aduhh.... Atsumu kesian atuh suaminya di diemin
Atcumu kenapaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Arahan Khidmat [Haikyuu Religi]
General FictionBeberapa karakter transgender!!! Atsumu tidak menyangka kalau dia akan di jodohkan oleh orang tuanya, hanya karena mereka sahabat karib saat di SMA. Atsumu kabur dari rumah setelah mengetahui orang yang akan di jodohi nya adalah seorang anak santri...