26. Lengkap

4.4K 423 19
                                    

"Ada apa?" suara dari pemilik kamar terdengar begitu datar seperti tak senang akan kehadiran orang lain di ruangannya.

Lio dan yang lain tak membuka suara sejenak, mereka masih mengamati keindahan lukisan yang dibuat oleh orang itu- Andrean. Meskipun begitu, yang nyata tetaplah yang terindah. Hanya saja mereka takjub.

"Kubilang, ADA APA?!" mereka tersentak begitu mendengar intonasi Andrean yang meninggi.

Akhirnya Lio membuka suara, "Rean..." ia memanggil namanya, menunggu reaksi yang diberikan oleh Andrean.

Mereka tak bisa melihat begitu jelas reaksi yang diberikan Andrean, tapi samar mereka melihat Andrean menutup kedua telinganya. Andrean menoleh, gelap, mereka tak bisa melihat wajah Andrean.

Mereka memang tak bisa melihat wajah Andrean, tapi Andrean bisa. Ia terkejut saat melihat orang yang begitu dirindukannya berdiri di belakangnya.

"Lio..?" gumam Andrean tak percaya. Gumamannya terdengar begitu lirih tapi penuh akan rasa ketidakpercayaan.

Ia bangkit dari duduknya dan berjalan dengan gontai ke arah Lio. Saat ia berada tepat di hadapan Lio, ttangannya yang bergetar menyentuh wajah Lio perlahan. Memastikan apakah yang ia lihat itu kenyataan atau hanya halusinasinya saja. Lio memejamkan matanya seolah meyakinkan Andrean bahwa itu benar dirinya, tangan Andrean yang sudah ancang-ancang mencekik leher Lio turun begitu saja. Dibawalah sang pujaan hati ke dalam pelukan yang begitu hangat. Tubuhnya bergetar begitu tangisnya pecah.

"Huwaa... Li-o, h-hiks... Em, Lio. Hiks..." Lio membalas pelukannya, dengan sabar mengelus punggung Andrean.

Diego yang melihat sang adik didekap oleh orang lain merasa cemburu dan tidak terima, akhirnya ia ikut memeluk Lio dari belakang. Jadilah Lio dihimpit dua laki-laki yang sedang dalam masa pemulihan mental. Ia menatap Arka dengan tujuan meminta bantuan, malah yang ia dapatkan tatapan yang tak ingin kalah dan merajuk. Aduhai, gini amat punya laki-laki gak waras.

Merasa jengah, Lio dengan lembut melepas pelukan keduanya. Melihat jika mereka akan protes, dengan cepat Lio berucap.

"Udah, udah. Pengen cuddle 'kan? Nanti di rumah cuddle sepuasnya, jangan di sini oke?"

Akhirnya mereka mengangguk setuju dengan pasrahnya. Mereka keluar dari rumah sakit jiwa tidak semulus yang diperkirakan. Andrean memang sudah bisa keluar karena sudah bisa mengendalikan emosinya, tapi masalahnya ada pada Lio. Pihak rumah sakit sempat mencurigai Lio sebagai pihak tak bertanggungjawab, karena melihat Diego yang kesehatan mentalnya dapat dikatakan tidak baik juga Arka yang seperti orang yang berada di bawah tekanan Lio.

Tapi hal itu dapat teratasi saat Lio menjelaskan situasinya, ditambah ketiga pria dominan yang nampak tak terima saat Lio dituduh seperti itu. Dan juga Lio menjanjikan akan menjadi donatur dari rumah sakit jiwa itu, dengan syarat tidak semena-mena. Mereka akhirnya dapat pulang ke rumah Hendery sambil membawa seluruh lukisan dengan wajah Lio.

Di perjalanan Lio memikirkan untuk meminta ruang melukis kepada Hendery, agar Andrean bisa melukis dengan leluasa. Mungkin Andrean bisa menjadi pelukis terkenal nantinya. Atau bisa saja dirinya sendiri yang tiba-tiba menjadi titisan Leonardo da Vinci, bisa jadi?

Eh, dia pelukis bukan sih?

Acara melamunnya diinterupsi oleh Andrean yang kesal karena Lio tak memperhatikan. Tapi dia tetap berkicau selama di perjalanan, Arka juga ikutan berkicau dengan nyaring. Apa karena mereka sejenis ya? Hampir mirip gitu. Bedanya Arka udah ternodai, sedangkan Andrean masih suci dan agak sikopet. Itu aja sih perbedaannya.

Omong-omong kalian penasaran dengan posisi duduk mereka sekarang? Enggak penasaran? Tapi aku maksa ngasih tau nih.

Karena kengototan Arka, Andrean, dan Diego yang tidak ingin duduk terpisah dari Lio akhirnya mereka memutuskan jalan pintasnya. Diego di tengah dengan Lio dipangkuan, sisi kanan dan kiri diisi Arka dan Andrean. Tenang, mereka menggunakan sopir.

Sebenarnya Lio ingin mampir ke restoran, tapi- ah malas.

Setelah hampir merasa ingin ke panti jompo, akhirnya mereka sampai juga di rumah Hendery. Sungguh punggung Lio rasanya seperti akan patah karena tak bergerak sama sekali selama perjalanan, apalagi posisinya duduk.

Seketika setelah keluar dari mobil, Lio meregangkan seluruh otot tubuhnya yang terasa pegal. Yang diregangkan otot, yang bunyi tulang. Saat sedang fokus meregangkan tubuh, ia dikejutkan dengan serangan ciuman yang tiba-tiba di bibir seksinya. Tidak hanya menempel, bibirnya juga dihisap sebegitunya!

Lio mengerang pelan saat lidah mereka beradu, bahkan setetes saliva yang tidak diketahui pemiliknya turun dari bibir Lio. Baru juga dua menit berciuman, tautan mereka dilepas secara paksa oleh pihak ke tiga.

Saat tautan itu terlepas, Lio tetap tak diberi kesempatan untuk bernapas karena setelahnya bibirnya sudah disambar oleh pihak ke tiga itu- Diego. Sedangkan pelaku sebelumnya yaitu Andrean, menjilat bibirnya dengan wajah antara puas dan tidak.

Lepas dari Andrean, terjebak pula dalam ciuman mematikan Diego. Lio hanya bisa mendesah nikmat dalam permainan sang kakak. Tapi, merasa sudah cukup Lio berusaha menghentikannya dengan cara memukul bahunya, tidak direspon. Kemudian, ia menggigit bibir Diego hingga berdarah malah menjadi lebih sangat bersemangat. Cara terakhir, mencubit hidung Diego. Untungnya berhasil.

Lio terengah-engah sembari menatap kesal kakak satu-satunya itu. Ia berjalan mendekati Arka yang sedari tadi hanya menonton. Mendekatkan kepalanya ke telinga Arkan lalu berbisik, "Sikat gigimu, nanti kau akan dapat jatahmu."

Mendengarnya, Arka menjadi sumringah. Tanpa pikir panjang berlari masuk terlebih dahulu, meninggalkan tiga orang yang bersamanya tadi. Lio hanya bisa menggelengkan kepalanya, kemudian ia ikut masuk ke dalam rumah diikuti dua orang lainnya.

Tujuannya saat ini adalah dapur, "Kalian belum makan 'kan? Kita makan dulu, aku yang masak. Kalian tuh kurus, jadi kalian harus naikin berat badan biar ideal lagi. "

Andrean dan Diego hanya bisa saling berpandangan.

"Tapi jangan cuma naikin berat badan doang, work out juga. Soalnya aku suka yang badannya atletis sama ideal."

Mendengar ungkapan Lio, semangat keduanya makin membara. Mereka bertekat untuk mendapatkan otot tubuh mereka kembali begitu mendapat berat badan yang sesuai.

Mereka membayangkan... Mendapat jatah setelah membentuk tubuh dengan sempurna.

Di dapur, Lio memasak dengan begitu lihai. Andrean dan Diego menonton dengan penuh damba, oh astaga seorang malaikat.

Hasilnya, Lio memasak sangat banyak. Kenapa ia tidak menyuruh pelayan saja? Karena ada Andrean dan Diego, mungkin mereka merindukan masakannya. Percaya diri itu nomor satu.

Untuk memindahkan makanan, Lio meminta bantuan pelayan. Kemudian memanggil Arka yang ternyata dalam perjalanan ke ruang makan, Zayn yang baru saja sampai dengan... Eum, darah di tubuhnya? Dan Hendery yang mengurung diri di ruang kerjanya bersama berkas yang menumpuk.

Mereka berkumpul di meja makan dengan tenang sambil menunggu Zayn yang sedang mandi. Begitu Zayn datang, mereka makan dengan penuh ketenangan.


Harem For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang