18. Vanilla and Rough

27 3 0
                                    

"Well, gue akan ngasih tahu lo sesuatu. Dengerin baik-baik." Chandra menyibakkan helai rambut yang menutupi telinga Lily, lantas menyelipkan di belakang telinga Lily. Suatu tindakan sangat sederhana yang membuat jantung Lily seolah hendak melompat dari rongga dada.

"Lo dan gue tinggal bersama selama enam bulan, dan selama itu, lo harus menuruti apa yang gue inginkan, oke? Hal yang gue inginkan adalah seks, jadi secara ringkas, kesimpulannya, lo harus selalu siap sedia kalau gue pengen lo jadi partner seks gue."

Lily menelan saliva, membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Apa yang dikatakan Chandra sudah bisa diduga dan tidak mengejutkan, terutama karena poin-poin soal hal ini sudah tertulis di dokumen perjanjian yang dia tanda tangani, tapi tetap saja, Lily merasa tidak siap.

"Gue berbaik hati ngasih tahu lo apa yang harus lo lakukan selama lo tinggal sama gue, dan gue selalu suka hal yang baru, gue nggak suka making love  dengan cara yang ngebosenin, vanilla or rough, gue suka keduanya dan lo, harus bisa menerima semua gaya yang gue inginkan." Chandra bicara pelan, dengan suara husky yang terdengar seksi dan berbahaya. Jemari lelaki itu menyeka leher Lily, lalu menyusur turun hingga tulang selangka, dan menyentuh kancing kemeja yang Lily kenakan dan membuat Lily merasa seluruh tubuhnya merinding, terutama saat kancing kemejanya dilepaskan perlahan oleh Chandra.

Rasa jengah dan gugup menyeruak begitu saja saat udara dingin AC terasa membelai kulitnya. Lily bergerak gelisah saat Chandra menyentuh lebih jauh tubuhnya.

"Ssh...stay calm. No need to do something here, because everything you must do now is doing nothing. Just rilex and let me guide you. Satu hal yang harus lo lakukan hanya patuh, that's all."
"Understand my Lolita?"

Lily mengangguk gugup, dan sebelum dia bisa menenangkan jantungnya, Chandra sudah lebih dulu mendaratkan kecupan pada bibirnya. Sebuah kecupan yang tidak bisa dikatakan manis karena Chandra melakukannya dengan tiba-tiba, dengan hisapan kuat, menyisakan aroma rokok dan sex on the beach di bibir Lily, dan membuatnya kewalahan.

"Balas ciumanku!" Perintah Chandra dan dengan telapak tangannya, menekan kepala belakang Lily, memaksa Lily membalas ciumannya yang brutal.

Lily tidak tahu bagaimana caranya membalas ciuman yang agresif, tapi dia mencoba meniru bagaimana Chandra melakukan hal itu pada dirinya hingga Lily dan Chandra terlibat dalam sebuah kecupan panjang penuh dengan gairah yang mulai meletup dan membara. Jemari Chandra bergerilya di atas tubuh Lily, menciptakan sentuhan yang membuat jantung Lily berdesir dan tubuhnya meremang.

Semuanya terasa surreal hingga Lily tanpa sadar memegang tangan Chandra dan menghambat lelaki itu bergerak leluasa di atas tubuhnya. Lily melakukan kesalahan, Chandra sama sekali tidak suka diinterupsi dan apa yang Lily lakukan membuat lelaki itu semakin brutal. Dia menyerbu Lily semakin keras dan massive, dan meninggalkan jejak kemerahan di tubuh Lily dan membuat Lily kewalahan.

Lily bernapas lega saat Chandra berhenti, dia pikir semuanya sudah selesai, tapi dia salah.

"Lo lumayan juga, but it's not enough, i need more fantasy. Pakai baju yang udah disiapkan." Chandra memerintah.

Perasaan Lily menjadi tidak nyaman. Dia kembali teringat isi perjanjiannya dengan Chandra di mana dia harus mengikuti apapun kemauan  Chandra. Bagaimana jika Chandra menjelma menjadi Mr Grey seperti di film Fift Shades of Grey? Melihat gelagat Chandra selama ini, lelaki itu bisa saja melakukannya dan Lily merasa takut. Kegiatan kekerasan dalam berhubungan seksual bisa jadi menyebabkan kematian. Jika dia mati, tidak ada yang tahu, karena tidak ada orang yang dekat dengannya. Dia tidak punya keluarga. Mudah bagi Chandra untuk menyembunyikan mayatnya jika dia mati karena aktifitas seksual dengan kekerasan.

"Lo denger gue nggak sih?" Chandra menatap Lily kesal dan membuat Lily terhenyak, lalu mengangguk cepat.

"Ganti baju lo sekarang!" Chandra membentak dan Lily terburu-buru melangkahkan kakinya ke tempat yang ditunjukkan Chandra.

Di sana, dia menemukan lingerie merah tua yang jika dikenakan, seolah tidak akan menutupi apa-apa karena bahannya satin tipis menerawang. Lily menyentuh kain itu, sangat lembut dan Lily yakin harganya pasti mahal. Lily membuka bajunya, menukar dengan lingerie di hadapannya, lalu dia menatap wajahnya di cermin besar. Wajahnya terlihat berbeda dengan lingerie di tubuhnya dan Lily merasa asing dengan dirinya sendiri. Sejauh ini kah dirinya melangkah demi sebuah cinta yang bertepuk sebelah tangan? Pengorbanan yang tidak akan pernah dipandang, dan dianggap murahan. Tapi itu bukan salah Chandra, ini adalah kesalahan Lily sendiri yang enggan mengucapkan selamat tinggal pada perasaan yang ada di hatinya.

Lily meninggalkan cermin yang memantulkan bayangannya dan menemui Chandra. Lelaki itu sedang merokok dan dia nampak terdistraksi saat Lily hadir di hadapannya. Sejenak Chandra mengerjap, Lily terlihat sangat berbeda dalam balutan lingerie dan membuat Chandra merasa terusulut kembali oleh gairah. Dia memanggil Lily memintanya mendekay dan membawa Lily dalam pangkuannya. Dia menyentuh perlahan wajah Lily dia menemukan aroma khas tubuh Lily menggelitik hidungnya.

Chandra mengambil gelas dan memberikannya pada Lily.
"Minum!" perintahnya tegas. Lily mengambil gelas itu dan meminum isinya cepat, lalu rasa hangat disertai getir menyapa lidah dan tenggorokannya.

"Enak?"

Lily menggeleng. Dia tidak tahu minuman apa ini, aromanya sangat menyengat, rasanya tidak enam dan dia tidak menyukainya.

"Sayangnya, itu hal paling enak yang dapat lo nikmati sekarang. Karena mungkin apa yang bakalan terjadi, nggak enak buat lo, tapi yah...lo bisa aja nikmati. Tergantung gimana lo ngadepinnya nanti." Chandra menatap Lily yang terlihat gugup dan kikuk di matanya, padahal ini bukan kali pertama mereka sedekat ini menghabiskan malam panjang. Lily terlihat beda dari biasanya, lingerie merah yang melekat di tubuhnya membuat gadis itu seolah berubah rupa. Lily terlihat seksi, tapi secara kontras wajahnya nampak polos, membuat Chandra merasa penasaran dan naluri lelakinya tergelitik.

"Gue punya sesuatu buat lo...." Chandra memberikan Lily sebuah kain hitam.

"A-apa?" Lily bertanya tidak mengerti.

Chandra menyunggingngkan senyum sinisnya dan mencetak lesung di pipinya terlihat manis, kontras dengan ekspresi sinis penuh keangkuhan yang ditampilkannya. Chandra memasangkan penutup mata itu pada Lily membuat Lily merasakan gelap sepenuhnya. Lily bergerak hendak melepaskan penutup mata itu, tapi Chandra mencekal tangannya begitu ketat, agar Lily tidak membuka penutup matanya.
"So how it is? Lo ngerasa tertantang? Apa lo masih yakin bisa nunjukin cinta lo ke gue? Let's the party started." Suara husky Chandra menyapa gendang telinga Lily dan seluruh tubuh Lily meremang oleh kegugupan.

Lalu, Chandra menuntun Lily, dingin mengecup telapak kakinya saat dia berjalan perlahan. Jantung Lily berdebar semakin cepat dan dunianya gelap, Chandra bisa melakukan apapun padanya bahkan hal terburuk sekalipun, dan tidak akan ada yang peduli padanya. Di sini hanya ada dirinya dan Chandra, lelaki yang dicintainya sepenuh hati. Bagi Lily, Chandra adalah candu, sementara bagi Chandra, Lily hanyalah canda, seseorang yang dianggapnya mainan belaka. Begitu berseberangan perasaan mereka, begitu terbalik.

Chandra menghentikan langkah dan meminta Lily duduk. Lily merasa dirinya berada di sebuah kotak kayu, dan menebak mungkin dia berada di dalam sebuah lemari. Lily berpikir, apakah Chandra terlampau jengkel padanya karena dia menolak uang yang diberikan dan malah menyatakan cinta pada Chandra yang jelas-jelas berasal dari kasta yang berbeda. Apakah Chandra berencana meninggalkannya di suatu ruang tertutup hingga dia kehabisan oksigen dan mati?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deep in to Sugar Venom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang