Bab 9

4.3K 522 30
                                        

Mata dengan manik indah mengerjab pelan, berusaha menyesuaikan cahaya yang terlihat dari jendela kamarnya yang lupa Loka tutup tirainya tadi malam.

Hembusan nafas teratur di tengkuk dan lehernya membuat Loka meremang. Lagi, kedua serigala itu memeluknya dalam tidur. Terlebih dalam pelukan yang menurut Loka lumayan intim.

Matahari sudah sedikit meninggi membuat cahaya yang masuk menembus kaca dan menerangi kamar Loka itu benar benar membuat silau pandangan mata.

Tangan kecilnya ia gunakan untuk mendorong dua kepala yang berada di area sensitif Lova.

Sekarang hari libur. Bukan, sekarang bukanlah hari Minggu, sekarang masih Rabu. Sekolah loka libur karena suatu masalah. Entahlah, Loka juga tidak tahu itu apa.

Untuk Kevan, ia tidak tahu apakah remaja itu memiliki jadwal pagi. Tapi Loka rasa Kevan memiliki jadwal siang, karena tidak mungkin Gela tidak membangunkan Kevan padahal matahari hampir meninggi.

Pengap yang Loka rasakan, dia mencoba melepaskan rengkuhan dua tangan besar milik Kevan dan Meva.

"Emmn." Meva membuka kecil matanya yang masih terasa berat. Mata itu sedikit bengkak karena menangis akibat kemarahan Loka tentang Bar kemarin. Merasa jika sosok yang di peluknya akan beranjak pergi dengan reflek ia mempererat pelukan. matanya masih mengantuk dan dia memerlukan Loka untuk kembali tertidur.

Menyadari serigala di hadapannya terjaga loka menampar pelan wajah tampan Meva. Loka harus bangun. Pekerjaan kantor menunggunya. Ia harus menolong Hazel. Laporan kemarin ujung ujungnya bahkan Loka serahkan kepada Hazel.

"Ng, apa?"

Meva menatap Loka, matanya hanya terbuka satu itupun sayu. Loka benar benar di buat gemas akan Meva, remaja ini Benar benar membuat Meva selalu kehilangan kendali.

Tangan cantiknya mencubit pelan pipi tirus Meva. Ia menariknya pelan menimbulkan ringisan kecil dari sang empu.

"Aku harus bangun."

Namun Meva menggeleng. Remaja itu semakin memeluk Loka erat. Semakin menyembunyikan wajah sembabnya di dada Loka, dengan sedikit menggosokkan wajahnya. ia benar benar mengantuk.

"Aku mengantuk."

"Hng, aku juga." Loka menyerngit. Ternyata serigala di belakangnya juga terbangun. Pelukan mereka semakin erat benar benar tidak membiarkan loka beranjak sedikitpun.

"Apa kamu tidak memiliki kelas?"

"Tidak~ dosen berkata tidak akan masuk."

Helaan nafas Loka kembali terdengar. Ia beralih mengelus rambut keduanya hingga mereka kembali terlelap.

Tangan sebelah kiri Loka yang di jadikan sebagai bantal untuk Meva itu mencoba menggapai ponsel di samping bantal yang awalnya untuk Meva.

Ponsel milik remaja itulah yang Loka gapai. Loka ingin tahu, apa selanjutnya langkah yang akan di ambil oleh wanita murahan itu untuk Meva.

Beberapa pesan masuk, dan mayoritas dari si peneror. Loka yakin, perempuan ini pasti penguntit.

*Kau mengabaikan pesanku?!
*Brengsek datang sekarang juga atau aku post foto itu
*Send a picture
*Aku masih ada banyak foto foto mu selama di bar.
*Oh? Kau tidak peduli? Oke.

Itu adalah pesan terakhir dari si peneror. Loka beralih membuka media sosial. Dia mengotak Atik dan menemukan akun yang telah memposting foto foto Meva yang sedang merangkul seorang perempuan.

Loka membuka kolom komentar

gf_sunoo what?? Serius ini Meva?
 

/Loka, Transmigrasi?\ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang