07

626 92 23
                                    

WARNING,

KONTEN DEWASA.

BERISI ADEGAN KEKERASAN. TIDAK UNTUK DITIRU.
.

.

.

.

.

Kau mendapati dirimu terbangun di kamar yang asing. Meskipun tidak sepenuhnya asing karena kau cukup familiar dengan interior kamar yang polos itu. 

“Kau sudah bangun?” 

Kau menoleh dan mendapati Seokmin masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan berisi sarapan yang lengkap. 

“Kenapa kita ada di rumah Wonwoo?” tanyamu

Seokmin meletakan nampan itu di sisi ranjang sebelum ia menatapmu lekat. 

“Aku tahu semalam kau mendapat gangguan lagi maka dari itu aku mengajakmu ke kemari agar Wonwoo dapat menghilangkan ketakutanmu.” 

Alasan Seokmin membuatmu mengerutkan keningmu tidak suka. 

“Lalu kenapa? Aku sudah baik-baik saja dengan itu. Aku tak masalah jika Wonwoo tak menghilangkan ketakutanku. Semua orang memiliki ketakutannya masing-masing, dan itu wajar kan?” 

Kau menghela napas pelan. Sebenarnya kau tak ingin marah-marah di pagi hari tapi mendapati dirimu terbangun di kamar orang lain setiap kau merasa ketakutan adalah hal yang menjengkelkan bagimu. 

“Seokmin-ah, aku tak suka ada disini. Aku mau pulang.” ungkapmu pada akhirnya. 

“Sayang, dengarkan aku-” 

“Aku. Mau. Pulang.” Tegasmu lagi. 

Seokmin menghela napas. Kau sudah tak peduli lagi apa yang dia rasakan, yang jelas kau merasa tak nyaman dan merasa harus segera pergi dari tempat ini. 

“Antarkan dia pulang, Seokmin.” 

Kau berjengit terkejut saat tiba-tiba sosok Wonwoo sudah berdiri di sebelahmu tanpa kau sadari kehadirannya sebelumnya. 

“Dia merasa tak nyaman dan tak percaya padaku lagi.” Balas Wonwoo yang hanya menatapmu lekat 

“Apa benar kau tak percaya Wonwoo lagi?” Tanya Seokmin selembut mungkin. 

“Tidak bukan begitu, aku hanya merasa sedikit jengkel karena tanpa sepengetahuanku, kau membawaku ke rumah Wonwoo. Tahu-tahu saja aku terbangun di sini. Kau selalu seperti itu dan kali ini membuatku sedikit kesal.” 

“Tapi kau percaya Wonwoo bisa menghilangkan ketakutanmu kan? Kau tidak meragukannya kan?” tanya Seokmin lagi. 

Kau diam untuk sesaat. Lalu menatap Wonwoo tak kalah lekatnya. 

“Aku… sedikit meragukannya.” Balasmu tanpa memutus kontak matamu dengan laki-laki itu. 

Sampai Seokmin menggenggam tanganmu, kau akhirnya beralih menatap Seokmin yang ada di depanmu. 

“Sayang, apa yang membuatmu ragu? Semuanya sudah terbukti dengan jelas kan? Wonwoo itu hebat, tidak ada yang bisa menandinginya.” 

Kau mengernyitkan dahi. Entah mengapa  sejak tadi Seokmin terkesan sangat membela Wonwoo. 

“Sehebat apapun manusia, di mata Tuhan semua manusia itu sama. Yang membedakan adalah amal baik yang dilakukannya selama hidup.” balasmu untuk menyangkal.

Seokmin terlihat terkejut. Tubuhnya bahkan mematung sepersekian detik sebelum perhatiannya teralihkan oleh kekehan Wonwoo. 

“Sepertinya aku benar, Seokmin.” tukas Wonwoo menertawakanmu.

Red Flags [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang