27. Buset

4.4K 389 27
                                    

Lio berada dalam masalah... Ia sepertinya akan dimangsa oleh predator buas. Berada di sebuah kamar dengan 5 dominan yang kelebihan hormon memang malapetaka.

Ya- ini bukan salahnya, ini memang keinginan mereka semua dan tentu saja Lio tidak bisa menolak. Mereka memaksa.

Lio ketar-ketir di atas ranjang, dengan Arka yang memeluknya manja.

“Lio~ mana jatahku? Eum?” Arka menatap Lio dengan puppy eyes yang menggemaskan, tak salah jika ia memanggilnya anak anjing.

Arka merengek terus menerus, ia sudah sikat gigi dan mandi kembang tujuh rupa seperti permintaan Lio. Bahkan kalo Lio masih gak mau, ia rela kok ngasih titidnya disinfektan. Gimana gak ngebet? Keseringan liat Lio cipokan sama yang lain bikin gerah.

Bahkan Hendery pun rela menghabiskan satu botol obat kumur dalam sehari. Demi bisa mencium pemuda manis itu. Pemuda? Jika diingat-ingat... Lio masih di bawah umur bejir!

Lio juga berpikir akan hal itu, tubuh yang ditempatinya masihlah di bawah umur tapi sudah tidak perawan. Ia menatap pada dominannya yang berada di kamar yang sama dengannya itu. Sebuah keputusan tercipta dengan spontan di otaknya.

“Kalian... Kalian sayang 'kan sama aku?” tanya Lio sambil melihat mereka bergantian.

Mereka sejenak saling berpandangan dengan satu sama lain karena heran dengan pertanyaan yang tiba-tiba.

“Kami cinta.” Diego membuka suara.

“Kalian cinta sama aku?” Para dominan mengangguk setuju dengan kompak, bahkan Arka.

“Kalau kalian cinta sama aku, mau gak kalian nurutin satu permintaan aku?”

Kelima dominan itu merasa was-was takut akan permintaan yang tak mengenakkan. Nambah harem contohnya.

“Aku emang udah gak perawan, tapi tetep aja aku pengen kalian nahan diri buat main ranjang sampe aku udah legal bisa?” Wajah para dominan yang awalnya kaku terlihat lebih rileks seperti lega akan sesuatu.

Zayn yang awalnya duduk di sofa melangkah mendekati Lio dan memeluknya. Menyingkirkan Arka dengan paksa.

“Gak papa, menuhi nafsu di ranjang bukan kewajiban kamu sayang. Beda kalo kamu itu udah jadi istri-” Zayn menjeda kalimatnya. Entah kenapa setelah menyebut kata istri wajahnya memerah dengan senyum cabul. Melihat hal itu, Lio mencubit pipi Zayn dengan kesal.

“Kami nerima semua keputusan kamu kok. Tapi... Masih bisa cium 'kan?”

Lio tertawa geli lalu mencium bibir Zayn. Zayn yang mendapat serangan mendadak merasa bersemangat dan membalas permainan dari Lio. Tapi itu tak bertahan lama karena dipisah oleh Arka yang kebakaran jenggot.

Arka akhirnya mendapat ciuman pertamanya dari Lio, ia bermain dengan penuh semangat bahkan Lio sampai kewalahan dibuatnya. Penantian dan usaha Arka tidaklah sia-sia, rasa bibir dan mulut Lio begitu memabukkan dan candu. Jika bisa, ia ingin melumat bibir kemerahan itu selamanya. Tanpa melepas tautan mereka sama sekali.

Bermenit-menit, Arka masih juga belum puas. Tapi Lio sudah tidak kuat saat napasnya hampir habis sepenuhnya. Sekuat tenaga memukul bahu Arka, dan akhirnya Arka melepas tautan mereka. Lio terengah-engah begitu ciuman mereka terlepas, bibirnya terasa kebas juga. Sekilas ia melirik ke bahu Arka.

‘Tuh 'kan! Kekuatan gue yang 100% gak mempan ke mereka anjir!’ batin Lio menjerit frustasi.

‘Kimak emang si sistem, dasar konto-’

Belum juga Lio menyelesaikan monolog batinnya, ia sudah ditarik untuk berbaring di ranjang. Lio melihat para haremnya yang begitu teratur, tak ada saling merebutkan posisi. Setelah ditelusuri ternyata mereka membuat jadwal tidur di samping Lio. Mandiri sekali. Jadwal itu sudah disepakati oleh semua pihak, meski harus ada adegan jotos-jotosan dikit. Tidak sampai membuat tulang retak, tenang saja.

Lio tidak menyangka akan hal itu, juga tidak menyangka jika malam datang secepat ini. Ia tak sadar jika telah menghabiskan banyak waktu sedari tadi. Diego dan Zayn yang berada di samping Lio memeluk memeluknya dengan begitu erat, tapi Lio tak merasa terganggu sama sekali. Malahan pandangannya fokus ke sebuah lukisan raksasa yang baru terpasang di kamar itu.

Lukisannya di kanvas dengan ukuran raksasa terpajang begitu menakjubkan. Lukisannya dengan pakaian yang terlihat elegan dan juga terlihat penuh hormat, dengan pose duduk di sebuah tahta dalam posisi miring tak lupa di wajahnya terpasang senyumnya yang indah. Lukisan itu menggambarkan keindahan, kecantikan, keeleganan, kehormatan, dan kekuasaan seorang Lio.

Lio sendiri yang bahkan menjadi objek utama dari lukisan pun merasa takjub, Andrean benar-benar berbakat.

Puas menatap dirinya sendiri, Lio memejamkan kedua matanya. Mencari jalan untuk kembali ke dunia mimpi.

***

Fajar sudah terbit dari timur, tapi beberapa orang tetap enggan untuk beranjak dari ranjang mereka yang begitu hangat. Lio contohnya. Di saat para pria-nya sudah segar bahkan siap untuk pergi bekerja, ia masih bergelung di bawah selimut. Ya begitulah hidup pengangguran, apalagi dirinya sudah memiliki kekayaan yang melimpah. Diego yang melihat kebiasaan adik tercintanya itu menggelengkan kepalanya dengan maklum, karena yah…  itu sering terjadi. Para dominan Lio bersiap-siap di kamar sehingga menghasilkan suara yang cukup bising.

Lio terbangun begitu mendengar suara grasak-grusuk dari sekitarnya, saat membuka matanya yang terlihat adalah pemandangan yang memanjakan mata. Entah kenapa, mereka terlihat begitu mempesona saat berganti pakaian. Orang-orang yang dijadikan sebagai bahan tontonan  membiarkannya.

Lio bangun dari ranjang, lalu dengan santai bergelanyut ke Andrean. Andrean yang ketempelan tentu menjadi sumringah dan mengecup bibir ranum Lio.

“Morning kiss,” ujar Andrean.

Tak lama, yang lain pun ikut mengambil jatah ciuman pagi mereka masing-masing. Lio tentu tak menolak, mereka senang, ia aman. Setelah mereka siap dengan pakaian, semuanya turun untuk sarapan. Pagi ini Lio tak memasak, biarlah para pelayan yang memasak untuk hari ini.

Lio cukup senang saat melihat Diego, Zayn, maupun Hendery makan dengan lahap. Selesai sarapan, mereka yang memiliki pekerjaan berangkat bekerja sedangkan sisanya melanjutkan pendidikan mereka yang sempat tertunda akibat Lio yang menghilang— kabur.

Lio? Tentu menganggur. Tapi hari ini ia ingin mengunjungi sang ibu,sekaligus menjadi lebih dekat dengan adiknya.

Lio berangkat besama sopir yang ditugaskan Hendery untuk mengantarkan Lio kemana pun, selama itu di dalam kota yang mereka tempati. Di perjalanan Lio bertanya mengenai beberapa hal kepada sistem. Seperti kenapa misinya mulai jarang diberikan? Atau perkembangan tentang kisah cinta Theressa yang sekarang sangat dekat dengan pemeran utama pria(first male lead).

Sistem dengan sabar menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Lio. Alasan jarangnya misi yang muncul karena bagian pusat ingin dirinya fokus dengan tujuan kebahagiaan itu. Dan yah mengenai kedekatan pasangan utama itu, Theressa dan ketua geng motor besar keduanya telah bertunangan. Karena… Theressa kepergok hamil di luar nikah. Lio ternganga mendengar info panas dari sistem, rasanya seperti mendengar gosip.

Tak terasa ternyata Lio telah sampai di rumah keluarga Aldrige. Dirinya masuk tanpa mengetuk pintu ataupun mengucapkan permisi, dan hasilnya Lio kembali terkejut begitu melihat pemandangan yang agak… tidak wajar. Kalau ibunya tampak wajar, tapi tidak dengan benda yang ada di tangannya dan juga ayahnya. Ayahnya duduk di lantai dengan kepala bertumpu di paha istrinya, ada kalung choker yang terdapat rantai terpasang di lehernya. Dan rantainya dipegang ibunya. Anehnya, Lio tak melihat wajah marah, terpaksa ataupun tak senang dari sang ayah. Hanya wajah damai seperti anjing penurut kepada majikannya.

Sepertinya Lio terlalu lama melamun, hingga ibunya menyadari keberadaan putranya sendiri. Seperti tak terjadi apa-apa, Winanta tersenyum lembut, “Lio? Ke sini kok gak ngabarin sayang?” mendengar sang istri berbicara kepada seseorang Alvaro menoleh. Wajahnya begitu datar dan terkesan biasa saja meski ia dalam kondisi yang cukup aneh.

Harem For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang