10. Kiss

11.3K 889 17
                                    

Jarum jam masih menunjukkan pukul setengah 4 pagi. Tapi, di antara 3 pemuda yang saling berpelukan, salah satu di antara mereka sudah terjaga. Itu Zayn. Ia terbangun karena rasa haus di tenggorokan, tapi saat melihat sosok manis di dekapannya, rasa haus itu menghilang tanpa sebab.

Ia menatapnya lamat lalu merapatkan jarak di antara mereka, lengannya yang melingkari pinggang ramping pemuda di depannya mengerat.

Ia menjadi teringat, saat kemarin ia melihat sosok manis di dekapannya. Ia melihatnya di kantin sekolah bersama sahabat-sahabatnya. Terpaku, itu lah reaksi pertamanya. Bukan karena wajahnya yang menggemaskan ataupun manis, tapi auranya. Ia merasakannya, aura yang selama ini Ia cari.

Ia memiliki kebiasaan menghafal dan mengidentifikasi seseorang yang memiliki kemungkinan sering berjumpa dengannya karena profesi yang dijalaninya. Saat pertama kali bertemu dan mencari informasinya, tidak ada yang spesial. Bahkan, auranya pun biasa saja.

Tapi sekarang, itu berbeda. Ia menjadi semakin yakin bahwa pemuda di hadapannya adalah 'sesuatu' yang Ia cari.

Ah, Ia ingin mengurungnya untuk dirinya sendiri. Tapi kemungkinan dirinya memberontak pasti besar. Ia tidak suka pemberontak. Memang, opsi untuk mengawetkannya dan 'membuatnya abadi' adalah yang terbaik.

Tapi, kemungkinan 'sesuatu' itu akan hilang jika ia melakukannya.

Zayn mendengus, Ia kemudian menenggelamkan wajahnya di pangkal leher milik Lio dan menutup mata.

***

Lio membuka matanya. Biasanya saat bangun pagi, tubuh dan pikiran pasti akan terasa lebih segar. Lio memang merasa pikirannya terasa lebih segar, tapi tubuhnya tidak baik-baik saja. Bayangkan saja, semalaman tertidur tapi tidak merubah posisi, bahkan tubuhnya dihimpit dua kingkong Texas.

Melihat ke arah jam, sekarang masih pukul 5 pagi. Mencoba bangun, gagal tentu saja. Itu retoris.

Lalu, dengan sekuat tenaga yang baru terkumpul Lio menarik kedua tangannya. Beruntung tangannya terbebas, tapi tidak dengan tubuhnya. Ia memilih membangunkan mereka dengan mengguncang tubuh mereka.

"Bangun, gak usah pura-pura tidur kalian. Bangun!! " ucap Lio sambil mengguncang tubuh mereka dengan brutal, bahkan sempat menjambak rambut mereka karena merasa tidak sabar.

Akhirnya Zayn dan Andrean dengan pasrah membuka mata mereka, tapi tidak melepas pelukannya.

"MINGGIR! Aku mau mandi. " ucapan Lio tak digubris oleh kedua entitas itu. Bahkan Zayn malah memasang senyum miring yang lebih terlihat seperti senyum cabul.

Zayn mendekatkan bibirnya ke telinga Lio, "Mandi bareng, hm? " ujarnya dengan suara serak, dan juga dengan sengaja menghembuskan nafasnya ke telinga Lio.

Wajah Lio seketika memerah, "GAK! Kalian gak boleh masuk kamar mandi! Nanti kalian pasang kamera. "

Zayn dan Andrean sontak terkekeh.

"Ah, sayang sekali padahal itu ide yang bagus. " ujar Andrean. Lio menatap dengan tidak percaya kedua orang di sampingnya.

"Kalian jangan masang kamera di kamar mandi dong. Aku butuh privasi. Nanti aku beraknya gak tenang. " ujaran Lio mengundang gelak tawa dari Zayn dan Andrean. Lio yang merasa ditertawakan menjadi malu dan mengusir dua dominan itu.

"Ngusir nih ceritanya? Padahal kamu sendiri yang minta ditemenin semalem, babe. " ujar Andrean dengan senyum menggodanya. Tapi Lio tak terpancing dan tetap berusaha mengusir mereka, sekarang dengan alasan sekolah. Pada akhirnya, mau tak mau Zayn dan Andrean pulang ke rumah masing-masing.

Tapi sebelum mereka pulang, Zayn dengan cepat mencuri sebuah kecupan di bibir Lio dan berlari pergi. Andrean yang melihatnya pun tak mau kalah, ia juga mencium bibir Lio. Tak hanya mencium, tapi juga melumat dan menghisap bibir ceri itu.

Lio yang awalnya terkejut karena ciuman mendadak dari Zayn menjadi lebih shock saat Andrean menghisap bibirnya.

"Mmngh... "

Setelah puas mencicipi bibir ceri itu, Andrean segera pergi untuk pulang ke rumahnya. Lio yang melihat mereka dengan seenaknya pergi setelah menciumnya, memandang kosong ke udara. First kiss nya dicuri, first kiss ala Prancis nya alias kokop-kokopan secara jiwa dan raga.

"Bjir sih kata gue. "

***

Seperti biasa, saat waktu istirahat Lio menghabiskan waktunya di kantin bersama para sahabatnya. Bersenda gurau atau bahkan menceritakan hal random.

"Kalau manusia itu masuk angin, apakah duyung yang tinggal di air jadi masuk air? Terus minumnya tolak air? " ucap Farel ngawur.

"Iya juga ya, eh tapi kan duyung gak nyata. " balas Erick.

"Laut itu luas, gak ada yang tahu. Hanya Tuhan yang tahu. "

Lio yang mendengar percakapan mereka merasa jengah, ia pamit pergi ke toilet untuk mencuci tangan karena wastafel yang berada di dekat sana sedang mampet.

Di toilet, Lio dengan hikmat mencuci tangannya.

Ya entah ini insting alami manusia atau gimana, melihat kaca wastafel membuat Lio ingin berkaca. Ia mengamati wajah manis yang terefleksikan di cermin yang ada di hadapannya. Tangannya terulur menyentuh pipi berisinya yang mulus itu.

Cantik, satu kata yang mendeskripsikan wajah itu. Lio jadi penasaran bagaimana jika persen kecantikannya dijadikan 100%. Yang pasti ia akan melakukannya, tapi tidak sekarang.

Klek

Suara pintu terkunci mengalihkan perhatian Lio. Seorang pemuda jangkung- yang Lio yakini sebagai pelaku penguncian pintu toilet, berada di depan pintu sembari menatapnya. Jika dideskripsikan, wajah pemuda itu biasa saja, jujur.

Pemuda itu mengambil langkah mendekati Lio secara perlahan. Lio yang merasa bahwa pemuda itu menyeramkan, mengambil langkah mundur. Pemuda itu terus maju, bahkan tatapannya menjadi seperti hewan buas yang menemukan mangsanya saat melihat sosok manis di depannya beringsut mundur.

Semakin ia melangkah, semakin mundur pula Lio. Hingga dinding sudah menyapa punggung Lio. Pemuda yang lebih tinggi dari Lio itu membatasi pergerakan Lio dengan meletakkan kedua tangannya di kedua sisi Lio. Ia membungkukkan tubuhnya, mencoba mensejajarkan wajahnya dengan wajah manis Lio.

Dapat ia lihat wajah Lio yang waspada. Pemuda jangkung itu terkekeh.

"Aku merindukanmu, sayang... " ujar pemuda itu dengan suara seraknya. Tangan kirinya kini berpindah menjadi memeluk pinggang ramping Lio. Lio berusaha menepis tangan berurat itu tapi tentu saja gagal.

Sebenarnya Lio merasa tidak asing dengan suara pemuda jangkung di hadapannya. Tak lama kelopak matanya melebar saat melihat pemuda di depannya merobek kulitnya, yang ternyata kulit silikon itu. Ah, ternyata wajahnya palsu.

Setelah wajah palsu itu sudah sepenuhnya terkelupas, terpampang wajah tampan milik Zayn. Siapa lagi?
Wajah Zayn bergerak maju, mencoba mencium Lio kembali. Dan itu ditahan oleh Lio dengan membekap mulutnya. Tak diduga, Zayn malah menjilat telapak tangan Lio.

"Iihh! Jorok! " ucap Lio sambil mengusapkan telapak tangannya pada seragam Zayn. Sedangkan pelakunya terkekeh geli.

Lio hendak melangkah, tapi langkahnya di tahan oleh pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

"Mau kemana? "

"Cuci tangan, najis. " jawaban Lio mengundang senyum gemas pada Zayn. Akhirnya ia memperbolehkan Lio pergi ke wastafel dengan dirinya yang masih menempel di belakang Lio.

Hendak mencium pipi Lio gemas tapi dijawab dengan penolakan berupa tamparan di pipinya dan bentakan.

"Gak usah macem-macem! " yah, mau tak mau Zayn menurut.

Lio melanjutkan kegiatan mencuci tangannya yang sempat tertunda dengan sedikit melamun. Sebenarnya adegan 'kabedon' dan adegan di mana Zayn merobek kulit silikon ini seharusnya di alami oleh Theressa. Ya meski berbeda tempat.

Adegan yang seharusnya terjadi pada Theressa dan di tempat yang berbeda malah menjadi seperti ini. Lio berharap hal ini tidak membahayakan dirinya, apalagi sosok sistem yang tidak muncul sejak kemarin sore membuatnya semakin risau.





Harem For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang