2. Lift

37 7 0
                                    

Dering telepon membuat Lily terdistraksi dan segera menempelkan gagang telpon ke telinganya.

"Selamat pagi, resepsionis, dengan Lily ada yang bisa saya bantu?"

"Lily, lo bisa ke ruangan gue sekarang?"

"Maaf, dengan siapa saya bicara?"

"Thalita, HR."

"Oh, Bu Lita, baik Bu saya akan segera ke ruangan Ibu." Lily menjawab sopan sebelum meletakkan kembali gagang telpon. Dia bergegas meninggalkan ruangannya untuk menemui Thalita di lantai lima.

"Masuk!" Suara Thalita terdengar saat Lily mengetuk pintu.
"Duduk!" Wanita itu berkata tegas tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
"Tunggu sebentar ya, gue lagi nyelesaiin kerjaan."

"Iya, Bu." Lily membalas sopan.

Thalita tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaannya, setelah itu dia menatap Lily.

"Coba, lo berdiri," ucapnya pada Lily.

"Berdiri?" Lily bertanya tidak mengerti.

"Iya. Gue perlu lihat postur badan lo."

Meski tidak paham dengan apa yang Thalita katakan, tapi Lily menurut.

"Kayaknya, lo cocok deh," gumam Thalita usai mengamati postur Lily.
"Duduk deh, gue jelasin."
"Jadi, perusahaan bakalan ngadain malam penghargaan, sekaligus ulang tahun perusahaan yang ke tiga puluh lima tahun. Nah acaranya diadain di hotel Ritz, dan bakalan ada banyak orang penting yang datang. Gue udah nyiapin semuanya, tapi mendadak salah satu penerima tamu yang seharusnya bertugas nggak bisa datang karena sakit. Gue rasa, lo cocok jadi penerima tamu."

"Penerima tamu?"

"Yap."

"Ta-tapi...apa aku pantes?" Lily bertanya bingung. Soalnya, dia belum pernah jadi penerima tamu atau terlibat di sebuah acara, bahkan untuk terlibat dalam sebuah acara pernikahan kerabat saja belum pernah, karena kan dia memang tidak pernah punya keluarga seperti kebanyakan orang pada umumnya.

"Ya pantes lah! Gue nggak bakalan salah menilai. Pokoknya percaya sama gue, tugas lo gampang banget, nggak jauh dari tugas lo sehari-hari di kantor. Kalau ada orang datang, lo tinggal senyum, sapa dan tanya undangan mereka, lo baca tuh namanya siapa, lo cocokin sama list tamu undangan, lo tandain, udah selesai, gitu doang. Ucapin terima kasih, dan abis itu bakalan ada staf lain yang nganter para tamu ke ballroom tempat pesta diselenggarakan."

"Ngh...." Lily tidak yakin. Selama ini, dunianya hanya di balik meja resepsionis dan juga di kos sempit, paling jauh kembali ke panti asuhan dan membantu mengurus anak-anak di sana. Lalu sekarang mendadak Thalita memintanya untuk menjadi penerima tamu di acara ulang tahun perusahaan di hotel mewah dan juga bertemu para pesohor? Lily tidak yakin dia bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

"Ly, gue yakin lo bisa handle kerjaan ini kok. Tenang aja, gue bakalan kasih uang jasa buat lo. Dua juta, gimana?"

"Dua juta?" Mata Lily melebar.

"Iya. Gimana? Gue minta tolong ke lo. Gue tahu kita nggak sedekat itu, tapi please, tolong gue."

Upah dua juta yang bisa didapatkan dalam semalam adalah tawaran menggiurkan untuk Lily. Bagi sebagian orang, dua juta mungkin nothing, tapi bagi Lily nominal itu sangat lumayan, apalagi kalau dia sumbangkan ke pengurus panti asuhan, pasti anak-anak di sana paling tidak bisa mendapatkan lauk tambahan. Membayangkan hal itu, senyum Lily merekah.
"Oke, aku mau."

"Good, thanks Ly." Thalita tersenyum lega. "Acaranya malam minggu, sabtu siang lo ke hotel Ritz ya, gue udah siapin MUA dan baju segala macem, nanti lo ke kamar 516, bilang aja kalau lo disuruh Thalita. Bayaran lo bakalan gue transfer di hari minggu-nya, setelah lo selesai menjalankan tugas. Deal ya?"

Deep in to Sugar Venom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang