Selamat membaca!
⋆.ೃ࿔*:・
Suasana siang tak menyurutkan semangat para prajurit yang tengah berlatih di tengah terik matahari. Lapangan yang memang disiapkan sebagai tempat latihan bagi para prajurit tersebut dipenuhi oleh lelaki yang bertelanjang dada. Kebanyakan dari mereka tengah berlatih pedang, ada juga yang tengah berlari mengelilingi.
Namun fokus mereka tengah teralihkan dengan kedua orang yang tengah bersiap beradu pedang. William, yang awalnya tengah memperhatikan para prajuritnya tiba-tiba didatangi seseorang yang menghalangi pandangannya.
"Salam hormat, Putra Mahkota."
Alis William menukik melihat seseorang didepannya. Michael, adik tirinya yang juga merupakan salah satu prajurit di kerajaan muncul setelah beberapa minggu ini tampak menjaga jarak. Entah apa yang terjadi namun William yang dasarnya tak dekat dan tak perduli pun tidak terlalu memikirkannya.
"Salam, Michael." balas William
Michael tak langsung membalas, namun ia menundukkan sedikit badannya seraya memegang sabuk pedangnya.
"Apakah kakak mau bertarung pedang denganku?" ujar Michael, William yang mendengarnya pun tampak makin mengeryitkan alisnya.
Lelaki didepannya ini. Bahkan tak pernah mencoba berinteraksi terlalu banyak padanya. Seakan sadar bahwa kedudukannya di istana adalah hal yang dianggap salah. Lelaki itu seakan memiliki dunianya sendiri.
"Kau mengajakku bertarung?" tanya William
"Ya, jika kakak tak keberatan. Kurasa kemampuan pedangku tak bisa dianggap remeh juga. Bagaimanapun aku tetap putra raja, bukan."
Senyum William muncul ketika mendengarnya. Sisi kompetisinya seakan tertantang mendengar ucapan Michael.
"Terdengar bagus, adikku."
⋆.ೃ࿔*:・
Bunyi pedang beradu seakan menjadi instrument pengiring peristiwa siang ini. Baik Michael dan William seakan tak ada yang mau mengalah. Bahkan keduanya masih memberi serangan beruntun.
Clash..
Clash...
Michael tampak menangkis serangan William yang ingin menyerang bagian dadanya, lelaki itu balas menyerang tangan William yang ditangkis baik oleh lelaki itu.
Trang...
Memanfaakan kelengahan Michael, William memberikan serangan pada lengan atas lelaki itu. Sontak robekan kain serta goresan panjang di lengan lelaki itu membuat Michael kaget. Ia kecolongan saat menangkis serangan William.
Prajurit yang sedari tadi menonton pun juga tampak tegang. Michael yang tak pernah terlibat apapun dengan Putra Mahkota tiba-tiba entah angin apa mengajak lelaki itu berduel.
"Kurasa cukup untuk hari ini. Kemampuanmu sudah baik, tapi latih fokusmu karena kau bisa mati di medan perang jika masih mempertahankan fokus seperti itu." William berjalan meninggalkan Michael yang masih terdiam di tempatnya.
Lelaki itu menatap William yang berjalan menjauh, diikuti dengan beberapa prajurit yang membubarkan diri karena pertunjukan telah selesai. Netra lelaki itu tampak marah. Dengan memegang lengannya yang berdarah, Michael membanting pedang yang ia pakai untuk bertarung tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Chance
FantasyMelisa sudah sering sekali membaca novel transmigrasi. Tidak seperti pembaca lainnya yang mendukung percintaan protagonis agar bersama. Ia lebih menyukai semangat Antagonis yang tak kenal lelah. Harusnya sih hanya membaca saja. Namun ia tidak menyan...