∆∆∆
"Cepat temukan dan habisi dia." Di ujung kalimat, sebuah tawa terdengar. Ringan tapi penuh kebengisan.
∆∆∆
Dari sore hingga malam minggu ini, Klise Cafe amat penuh. Sena sedari tadi berseliweran, tangkas mengantarkam pesanan ke meja-meja pengunjung. Aroma pastry menguar. Beradu dengan cangkir-cangkir kopi yang mengepul. Muda-mudi tertawa, larut dalam rasa bahagia pada lingkup atmosfer hangat Cafe.
Tak lama, hujan rintik-rintik mulai turun. Menyebabkan para pengunjung meninggalkan Cafe, mengantisipasi hujan besar dan terjebak di sana. Perlahan, kondisi di dalamnya kembali hening.
Lexa dan Sandi tengah mengelap meja ketika Sena kembali dari mencuci tangannya. "Masih jam 8.21. Sepertinya hujan akan turun semakin lebat. Aku teringat kedai ayam saat mengantarkan galon waktu itu. Bisakah kita makan bersama?"
Lexa dan Sandi hanya bisa saling tatap.
"Tenang saja, aku akan menutup Cafe, kalau itu yang kalian risaukan sekarang." Sena berjalan keluar. "Ohiya, Aku yakin jika pancaran mata kalian memiliki laser, kalian sudah berhasil melubangi kepala masing-masing." Sena nyengir kuda lalu meraih payung di dekat pintu. Setelah berada di luar, lelaki itu membalik sign board di pintu menjadi 'close/tutup'.
Setelah punggung Sena tidak terlihat, Lexa berhenti mengelap meja, ganti menghadap Sandi.
"Dia hilang ingatan kan?"
"Harusnya sih gitu. Yang gue inget, Moira cukup konsisten kan?"
"Iya. Moira 'biasanya' konsisten. Kita tidak boleh lengah. Jangan lupa bahwa Moira juga penuh kejutan."
Sandi menjawab dengan mengangguk singkat. Lalu keduanya kembali membersihkan Cafe.
Apa yang Lexa dan Sandi tidak sadari adalah bahwa percakapan mereka didengar oleh Esha. Kucing oren itu baru mau sampai di lantai dasar sebelum berbalik, kembali ke lantai atas disertai banyak tanya.
Niatnya untuk mencari Sena dan berpamitan untuk menjalani sebuah misi malam ini, musnah. Semua terganti kekalutan yang hebat atas percakapan Sandi dan Lexa.
Bagaimana bisa Lexa dan Sandi yang 'harusnya' manusia biasa, mengetahui Moira?
Mereka...
manusia biasa...
bukan...?
∆
"Usianya 19 tahun. Dia depresi karena orangtuanya sering bertengkar di rumah dan dia yang selalu menjadi sasaran tinjuan ayahnya. Sungguh malang."
"Khae, kamu tahu aku tidak pernah gagal menyelamatkan jiwa-jiwa itu." Esha menyentuh amplop hitam di depannya dan seketika wujudnya berubah. Dari kucing oren gemuk menjadi sesosok pria tinggi yang gagah. Seluruh pakaian hitam andalannya melekat sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resiliensi |
Fantasy[ Follow sebelum membaca ] "The capacity to withstand or to recover quickly from difficulties; toughness." Aksena sungguh tahu bahwa selalu ada batas untuk segala hal yang ada di dunia ini pun di dunia-nya. Tapi dia tidak pernah terpikir sedikitpun...