8. Halcyon Memory

5 1 0
                                    

Ketika kesadaran mereka kembali, keduanya saling bertatapan. Ada banyak kecamuk emosi yang tertampil. Sebagian besar dirajai oleh rasa bingung, kalut dan debar yang tiba-tiba menggila. Mereka ingin menampik tapi adegan itu jelas terasa amat nyata untuk disangkal.

∆∆∆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

∆∆∆

"Bang, ada yang nyariin di bawah."

Mendengar suara disertai ketukan Sandi di pintu kamarnya, Sena sekatika terperanjat.

"Esha, dia pasti alula. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku perlu..." Telinga Sena lagi-lagi bersemu. "...menciumnya?"

"Jangan gila! Aku jamin itu bukan misi jiwamu. Berhenti memikirkannya bodoh!" Cakar kucing Esha sudah menyembul penuh kilatan.

"...baiklah"

Sampai di lantai bawah, ternyata bukan Alula yang mencoba untuk menemuinya, melainkan Rella. Sekilas, adegan dimana Rella mengobrol dengan entah siapa di gang, terulang di memori Sena. Hawa mistis kala itu membuat Sena lagi-lagi merinding hebat.

"Ada yang mau gue tanyain." Rella berkata tegas sesaat setelah Sena duduk di hadapannya.

"Ada apa?"

"Nama lo...Aksena?"

"Iya...?"

"Kok gak yakin?"

"Aku terkejut. Bagaimana bisa kamu tahu?" Sena sangat yakin di pertemuan terakhir mereka, dia memperkenalkan namanya Sena bukan Aksena.

"Tiba-tiba aja." Rella memalingkan wajah, kehilangan kata-kata. Nama Aksena yang tertulis di layar ponselnya terus terulang di kepala.

"Tiba-tiba?"

Rella terdiam agak lama. Tampak dia tengah menimang sesuatu tapi dirinya ragu. Bagaimana jika ingatan itu salah?

"Aku punya sesuatu untuk diberikan kepadamu. Tunggu di sini."

Setelah beberapa saat, Sena kembali seraya membawa sebuah kalung mawar merah di tangannya. Seketika Rella menyentuh lehernya dan baru menyadari bahwa kalung itu sudah menghilang dari sana. Sena membuka telapak tangannya, menyodorkan kalung itu. Pada saat Rella mengambilnya, otomatis buku-buku jarinya bersentuuhan langsung dengan telapak tangan Sena. Satu kilatan adegan serta merta menghajar ingatan mereka. Sebuah memori mengenai Sena yang tengah memasangkan kalung mawar merah itu ke leher Rella, mengehentikan gerak keduanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Resiliensi |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang