Bab 8

3K 465 11
                                    

Aku kaget, ngeliat notifikasi banyak banget.
Vote kalian semengaruh itu, tangan aku sampai Tremor pas tau dapet banyak vote.

Maaf kalau lebay.
Kalau boleh jujur sebenarnya aku ragu buat update lagi.
Makasih banyak buat kalian semua yang udah nekan bintang :)

Selamat membaca kakak kakak~

-------------—

"STT oi nomor 2 apaan?"

"Cok, spil rumus nomor 5."

"Ta, ta, yang soal segitiga itu jawabannya 3009 kan?"

"Diem deh! Gue lagi ngerjain anjing."

"Belum gue."

"Ck susah bangke!"

Kelas rusuh di penuhi oleh bisikan yang masih bisa di dengar oleh guru. Kelas Loka saat ini tengah menjalani quiz matematika secara dadakan.

Loka diam mengerjakan dengan tenang. Begitupun Mano yang menutup telinga meski namanya di panggil berkali kali. Dan terkadang membalas dengan jari tengahnya. Sedangkan guru yang sejak tadi memperhatikan hanya diam bersikap seolah tidak tau apa apa.

Guru wanita di depan duduk dengan santai, ia melihat arloji nya yang berada di pergelangan tangan. "Waktu tinggal tiga menit lagi, siap tidak siap akan saya kumpulkan."

Seketika semua murid langsung panik. Tidak ada lagi yang berbisik mereka menyuarakan dengan sedikit keras apa yang ingin mereka contek.

Helaan nafas keluar dari belah bibir Loka ketika murid di belakangnya sangat berisik, ketentraman Loka menjadi terganggu.

"Dalam hitungan ketiga jika belum mengumpul akan saya beri hukuman."

"Satu—

Suara kursi yang di dorong ke belakang semakin membuat yang lain panik. Sedangkan Loka dan Mano serentak mengumpulkan dengan santai ke depan. Dan di susul oleh satu murid lainnya.

"Dua—

Semuanya merusuh, banyak yang saling menyenggol. Bahkan Loka yang baru akan menggapai kursinya hampir terjatuh karena sentakan keras di bahunya berkali kali.

Bruk

Semuanya langsung menahan tawa di saat remaja cantik itu terjatuh setelah salah satu murid dengan tubuh tegap benar benar menyenggolnya dengan sangat keras.

Bagian belakang Loka yang mendarat duluan benar benar nyeri. Ringisan kecil keluar membuat guru langsung berdiri dan menyuruh Loka untuk bangkit.

"Kalian ini! Sudah tau teman kalian sedang terjatuh malah diam menonton." Marah sang guru. Mereka semua diam lalu berbisik berkata jika itu bukan salah mereka dan juga bukan urusan mereka.

Loka menghela nafasnya dan langsung memilih duduk setelah berkata jika itu bukanlah masalah besar. Mano yang tadi menolong Loka untuk berdiri langsung menatap tajam ke semuanya ketika masih ada yang menahan tawa ketika mengingat terjatuhnya Loka. Ia tidak suka temannya di permalukan.

Semuanya langsung diam dan duduk di kursi mereka masing masing begitupun sang guru yang juga malah ikut menurut.

Sedangkan dalam duduknya Loka mengelus bagian belakang lova. Ini lumayan menyakitkan.

Siapa yang mendorong? Batin Loka. Dia mengedarkan pandangannya namun tidak menemukan ekspresi yang mewakili kata jika mereka lah pelakunya.

Lalu bel istirahat berbunyi. Rasa nyeri sudah tidak lagi Loka rasakan.

/Loka, Transmigrasi?\ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang