3. Sekolah

15.9K 1.2K 16
                                    

Sepasang kelopak mata terbuka perlahan, menampilkan manik cokelat terangnya yang bulat. Berkedip beberapa kali, lalu berusaha untuk bangun. Tapi seperti ada yang menahan pergerakannya, sebuah tangan melingkari perutnya. Menoleh ke sang pelaku, lalu...

Plak!

“Adohh!! ”

Pelukan itupun terlepas. Lio menatap korban penamparannya dengan wajah tak berdosanya.

“Aduh dek, kok nampar sih?! ” Diego memegang pipinya yang terasa panas dan perih. Ya, semalam setelah jalan-jalan bahkan membeli berbagai jajanan bersama selama seharian penuh, Diego meminta Lio untuk tidur bersama.

“Yee, suruh siapa kalo turu meluk-meluk sembarangan. Gak bisa gerak tau. ”

“Ya kan bisa banguninnya baik-baik... Gak usah pake kekerasan juga kali. ” Diego kesel, kan bisa banguninnya biasa aja. Dia itu tipe orang yang mudah untuk dibangunkan.

“Gak tega bangunin, teganya
nampar. ” Diego terdiam mendengar jawaban sang adik. Ia hanya dapat geleng-geleng kepala sambil mengusap dada berusaha sabar. Setelahnya Ia menyuruh Lio untuk segera bersiap pergi sekolah.

Lio beranjak untuk pergi ke kamarnya, dan bersiap pergi ke sekolah.

***

Lio telah menginjakkan kakinya di sekolahnya SMA Cakrawala, ia menatap kagum bangunan di depannya. Untung ia pergi lebih pagi, jadi sekolahnya masihlah sepi.

“Oh iya, sistem mana ya? ” gumamnya pelan.

[Saya di sini Master]

“Udah selese urusannya? ”

[Sudah dari semalam Master, tapi saya memang tidak menunjukkan diri saya karena belum ada hal penting yang perlu disampaikan]

Lio hanya menganggukkan kepalanya, ia terus melamun hingga sampai ke kelasnya. Jika kalian bertanya, bagaimana bisa Arelio mengetahui letak kelas Elio? Ya karena ingatan yang diberikan Elio sangat jelas, semua ingatannya lengkap. Lio sangat terbantu karena hal itu, tapi dampaknya ingatannya di kehidupan sebelumnya mulai samar.

Lio duduk di bangkunya, kelasnya kosong. Dia yang pertama datang di kelas. Daripada bosan, ia membuka ponsel untuk membaca novel digital sambil merebahkan kepalanya di meja. Karena tempat duduknya ada di pinggir, dekat jendela ia memilih membaca dengan background jendela saja. Daripada background siswa-siswi lewat. Berpikir tentang siswa... Elio sekarang berada di kelas XI, sedangkan Diego sudah kuliah.

‘Haishh... SMA lagi. ’

Lio terus menghabiskan waktunya dengan membaca novel, bahkan saat kelas mulai terisi ia tetap berada di posisi yang sama. Karena mengahadap ke arah jendela, otomatis kepalanya membelakangi anak-anak kelas jadi mereka tidak dapat melihat wajah Lio. Hingga seseorang menepuk pundaknya. Lio reflek bangun dan menoleh.

Beberapa orang yang melihat wajah Lio membeku, mereka merasa gemas melihat wajah imut Lio yang sedang keheranan. Orang yang menepuk pundaknya tadi tergagap, lalu mengusap tengkuknya canggung tapi jika diperhatikan dengan lebih teliti terdapat semburat merah di telinganya.

“E-eh.. Anu, sorry kirain temen gue. ” laki-laki bernametag Erick Bagasraja Anantadewa, salah satu sohib Elio. Tapi mungkin gara-gara si Lio nya glow up jadi pangling. Orang-orang memanggilnya Erick tapi para sahabat dekatnya memanggilnya Bagas.

“Lah, gue emang temen lo. ” sahut Lio.
Jawaban Lio membuat Erick berpikir untuk beberapa saat, lalu berteriak heboh.

“WOHHHH!!! Lio?! Ini elo?! ” teriakan ini tentu saja menarik perhatian yang lainnya, dan semuanya menatap Lio.

Harem For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang