Malam berganti pagi. Kini giliran Loka yang bangun pada pagi buta untuk menyiapkan persiapan dua serigala di rumah. Di saat kamar Kevan dan Meva masih di huni dengan pemiliknya yang masih tertidur pulas sedangkan kamar Loka sudah kosong dengan kasur yang sudah rapi.
Loka tanpa mengetuk pintu Meva langsung saja masuk dan menyiapkan apa yang biasanya Gela siapkan. Seragam, sepatu, dasi, dan lain lain.
Selesai dengan Meva, kini giliran Kevan. Sama seperti apa yang Loka lakukan untuk Meva, Kevan pun begitu. Barulah Loka menuju dapur. Menyiapkan sarapan untuk mereka makan.
Loka belum mengenakan seragamnya, karena tidak mungkin ia beberes rumah dan memasak dengan seragam yang melekat di tubuhnya.
Untuk menu sarapan, Loka hanya akan membuat makanan yang lebih ringan dan mudah di cerna.
Setelah semua yang akan di siapkan selesai Loka kembali ke dalam kamar untuk menyiapkan diri sendiri. Dan kembali menuju kamar Meva dan Kevan membangunkan sang empu yang masih tertidur.
Meva lah orang pertama yang akan Loka bangunkan. Remaja itu menampar kecil pipi tirus remaja itu. Menampar terus hingga ia benar benar membuka mata.
Sama seperti sebelum sebelumnya, Meva selalu berdengung dan membuka matanya. Melihat adanya sosok Loka, Meva lantas duduk dan menatap heran ke arah Loka yang sudah lengkap dengan seragamnya. Berkali kali Meva menggosok matanya agar tidak kembali memburam. Melihat tingkah Meva loka manahan tangan besar itu agar berhenti.
"Matamu akan sakit." Ucapnya.
Mendengar itu Meva mengangguk dan berganti dengan mengerjabkan matanya yang terasa kaku. Ia melirik jam weker di atas nakas.
"Sekolah?" Tanyanya memastikan. Loka mengangguk mengiyakan.
"Baiklah." Dengan sedikit gontai Meva berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Oke, Meva sudah sekarang giliran Kevan. Ketika Loka sudah berada di kamar Kevan alisnya menyerngit bingung. Kemana serigala ini?
Cklek
Loka mengalihkan pandangannya ke asal suara. Di sana, di depan pintu kamar mandi Loka dapat melihat Kevan dengan handuk sepinggang tanpa atasan yang berdiri sambil mengeringkan rambutnya. Tampak tidak menyadari kehadiran Loka di sini.
Dan benar, ketika melihat Loka Kevan berjengkit terkejut. Lelaki itu mengelus dada bidangnya, mungkin berniat menenangkan jantung.
Kevan berjalan mendekati Loka, berdiri tepat di hadapan adiknya. Tangan besar itu terangkat untuk mengusap rambut berponi Loka.
"Kenapa ke sini?" Tanya Kevan dengan nada gemas.
Loka memejamkan sebelah matanya. "Aku berniat membangunkanmu."
Mendengar itu Kevan mengangguk mengerti. Ia kemudian menurunkan tangannya beralih mencubit pipi berisi Loka. "Sangat baik."
Helaan nafas Loka berikan. Lelaki itu memutar bola matanya malas dan menepis pelan tangan jahil Kevan. "Aku hanya menggantikan tugas mama." Ucapnya.
"Cepatlah bersiap, aku akan tunggu di meja makan."
"Baiklah~"
Loka memandang aneh Kevan. Entahlah, hanya merasa asing jika Kevan kembali kepada kepribadiannya yang tidak manja. Mungkin karena Loka lebih nyaman dengan seseorang yang manja(?)
"Aku keluar." Ucap Loka dan melangkah keluar dari kamar Kevan dan tidak lupa kembali menutupnya.
Loka melangkah menuju meja makan, di sana di tempat duduk Meva biasanya ada sang empu yang merebahkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
/Loka, Transmigrasi?\
RandomBUKAN BL 🚫 BUKAN BL ↑ BUKAN BL ↑ BUKAAANNNNNN!!!!!!!!! "brengsek!" desis Loka. tubuhnya yang berada di ranjang rumah sakit juga adanya infus di tangan kanannya membuatnya sakit kepala memikirkan nasibnya. Loka Glaniard Vuble, pria duda dengan iden...