4. Theressa

14.4K 1.2K 17
                                    

“Ini... Beneran gapapa? ” tanya Lio ragu-ragu.

“Gapapa, tenang. Ayo. ” dengan perlahan Farel mendorong punggung kecil Lio, membuat tubuh mungil di depannya terdorong dan memasuki kelasnya— kelas Farel dan Ardan. Tentu saja itu menarik perhatian orang-orang yang berada di kelas, kecuali seorang gadis yang sedang asik dengan ponselnya. Dan arah tujuan mereka adalah gadis tersebut– Theressa.

Orang-orang yang berada di kelas hanya dapat menatap Lio dengan gemas, atau bahkan membicarakannya dengan temannya. Mereka tidak berani mendekatinya apabila ada Farel di dekatnya. Farel memiliki kekuasaan tersendiri di kelas, tak ada yang berani menentangnya kecuali Ardan tentunya.

“Ta-tapi, gimana cara ngomongnya? Masa langsung sksd. ” ujar Lio.

“Gampang, dia tuh orangnya asik
kok. ”

“Tapi... ”

Mereka berdua asik berdebat, tidak menyadari jika sang empu yang tengah dibicarakan sedang menatap mereka.

“OMAYGAT!! IHH DEDEK GEMESH! ” dan entah bagaimana gadis tersebut sudah ada di depan Lio, bahkan mencubit kedua pipi si mungil.

Plak

Dengan tega Farel menampar tangan Theressa yang asik mencubiti pipi tembem Lio. Gadis itu tentu merasa tidak terima, tapi apalah daya. Ingat jika Farel memiliki kuasa tersendiri di kelasnya. Theressa hanya dapat menggerutu dengan bibir dimanyunkan.

“Hishh, sebel... Eh, gue boleh 'kan? Join sirkel kalian? ” ujar Theressa dengan wajah berseri-seri. Ekspresi wajahnya berubah dengan sangat cepat, Lio jadi khawatir jika Theressa terkena bipolar.

“Heh! Mana boleh, lu kan cewek! Sirkel kita isinya cowo semua. ” tolak Lio dengan berkacak pinggang.

“Kan ada elu. ” mendengar itu Lio jadi kebingungan.

“Lah, kok gue? ” heran Lio dengan menunjuk dirinya sendiri.

“Lo kan boti. ”

***

Di belakang sekolah terdapat dua makhluk yang berbeda jenis kelamin, sang perempuan terlihat tengah berlutut di bawah si pria. Tapi, kalian jangan terburu-buru berpikiran kotor. Itu adalah Lio dan Theressa yang sedang memohon ke pria cantik di hadapannya.

Setelah Theressa mengatakan 'posisi' Lio secara blak-blakan, Lio dengan kesal pergi ke belakang sekolah. Tahu kalau Lio sedang mengambek, Theressa segera pergi mengikutinya. Dan di sinilah mereka. Farel? Ah, dia cuek bebek saat tahu sahabat mungilnya marah. Karena ya... Lio marahnya bukan karenanya kan?

Theressa masih berusaha dan memohon maaf ke Lio, bahkan sesekali mengiming-imingi atau bernegosiasi.

“Maap yah, nanti gue traktir seblak deh. Terus minumnya bebas mau milih apa aja, suer. ” Lio masih cuek, ia tidak menghiraukan gadis di depannya. Theressa menghela napas lelah, ia sudah tidak memiliki ide lain.

Sebenarnya mereka sudah melewatkan 1 jam mata pelajaran, karena waktu istirahat memang sudah habis sejak tadi.

“HEH! Kalian ngapain di situ?! ” seorang perempuan memergoki mereka berdua. Sedangkan Lio dan Theressa masih berada di posisi yang sama, tentu saja posisi mereka sangat ambigu.

Theressa dengan cepat berdiri, lalu membersihkan roknya yang tertempel debu.

“Kalian mau nganu ya?! ” penuturan dari perempuan yang mereka tidak kenal membuat Theressa merasa tidak terima.

“Heh! Kalo mau nuduh yang masuk akal dong, lo gak liat dia itu boti?! Ya kali gue yang gak punya titit nganu sama dia. ” lagi. Lagi dan lagi Theressa dengan entengnya menyebut Lio sebagai boti. Ya tapi gak salah sih, Lio kan emang boti– ups.

Lalu perempuan yang memergoki mereka menatap Lio dari atas ke bawah, sedang menilai Lio. “Lo bener, dia boti. Boti banget malahan. ”

“Heh! Maksud dari boti banget tuh apaan ya kacks? ” perempuan itu hanya mengedikkan bahu, membuat Lio makin geram. Ingin sekali menceburkan kepala orang itu ke selokan.

Hingga Lio tak sengaja melihat sesuatu di lengan perempuan itu.

...

“... KALIAN BOLOS YAK?! ” yah, jika diperhatikan lebih teliti terdapat bet OSIS di lengannya. Dan tanpa aba-aba Lio dengan gesit melarikan diri, meninggalkan Theressa yang terbengong-bengong. Tentu saja pria cantik tersebut sempat mendapat teriakan untuk berhenti.

Karena Lio sudah kabur, anggota OSIS itu beralih ke Theressa, “Kamu ikut saya ke ruang OSIS. ”

Theressa hanya dapat pasrah, dasar Lio makhluk kurang ajar tapi sialnya imut!

***

Hahh... Hah.. Haihh...

Lio dengan rakus menghirup oksigen yang ada di sekitarnya. Dadanya naik turun dengan brutal, keringat sebiji jagung menetes dari dahinya.

Karena acara melarikan diri tadi, Lio bela-belain manjat pagar sekolah. Takut kena hukum katanya.

Ia mendudukkan diri ke tanah, lalu menselonjorkan kakinya yang lelah. Sebenarnya Lio tidak tahu di mana ia berada, karena Elio asli tidak pernah ke tempat ini. Tempat ini terlihat seperti hutan, atau memang hutan? Ia tidak tahu. Banyak pohon tumbuh menyebar luas di daerah ini, tapi tidak banyak ilalang yang menghalangi jalan.

Sangat asri, Lio menyukai ini. Ia bangkit, lalu pergi menyusuri tempat yang kini ia sebut dengan hutan. Pria cantik itu terus menyusuri jalan dengan bersenandung ria, sesekali tertawa karena mengingat hal konyol yang pernah ia lakukan saat masih menjadi Arelio.

Hahh... Berpikir tentang kehidupan sebelumnya, bagaimana dengan keadaan tubuhnya di sana? Ia masih hidup atau mati sih?! Bagaimana dengan kedua orang tuanya, mereka baik-baik saja 'kan? Lalu Dimas? Dia merindukan pria itu.

Lio tersenyum sendu, jelas ia merindukan semua itu. Meski harus bekerja keras dan jauh dari orang tua, tapi dia bahagia.

Sayup-sayup ia mendengar suara air, semakin ia berjalan semakin jelas. Tanpa sadar mempercepat langkah kakinya. Entah kenapa ia merasa bersemangat. Hingga ia melihat sebuah aliran sungai yang tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil. Air di sungai itu tampak jernih, bahkan ikan-ikan yang asik berenang pun dapat Lio lihat dengan jelas.

Ia mendekati bibir sungai lalu melepas sepatu dan kaos kakinya, ia duduk di tepi sungai dan mencelupkan kakinya ke aliran air. Rasa dingin menjalar di kakinya.

Lio mengambil ponselnya yang sejak tadi ia kantongi, lalu memainkan game yang ada. Terlalu fokus ke permainan, bahkan suara grasak-grusuk dari belakangnya pun ia tak peduli.

“Hey. ”

Hingga tepukan di bahunya dan panggilan seseorang membuat dirinya menoleh. Ia melihat seorang pria, terlihat matang dan dewasa dengan setelan khas kantoran dan rambutnya disisir rapi. Pria itu tersenyum lembut, tapi... Entah kenapa senyum nya aneh.

'Omegot!! Syuger dedi?! '

What are you doing here, sweetie?

Harem For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang