1. Pembenci Hari Senin

130 11 1
                                    

Mengapa hari senin menuju hari minggu terasa sangat lama dan mengapa hari minggu menuju ke Senin sangat singkat adalah pertanyaan yang berada di benak segenap budak korporat yang kemudian membuat mereka malas pergi ke kantor di hari senin dengan jargon i hate monday, yang begitu mendunia itu.

Tapi di antara semua pekerja kantoran yang membenci hari senin setelah libur sabtu minggu, ada seorang karyawan yang menyukai hari senin. Namanya Caily Eden. Bukan karena Lily adalah satu pekerja kantor yang amat sangat langka dan penuh dedikasi pada pekerjaan, tapi ada satu alasan mengapa dia merasa hari senin adalah hari yang sangat menyenangkan. Alasannya karena dia bisa bertemu dengan Archandra Gouw. 

Chandra adalah Direktur kantor tempat Lily bekerja. Dia adalah cucu pendiri Total Solution Secure System, perusahaan tempat Lily bekerja, dan ya...Chandra memiliki segala hal yang semua wanita inginkan. Kemapanan, wajah rupawan, tubuh atletis dan juga keangkuhan. Untuk hal yang terakhir, adalah sifat buruk tapi entah mengapa malah menjadi poin plus bagi para pemuja Chandra. Mungkin, membuat Chandra semakin menjadi target yang menantang untuk dijangkau. Hampir lima puluh persen karyawati di T3S merupakan FBC—fans berat Chandra, meski lelaki itu bersikap masa bodoh dengan semua karyawati yang menunjukkan ketertarikan kepadanya.

Jadi dengan alasan ada hati yang berbunga-bunga hanya karena mata menatap seseorang yang dipuja, Lily memutuskan untuk tidak bergabung dengan segenap budak korporat pembenci hari senin. Dengan semangat empat puluh lima, Lily akan berangkat ke kantor dan berada di meja kerjanya yang terletak di lobby kantor T3S. Lily bekerja di bagian resepsionis, merangkap operator dan juga admin surat menyurat. Pekerjaan yang cukup penting tapi tidak mendapatkan perhatian dari perusahaan, menilik dari gaji yang ditransfer sebagai bayaran untuk Lily cukup pas-pasan.

Semangat empat puluh lima yang Lily rasakan setiap senin sangat berbanding terbalik dengan pujaan hatinya. Senin pagi itu, saat ponselnya berdering nyaring, Chandra sedang tidur pulas bersama seorang wanita setelah semalaman mereka menghabiskan waktu untuk party dan juga melakukan hal-hal pribadi berating dewasa.

Chandra sangat kesal karena dering ponsel yang tidak kunjung berhenti mengusik tidur lelapnya, dan setelah dia mencoba menenggelamkan kepalanya di balik bantal berulangkali berharap dering ponselnya tidak lagi menganggu tapi gagal, pada akhirnya Chandra mengambil ponselnya.

"What?" seru Chandra kesal pada seseorang yang menelpon.

"Good morning, Bos. Udah hampir jam delapan waktunya...."

"Gue nggak masuk kerja!"

"Tapi Bu Connie minta aku buat ingetin Bos kalau hari ini musti ke kantor."

"Ya udah, nanti gue datang ke kantor!" balas Chandra tanpa membuka mata dan beranjak dari ranjang.

"Ngomong-ngomong ke kantor jam berapa Bos? Bu Connie minta Bos datang jam sembilan buat rapat."

"Holycrap! Kenapa baru bilang sekarang?!" Chandra melompat dari ranjang dan berlari ke kamar mandi, membersihkan diri secepat yang dia bisa dan bersiap ke kantor.

Tidak ada yang bisa membuat Chandra terbirit-birit pergi ke kantor kecuali Connie Miriam Gouw. Wanita itu adalah pendiri T3S Group sekaligus nenek Chandra. Connie adalah wanita besi menurut Chandra, disiplin, tegas, tega dan kadang kejam. Meski Chandra adalah cucu Connie, tapi Connie tidak segan melontarkan ancaman untuk mendepak Chandra dari perusahaan dan memblokir semua akses kartu kreditnya. Dengan ancaman sedahsyat itu, Chandra tidak berani melanggar perintah neneknya. Maklumlah, sedari bayi, Chandra sudah dimudahkan dalam segala hal, dia bagaikan macan yang lahir di penangkaran, yang tidak akan hidup jika dilepas-liarkan, karena terbiasa hidup dengan segala kemudahan dan kemewahan.

Chandra baru selesai mengenakan kemejanya saat ponselnya kembali berdering.

"Opo seh!" Chandra berkata sewot.

"Aku di depan pintu, Bos."

"Masuk aja!" sentaknya pada sekretarisnya, Benaya Adhiguna.

"Yang? Kamu mau kemana?" Suara raspy khas suara orang baru bangun tidur terdengar waktu Ben melangkahkan kaki masuk ke apartemen Chandra dan membuat langkah lelaki itu terhenti.

"Kerja." Chandra terdengar menjawab.

