05

836 107 10
                                    

WARNING! MATURE CONTENT!

BERISI KEKERASAN DAN BANYAK KATA KASAR

BAGI YANG TIDAK NYAMAN, SILAHKAN DI SKIP.

THANK YOU.

.

.

.

.

.

Setelah selesai bekerja, kau dan Seokmin langsung bergegas menuju rumah ayahmu. Perasaanmu tidak enak sejak kemarin. Perpisahan ibumu di mimpi itu masih terekam jelas di kepala. Perasaan sedih bercampur bingung itu masih kau bawa hingga bekerja pagi ini, alhasil kau sulit fokus dan banyak melakukan kesalahan kecil.

"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja." ucap Seokmin sembari mengusap puncak kepalamu dengan satu tangannya, sementara tangan lainnya memegang setir mobil.

"Aku tidak akan bisa tenang jika tidak melihat sendiri. Aku sangat yakin pasti terjadi sesuatu yang buruk sampai ibuku datang dan berpamitan padaku." Jelasmu

"Hal buruk apa yang memungkinkan untuk terjadi disana? Ayahmu membakar ruangan ibumu? Tidak mungkin kan? Meski mengkhianati ibumu, sebenarnya ayahmu tetap mencintai ibumu sampai kapanpun." balas Seokmin yang mencoba menenangkan mu.

"Dia sudah tidak mencintai ibuku sejak ia memulai perselingkuhannya itu." Balasmu tegas

Seketika itu Seokmin hanya diam. Ia tak mau menyulut emosimu lebih jauh dengan membela ayahmu terus-menerus. Kau tahu dia berniat baik dengan mencoba membuatmu berdamai dengan ayahmu sendiri, tapi kau sudah terlanjur sakit hati dengan ayahmu. Tidak akan ada yang bisa mengobati rasa sakit hati seorang anak perempuan yang telah dikecewakan oleh sosok yang dulu ia anggap sebagai pahlawannya.

Banyak orang berkata, seorang ayah adalah cinta pertama putrinya, itu benar. Kau dulu juga begitu mencintai dan menyayangi ayahmu, bahkan lebih besar dari rasa sayangmu ke ibumu. Tapi ketika rasa sayang dan cinta yang besar itu dihancurkan dengan rasa kecewa, maka disinilah dirimu yang saat ini. Bersikap asing dan penuh dendam.

"Sudah sampai."

Kau bergegas keluar dari dalam mobil, disusul oleh Seokmin. Para pelayan disana mengenalmu sehingga tanpa kau suruh pun mereka sudah tahu apa yang kau inginkan.

"Apa pria itu ada di rumah?" tanyamu karena tak melihat sosoknya di ruang kerjanya yang dekat dengan pintu masuk.

"Beliau ada di rumah malam ini, nona." balas pelayan yang kau tanyai

"Lalu, dimana dia sekarang? Apa kamar ibuku baik-baik saja?"

Pelayan itu tidak bisa menjawab. Lebih tepatnya tidak berani. Ia mencoba untuk mencari jawaban tapi sebelum mengutarakannya, kau sudah lebih dulu menerobos masuk lebih dalam.

"N-Nona... Tuan, a-ada di taman belakang..." bohongnya

"Aku tak butuh bualanmu. Aku akan mencarinya sendiri."

"Ta-tapi, nona..."

"Shhhhttt! Kau kembalilah ke pekerjaanmu. Aku tak akan mengatakan apapun tentangmu pada pak tua itu."

Barulah setelah itu, pelayan tadi pergi dan tidak mengikutimu lagi. Saat ini, kau kembali melangkahkan kakimu ke lantai dua, tepatnya ke kamar mendiang ibumu yang terletak agak jauh dari anak tangga.

Belum sampai di kamar tersebut saja, kau sudah mendengar ada suara percakapan dari dalam sana. Hal itu sontak membuatmu mempercepat langkahmu. Firasat burukmu kian menjadi-jadi. Kau ingin membuktikan sendiri apa yang sudah terjadi di dalam sana. Seokmin tak banyak bicara dan hanya mengikutimu. Ia tahu kau sedang gundah dan siap melutus bak gunung berapi yang siap menumpahkan lahar panasnya.

Red Flags [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang