Selamat membaca!
⋆.ೃ࿔*:・
Pemberontakan yang terjadi di wilayah utara nyatanya membuat pasukan William harus bersiaga kurang lebih 1 bulan. Lebih lama dibanding yang dijadwalkan yaitu 10 hari. Setelah mengalami cedera ringan kemarin, William langsung turun ke lapangan kembali. Sebagai seorang Pemimpin, tentu saja keberadaan William sangat vokal disana. Lelaki itu pantang pulang sebelum menyelesaikan permasalahan disana. Sudah 1 bulan pula ia tak pernah bertukar kabar dengan Kerajaan di pusat kota, termasuk dengan tunangannya, Alicia.
Sadar bahwa sebentar lagi ia dan rombongan akan pulang karena telah menyelesaikan penjagaan membuatnya tak sabar menyiapkan dirinya. Walau muncul perasaan heran dimana Alicia tak sekalipun mengirimkannya surat, namun ia memaklumi karena setelah kejadian ia mendorong Alicia dulu, gadis itu sedikit berubah. Mungkin saja gadis itu masih sakit hati dengan perlakuannya dulu. Namun William berharap keduanya bisa memperbaiki hubungan sebelum membicarakan pernikahan.
Saat sedang duduk bersantai menatap danau di depannya, suara langkah kaki dari belakang mengejutkannya. Seketika ia menolehkan kepalanya ke arah belakang siaga, berpikir itu salah satu penyusup yang mungkin saja masih tersisa walaupun ia yakin semua sudah dibasmi.
"Maafkan aku Putra Mahkota. Apakah aku mengejutkanmu?"
Gadis perawat yang mengobatinya kemarin muncul perlahan mendekatinya. Sontak William yang awalnya siaga langsung melemaskan kembali badannya.
"Tidak. Hanya saja aku cukup kaget karena kau bisa sampai disini."
"Aku baru saja dari rumah salah satu warga di dalam hutan, beliau membutuhkan obat untuk anaknya yang demam. Maaf kalau aku menganggumu, Putra Mahkota."
Selena, gadis itu baru saja pulang dari salah satu rumah warga yang melewati danau tersebut. Ketika melihat sosok familiar yang tengah menatap sendiri ke tengah danau, kakinya seketika melangkah sendiri mendekati. Seakan hatinya tertarik untuk mendekati lelaki yang beberapa waktu ini menganggu pikirannya.
"Desa kalian sudah aman. Hanya saja tetap berhati-hati saat berpergian sendiri. Aman dari musuh bukan berarti aman dari kejahatan lainnya."
"Terima kasih, Putra Mahkota. Anda sangat bekerja keras selama disini. Semoga kebaikan selalu menyertai anda."
William hanya mengangguk, lelaki itu perlahan bangkit dan berjalan meninggalkan danau. Sampai suatu tangan menggapai pergelangan tangannya.
"Ma-maafkan hamba, Putra Mahkota. Maaf kalau hamba lancang. Apakah anda akan bersiap untuk kembali ke Kerajaan?"
William mengerutkan alisnya, seketika melepaskan tangan yang masih bertengger di pergelangan tangannya itu. "Ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Chance
FantasyMelisa sudah sering sekali membaca novel transmigrasi. Tidak seperti pembaca lainnya yang mendukung percintaan protagonis agar bersama. Ia lebih menyukai semangat Antagonis yang tak kenal lelah. Harusnya sih hanya membaca saja. Namun ia tidak menyan...