"Pagi banget sih, Yang? Kan kamu bos, masa datangnya pagi banget?"

"Lo mau di sini apa cabut sekarang?"

"Kamu ngusir aku Yang?"

"Gue mau kerja dan nggak ada siapa-siapa di sini, jadi mendingan lo cabut aja sekarang."

"Kok kamu tega banget sama aku?" Suara perempuan itu terdengar merajuk dan Ben mencebik, pasti sebentar lagi dia  yang harus mengurus wanita itu.

"Ck! Nggak usah drama deh! Nanti sekretaris gue yang urus semua. Oke?"

"Tapi kita bisa ketemu lagi kan Yang?"

"Kalau ada waktu," ucap Chandra ringan dan meninggalkan wanita itu.
"Ben, gue berangkat sendiri aja. Lo urus aja tuh cewek, kalau lo mau, angkut aja sekalian."

Angkut-angkut, memangnya beras sekarung? Sejatinya Ben ingin mengomel saat Chandra berkata padanya. Bukan sok suci, tapi Ben memang bukan tipikal lelaki yang gemar kelayapan kesana kemari seperti Chandra. Bagi Ben, kesetiaan itu mahal harganya dan meski miskin harta, setidaknya masih ada yang mahal dalam dirinya selain sepasang ginjal yang bisa dijual sampai satu milyar.

"Oke deh Bos." Ben mengiyakan saja ucapan Chandra. Sebagai sekretaris, hanya itu yang bisa Ben lakukan, karena Chandra adalah bos yang sangat tidak bisa menerima kritik dan saran, tapi sebenarnya sangat berpotensi menerima hujatan, cuma karena crazy rich saja, dia tidak terlalu terlihat dihujat, sebab orang yang mau menghujat Chandra sudah lebih dulu dibungkam oleh kekayaan tujuh turunan keluarga Gouw.

Chandra masuk ke lobby kantornya dengan langkah santai, pakaiannya belum rapi sempurna tapi ketampanannya membuatnya terlihat sempurna, paling tidak di mata Lily yang menunggu detik-detik kehadiran Chandra pada hari senin pagi dengan debaran halus di dada. Lily menahan napas saat Chandra lewat di hadapannya, lelaki itu sama sekali tidak menyapa, menoleh saja tidak. Senin pagi yang sebenarnya sama sekali tidak istimewa, tapi sebagai pemuja rahasia, mengamati dari sisi blind spot sang pujaan hati saja sudah cukup membuat Lily merasa gembira.

Lily tahu, dia dan Chandra adalah ketidakmungkinan. Chandra tidak akan pernah menyadari keberadaannya dan selamanya Lily hanya bisa memuja lelaki itu dalam diam. Lagipula, Lily sadar kalau dirinya semacam pungguk merindukan bulan. Chandra berasal dari keluarga terpandang yang kaya, sementara dirinya, tidak jelas berasal dari mana. Lily tumbuh besar di panti asuhan sejak berusia tiga tahun. Dia berada di panti asuhan itu sejak ibu kandungnya ditemukan tewas. Menurut orang-orang, ibunya mengalami depresi dan gangguan kejiwaan, diduga ibunya memutuskan mengakhiri hidup dan begitulah, dirinya dirawat di panti asuhan setelah ibunya meninggal sebab tidak ada sanak saudara yang bisa merawatnya, dia juga tidak pernah tahu siapa ayahnya. Dengan latar belakang seperti itu, jelas Lily bukanlah seseorang yang memenuhi bibit, bobot dan bebet untuk menjadi menantu keluarga Gouw yang kaya dan tersohor itu.

Mungkin, ini adalah sejenis kesialan bagi Lily karena alih-alih menemukan lelaki biasa saja yang rajin bekerja, pengertian dan suami-able, menerima dia apa adanya dan berasal dari keluarga baik-baik yang biasa saja, dia justru jatuh cinta pada Chandra yang tidak akan pernah didapatkannya meski sudah mengerahkan ajian jaran goyang paling dahsyat sekalipun. Tidak ada pilihan bagi Lily selain menjadi pemuja rahasia tanpa tahu kapan dia bisa berhenti menyimpan cinta pada seseorang yang tidak pernah menyadari keberadaannya.

Dia tahu memuja Chandra itu tidak ada gunanya, tapi seperti umumnya orang yang sedang jatuh cinta, Lily secara pasti kehilangan logika dan begitulah, saat dia melihat Archandra Gouw masuk ke dalam hall kantor, meski dengan penampilan kurang rapi yang pasti akan mendapatkan celaan sinis Connie Gouw sang nenek sekaligus CEO perusahaan, tapi bagi Lily, penampilan Chandra pagi itu sangat sempurna melengkapi harinya dan membuatnya tidak akan pernah bergabung menjadi anggota karyawan pembenci hari senin. Bagi Lily, Chandra adalah lelaki yang memiliki keindahan sempurna seperti senja di Kaimana. Berlebihan, tapi begitulah cinta, bisa membuat seseorang mendadak menjadi pujangga.

Deep in to Sugar Venom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang