11. Perpustakaan

9.6K 742 40
                                    


Di sinilah mereka, di perpustakaan. Ada Lio yang bersama dua penguntitnya. Ya, setelah bertemu dengan Zayn di toilet tadi, pemuda dominan itu selalu menempeli Lio kesana-kemari seperti cicak.

Masalahnya, karena hal itu membuat seluruh sekolah menjadi heboh. Zayn dengan wajah tampan rupawannya yang asing bagi penghuni sekolah, dan juga Lio dengan wajah cantik, manis dan menggemaskannya menjadikannya salah satu primadona sekolah.

Tidak hanya itu, Andrean sebagai ketua OSIS pun malah ikutan. Itulah sebabnya Lio memilih perpustakaan yang merupakan tempat sepi sebagai tujuannya.

Andrean sibuk memilih buku bacaan, Lio juga. Zayn, seperti biasa nemplokin Lio. Lio lebih memilih membaca novel, sedangkan pemuda yang menjabat sebagai ketua OSIS memilih buku ilmu pengetahuan.

Si pemuda manis mencari novel yang bergenre fantasi-aksi, tapi sebagian besar novel yang ada bergenre romantis. Saat mendongak, ia tanpa sengaja melihat sebuah novel yang menarik perhatiannya di rak paling atas. Ingin menggapainya, tak sampai.

Lio menoleh ke arah Zayn yang sedang tersenyum gemas. Kalian tau manhwa 'S-Classes That I Raised'? Ya senyumannya Zayn sama kayak senyumnya Hyunjae ke Yujin.

"Zayn, ambilin dong. " ucap Lio sambil menunjuk novel yang ia inginkan. Zayn dengan senang hati mengambilnya, dan juga dengan mudah mengambilnya. Lio yang melihatnya menjadi iri.

'Ini tinggi badan gue berapa, sih?

Lio sadar diri jika dirinya itu pendek. Bahkan tingginya hanya sebatas dada Zayn dan Andrean. Apalagi Hendery, ingat jika leher Lio sempat pegal karena terlalu lama melihat wajah Hendery yang tingginya seperti tiang listrik.

Lio menerima uluran buku yang diberikan oleh Zayn. Kemudian mereka berjalan menuju meja yang berada di pojok ruangan. Tak lama Andrean pun datang menghampiri mereka dengan sebuah buku tebal di tangannya.

Mereka bertiga sibuk dengan kegiatan masing-masing, Lio dengan novel, dan Andrean dengan bukunya. Sedangkan Zayn malah asik menatap wajah Lio yang terlihat santai menikmati cerita yang ia baca. Zayn terus memperhatikannya tanpa bosan, hingga ekspresi Lio berubah menjadi tidak mengenakkan.

Ah, ternyata karena novel yang ia baca mengandung unsur romantis, dan ia tak terlalu menyukai kisah percintaan tapi jika itu harem... Bisa dibicarakan. Ia menutup buku dengan agak keras guna menyalurkan kekesalannya, membuat Andrean meliriknya sekilas, beruntung perpustakaan sepi karena sebagian besar siswa lebih memilih menghabiskan waktu istirahat mereka di kantin.

Lio berpikir, memang pilihan tidak tepat jika ingin mencari novel fantasi tanpa unsur percintaan di perpustakaan sekolah. Lebih baik nanti dirinya mampir ke toko buku untuk mencari bahan bacaan.

Zayn yang sedari tadi mempertahankan ekspresi Lio yang kesal terkekeh karena wajah Lio yang terlihat sangat menggemaskan.

Cup

Zayn mengecup bibir Lio yang cemberut, membuat sang empu menatap horor ke arahnya. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum, malahan sekarang mencondongkan tubuhnya ke arah Lio karena memang duduk di samping Lio sejak tadi. Lio yang merasa was-was menarik tubuhnya sendiri ke belakang, tapi hal itu tak membuat Zayn berhenti.

Ia semakin maju dan maju, hingga wajah mereka saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat- hidung mereka hampir bersentuhan. Zayn menatap lapar bibir kemerahan milik Lio.

Kemudian ia menjilat juga menghisap bibir yang ia rasa manis itu. Merasa ingin lebih, Zayn menggigit bibir Lio agar terbuka lalu memasukkan lidahnya ke dalam mulut Lio.

Lio mulai terlena pada ciuman itu, tapi ia hanya diam karena ia tak memiliki pengalaman dalam berciuman sama sekali. Tapi tiba-tiba, ciuman itu terlepas dengan paksa. Mereka berdua melihat pelaku dari kejadian yang baru saja terjadi, dengan Lio yang masih terengah-engah.

Oh, sepertinya mereka terlalu asik sendiri hingga melupakan Andrean yang sedadi tadi menonton ciuman panas dua makhluk adam itu. Dan tanpa aba-aba Andrean menerkam bibir ceri milik Lio dengan ganas. Menjilat, menghisap, menggigit bibir kemerahan yang terasa manis itu. Juga memasukkan lidahnya untuk mengabsen seluruh benda yang berada di dalam mulut Lio.

"Mm... Engh. "

Yang Lio dapat lakukan hanyalah mengerang. Tak ada niatan menolak sentuhannya. Jika Andrean sibuk dengan bibir Lio, sekarang Zayn asik menjilati lehernya.

"Mnghh! "

Ciuman itu terlepas, Lio dengan rakus menghirup oksigen yang ada di sekitarnya. Setelah merasa puas dengan bibir Lio, Andrean sekarang menargetkan leher mulus Lio. Jadi sekarang, dua pemuda dominan sedang menjilati leher sosok pemuda manis. Menghirup, menjilat dan menggigit, memberi tanda kepemilikan.

"Emhh... Geli... " erang Lio.

Bahkan saat ini, senjata tempur mereka sudah siap dengan sempurna.

Ting Tong

Ting Tong

Suara bel pergantian jam terdengar, Lio yang sadar langsung mendorong kedua pemuda di hadapannya dengan sisa tenaga yang ada kemudian lari meninggalkan perpustakaan. Meninggalkan dua pemuda dominan dengan masing-masing celana yang terlihat menggembung.

'Apa yang udah gue lakuin?! '

'Ck, sialan. Tinggal sedikit lagi... '

***

BRAK

"Mamak! "

"Tuyul tuyul! "

"Bapak lo ijo!

"Eh anjing! "

"Alamak! "

Latah orang-orang yang berada di dalam kelas. Kemudian mereka menatap pelaku pendobrakan yang saat ini sudah duduk dengan kepala yang diletakkan di lipatan tangannya.
Melihatnya, rasa marah mereka mendadak hilang digantikan dengan rasa penasaran dan khawatir.

Erick melihat ke arahnya, "Lio? Lo gapapa? " Lio membalas hanya dengan deheman. Semburat merah dengan jelas menjalar di wajahnya.

"Lio, muka lo merah. Lo sakit? Kalo sakit ke UKS aja. " Lio menggeleng. Erick menghela napas lelah, akhirnya membiarkan Lio berada di kelas.

Tak lama guru pun memasuki kelas, sang guru hanya melihat ke Lio sejenak lalu mengabaikannya. Ia kemudian menyampaikan materi yang akan dibahas. Lio pun tak mengubah posisinya sama sekali. Jika dilihat lebih teliti tubuhnya bergetar, sesekali bergerak kecil seperti merasa tidak nyaman.

Erick menyadarinya, tapi ia tak bisa melakukan apapun. Ia hanya bisa menyimak materi yang disampaikan guru sembari sesekali melirik ke arah Lio.

Ia tidak tau saja, hal yang sebenarnya terjadi pada Lio adalah dia tengah malu dan menahan sagne di saat bersamaan, itulah yang menyebabkan wajahnya sangat merah. Bahkan, area selatannya sudah tegang sejak tadi. Jadi sesekali Ia bergerak tak nyaman karena area bawahnya. Hanya saja, tidak ada yang menyadarinya. Ya, karena 'anu' nya Lio kecil. Ups.

***

Bel pulang sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, tapi Lio belum juga bersiap pulang. Ia masih berada di kelas bersama dengan Erick.

"Lio, lo pulang bareng siapa? Bareng gue aja yuk. " bujuk Erick. Kepala Lio yang sedari tadi diletakkan di meja, menoleh ke arah Erick.

Glek

Erick menelan ludah. Bukannya apa, tapi Lio menatapnya dengan tatapan sayu yang menggoda, ditambah dengan semburat merah yang masih bersarang di wajahnya.

"Gak usah, Gas. Gue bisa pulang sendiri kok. Lo pulang aja duluan. " Erick terlihat ragu, tapi sebenarnya ia memiliki urusan yang penting. Mau tak mau ia akhirnya memilih pulang lebih dulu.

Melihat sang sahabat yang sudah pulang, Lio bernapas lega. Melirik ke arah sekitar yang sudah sepi, ia dengan cepat memasukkan seluruh barangnya ke dalam tas.

Setelah semuanya selesai, ia berdiam diri sejenak. Melihat ke arah bawahnya. Sebenarnya, ia masih merasakan hasratnya yang masih belum tertuntaskan. Tangannya terulur ke area selangkangannya, mengelusnya pelan.

"Ahm... Ngh... "

"Sedang apa, hm? "

"Waah!! "

Harem For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang