08

550 83 18
                                    

Kau tak bisa berhenti merasa takut meski di sepanjang perjalanan pulang Seokmin tidak melakukan hal-hal yang menakutkan lagi. Tapi justru karena itulah kau merasa takut. Seokmin baru saja membunuh temanmu, dan sekarang ia bersikap seolah tidak melakukan kesalahan apapun. Ia membunuh orang. Dia benar-benar iblis.

“Kau mau makan malam apa?” 

Kau tersentak kaget karena tiba-tiba Seokmin bersuara. 

“T-ti… tidak perlu. Aku m-masih kenyang.”

“Kau belum makan apapun sejak siang, bagaimana kau bisa kenyang?” 

Kau menelan salivamu berat. Bagaimana ia tahu kau belum mengisi perutmu dari siang? 

“Aku bisa membaca pikiranmu.” lanjutnya.

Kali ini kau mendelik saking terkejutnya. 

“S-sejak kapan kau bisa membaca pikiranku?” 

“Setelah aku membunuh Taerin.” 

Kau tak bisa lagi berkata-kata. Sekalipun kau tak berbicara apapun, Seokmin jelas akan mengetahuinya. Tak ada lagi yang bisa kau tutup-tutupi dari Seokmin. Tidak ada lagi jalan keluar untukmu. Kau bukan lagi tersesat, tapi kau sudah terjebak. 

Kau mulai kembali menangis. Kau menyesal telah menikahi Seokmin. Selama ini Seokmin telah mempermainkan perasaan tulusmu padanya. Ia memanfaatkan itu untuk menjebakmu menjadi pengikut iblis. 

“Kenapa? Kenapa kau lakukan ini padaku Seokmin-ah?” Tanyamu dalam isak tangis. 

“Aku tidak bermaksud menjebakmu. Aku sungguh-sungguh mencintaimu.” Balasnya dengan nada lembut. 

“Berhenti memperdayaku dengan kata-kata yang keluar mulut manismu itu. Aku sudah muak! Tidak bisakah aku keluar dari lingkaran iblis ini? Ku mohon. Aku hanya ingin keluar dan menjalani hidupku seperti yang lainnya.” Mohonmu.  

“(Y/n), asal kau tahu. Aku melakukan semua ini demi dirimu. Demi keamanan dan kehidupan normal yang kau sebutkan itu.” balas Seokmin

Kau mulai terbawa emosimu. Kau mencengkram baju Seokmin dan menatapnya nyalang.

“Demi diriku? Demi diriku, kau bilang?! Menjebakku untuk menjadi pengikut iblis, apakah itu caranya menjadi normal? Apakah hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa menjalani kehidupan normalku?! Huh?! Jawab!!!” pekikmu 

“(Y/n), jangan bersikap kurang ajar. Aku tak mau menyakitimu.” 

“Lebih baik kau bunuh aku sekalian. Hiks…  aku tak mau. Aku takut. Ini bukan kehidupan normal yang aku inginkan. Tolong keluarkan aku, bebaskan aku.” 

Cengkramanmu melemas menandakan bahwa kau tak lagi punya kekuatan untuk melawan. Kau sadar bahwa kau sangat lemah. Kau tak bisa pergi kemanapun dan hanya bisa memohon untuk dibebaskan. 

“(Y/n), maaf.” 

Seokmin menunduk lemah setelah mengucapkan kata maafnya. Ia menarikmu dalam rengkuhannya tapi kau memberontak. 

“Lepaskan aku!!! Aku tak mau! Aku membencimu! Lepas!!” 

“Maafkan aku, (y/n). Maaf.” 

Seokmin terus mendekapmu meskipun kau memukul-mukul dadanya dengan keras. Kau berusaha menyakitinya agar ia melepaskan pelukannya dan agar kau tidak lagi tertipu oleh sikap manisnya. 

Tapi kau tetaplah kau. Sekalipun kau menolaknya, hatimu tak bisa berbohong bahwa jauh di lubuk hatimu yang paling dalam, kau mencintainya. Kau memiliki kasih yang tulus untuk Seokmin, dan itu tak akan berubah sekalipun kau telah ditipu olehnya. Itu cinta bodoh, melainkan cinta tulusmu.

Red Flags [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang