Pagi ini jantungmu hampir saja berhenti berdetak. Duniamu terasa runtuh dan melebur menjadi satu dengan tanah. Semua itu karena kabar mengejutkan yang baru saja kau terima dari Seokmin.
"(Y/n), ayahmu meninggal dunia."
Satu kalimat itu mampu membuatmu kehilangan seluruh dunia.
"A-apa?"
"Aku baru dapat kabar dari kepolisian bahwa ayahmu dan istrinya meninggal dunia dalam perjalanan pulang. Mobilnya menghantam pembatas jalan dan meledak." Jelasnya.
Kau menggelengkan kepalamu kuat-kuat. Air matamu meleleh tanpa kau ketahui. Jantungmu bagai dipukul palu besar yang begitu menyakitkan.
"Tidak... ini tidak mungkin kan?" Kau masih tak percaya akan hal ini.
Seokmin hanya diam. Ia tidak bisa menyangkal pertanyaanmu karena ia tahu jawabannya tak akan memuaskanmu untuk saat ini.
"Seokmin-ah, katakan! Ini tidak mungkin terjadi kan! Ayahku... tidak mungkin meninggalkanku juga kan?" Desakmu dengan linangan air mata yang tak mau berhenti.
"Ya Tuhan mengapa semua ini terjadi? Hiks... apa karena aku telah durhaka pada ayahku?"
Tubuhmu seketika lemas seolah tak bertenaga. Untung saja Seokmin menangkapmu sebelum kau jatuh ke atas lantai yang dingin.
Rasanya kau dikutuk untuk merasa bahagia. Baru kemarin kau merasa bahagia akan pernikahanmu, hari ini kau kembali ditimpa kesedihan yang mendalam. Sungguh besar rasanya pengorbananmu untuk bahagia sesaat saja. Apa Tuhan memang tidak membolehkan mu untuk merasa bahagia?
Kau menyalahkan takdir atas nasib sial yang terus menerus mengikutimu.
"Sudah ya, jangan menangis lagi." Seokmin mengusap punggungmu dengan lembut. Tapi emosimu masih belum stabil dan tidak terkontrol.
"Bagaimana aku tidak menangis Seokmin?! Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Kedua orang tuaku sudah meninggalkanku. Aku yatim piatu!" Teriakmu.
Seokmin memahami hal itu. Ia tidak marah ketika kau berteriak di depannya. Ia justru mendekapmu lebih erat dan melontarkan kalimat-kalimat penenang.
"Kau masih punya aku, (Y/n). Aku berjanji aku tidak akan meninggalkanmu. Ayahmu telah menitipkanmu padaku, maka aku akan melindungimu dan tidak akan meninggalkanmu lebih dulu."
"Hiks... Seokmin-ah..."
Kau berakhir menangis seharian dalam pelukan Seokmin. Entah apa lagi yang bisa kau lakukan di saat seperti ini selain menangis.
Menyesal?
Kau rasa kau tak pantas untuk menyesal mengingat kau sudah bukan anak ayahmu. Tapi ikatan batin itu tidak mudah putus. Hatimu tak bisa berbohong bahwa kau merasa sangat kehilangan meski kau bersikap buruk pada ayahmu disaat-saat terakhirnya. Menyesal saja tidak akan cukup.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya ayahmu dan juga istrinya langsung dimakamkan. Kau cukup sibuk karena mengurus pemakaman mereka. Kau tidak tidur dan makan dengan benar sehingga orang-orang yang melayat juga iba melihat kondisimu yang tak terawat.
Seperti halnya tempo hari ketika kau bertengkar dengan ayahmu dan jatuh sakit. Kali ini juga seperti itu. Kau sudah merasakan tanda-tanda akan sakit tapi kau memaksakan tubuhmu untuk tetap tegar hingga acara pemakaman ayahmu selesai.
Seokmin sendiri sudah membujukmu kesekian kalinya tapi seperti biasa, kau masih keras kepala. Kau tak bisa makan. Memikirkan penyesalanmu saja sudah membuatmu kehilangan nafsu makan. Kau tak menyangka hal itu membuat Seokmin dan kau berakhir dalam situasi yang sama seperti sebelumnya. Hubungan kalian merenggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Flags [M] ✔
FanfictionKehidupanmu yang baru akan segera dimulai. Menjadi seorang istri dari laki-laki baik seperti Seokmin, tentunya, merupakan dambaan setiap wanita. Tidak ada yang salah dengan itu sampai kalian menempati rumah baru kalian. "Ada yang aneh dengan rumah...