One Night Stand (sequel)

565 41 11
                                    

Dua bulan kemudian

Jeonghan memainkan jemarinya pada rambut hitam tebal milik Seungcheol yang ada di atas pahanya. Manik bulatnya memandang pada bagaimana cerianya sang putra yang sedang bermain lempar tangkap bola dengan Choi Younghee, ibu Seungcheol. Di sana juga ada keponakan pria itu yang berusia 6 tahun yang ikut bermain di halaman samping kediaman keluarga Choi.

"Bagaimana bisa kau dan ibumu menerimaku juga Jungwoon begitu saja?"

Seungcheol yang semula menutup matanya menikmati belaian tangan Jeonghan kini membuka matanya. "Karena Jungwoon anakku"

Jeonghan menghela nafasnya pelan, tangannya sedikit mengangkat kepala Seungcheol isyarat agar pria itu bangkit. Dan Seungcheol menurut, pria itu mendudukan tubuhnya. Ia mendapati raut wajah Jeonghan yang sendu.

"Kau dan keluargamu tak takut jika ternyata Jungwoon bukan darah dagingmu?"

"Tidak.  Karena aku dan ibu tak pernah meragukannya."

Pernyataan itu tak menyiratkan keraguan sama sekali dan entah mengapa hal itu membuatnya terenyuh.

"Kau tak senang akan menikah denganku Minggu depan? Apa terlalu cepat bagimu? Kita bisa menundanya jika kau masih meragukan ku"

Jeonghan menggeleng,"tidak, bukan itu maksudku"

"Lalu?"

Mata Jeonghan menerawang jauh. Sosok angkuh dan penuh percaya diri yang Seungcheol temui dua tahun lalu seperti menampakan warna aslinya yang kelabu.

"Hingga usiaku lima belas tahun, aku hidup di dalam panti asuhan kecil. Dengan kepala panti yang keras dalam mendidik serta segala keterbatasan. Aku tak pernah mendapat yang namanya kehangatan keluarga dan itu semua membuatku menjadi pribadi yang kaku. Hingga ibu Jisoo datang di ulang tahun ke enam belasku dan menawarkan diri menjadi ibuku. Beliau ibu yang tangguh mengingat beliau adalah singel parent yang berhasil memberikan Jisoo dan aku harta berlimpah. Tapi, nyatanya itu semua tak juga membuat hatiku menghangat. Ibu sibuk dengan bisnisnya, Jisoo sibuk dengan pergaulannya. Kami seperti memiliki benteng sendiri-sendiri."

Seungcheol mengunci rapat bibirnya dan memilih menjadi telinga untuk Jeonghan. Dua bulan menjalani penjajakan ternyata tak membuatnya tau seluk beluk kehidupan sang calon istri.

"Hingga kemudian Jisoo bertemu Seokmin, mendapatkan Chan di antara mereka. Aku melihat Jisoo berubah, dia seperti bunga yang semula terkurung dalam ruangan dan berwarna pucat kemudian di bawa keluar untuk mendapat matahari. Dan aku paham, saat itu dia menemukan hidupnya."

Pandangan Jeonghan kembali menerawang pada Jungwoon yang berpelukan dengan calon ibu mertuanya.

"Aku iri pada Jisoo. Dan mulai mencari seorang yang kelak akan memberiku seperti apa yang Seokmin berikan pada Jisoo. Tapi dengan cara yang salah. Aku terjerumus pada pergaulan bebas. Hingga berakhir menghabiskan malam itu denganmu. Dan itu adalah malam terakhir aku berhubungan dengan pria, entah mengapa caramu memandangku malam itu terasa lain dari semua pria yang pernah bersamaku. Hingga saat pagi datang dan aku terbangun dengan kesadaran bahwa apa yang kita lakukan adalah kesalahan."

Jeonghan kembali menatap mata Seungcheol dan menyentuh pipi putih pria itu. "Tapi aku tak menyesal, karena malam itu aku mendapatkan Jungwoon"

Seungcheol mengambil tangan Jeonghan yang ada di pipinya untuk ia genggam dan kecup. "Seharusnya kau datang padaku"

Wanita cantik itu tertawa kecil dan menggeleng, "walau kenyataannya aku melayani godaanmu malam itu, aku tak cukup berani untuk mencarimu dan memaksamu percaya aku mengandung anakmu"

Decakan gemas terdengar dari mulut Seungcheol, pria itu lalu beringsut mendekat dan memeluk Jeonghan. "Terimakasih sudah mepertahankannya, sejujurnya jika dari awal kau datang padaku, aku tak akan segan menyambutmu dengan tangan terbuka. Aku bahkan tak masalah jika itu bukan anakku. Karena aku sudah sangat jatuh padamu sejak malam itu Yoon Jeonghan"

Jeonghan semakin menelusupkan tubuhnya pada Seungcheol. Ia merasakan kecupan kecil pria itu di sisi lehernya. "Aku juga berterima kasih padamu karena menerimaku dan Jungwoon"

Kecupan demi kecupan Seungcheol berikan pada leher dan pundak Jeonghan sebagai pelampiasan rasa bahagianya. Dua tahun bersabarnya berbuah manis. Ia sungguh tak pernah menyesal.

"Ekhem!!!" Choi Younghee berdehem menginterupsi aksi berbagi pelukan putra dan calon menantunya. Dalam gendongannya tampak Jungwoon yang berkeringat sedang tangan satunya menggandeng cucunya yang lain.

"Tuan dan nona, bisakah kalian berhenti bermesraan. Anak kalian sepertinya kehausan"

Jeonghan dengan wajah bersemu segera melepaskan diri dari pelukan hangat Seungcheol. Sedang Seungcheol nampak mencebik sebal karena merasa terganggu.

"Ibu mengganggu saja" celetuknya.

"Tahanlah sebentar hingga pernikahan kalian terlaksana. Lagipula Jungwoon kelelahan, kau tak kasihan?! Biarkan dia bersama Jeonghan dan menyusu"

Seungcheol mendengus, walau begitu ia tetap mendekat dan mengambil alih Jungwoon.

"Hay boy kau haus?"

"Boobbie... Boobbie..."

Seungcheol mengerutkan dahi saat Jungwoon berucap demikian sambil menunjuk pada sang ibu. Pria itu lalu membawa sang putra pada Jeonghan.

"Siapa boobbie? Terdengar seperti nama laki-laki"

Melihat raut Seungcheol yang berubah masam Jeonghan tertawa kecil, ia bangkit dan menggendong Jongwoon. "Aku pamit ke kamar Bu, sepertinya Jungwoon juga mengantuk"

"Baiklah, tapi bersihkan dulu tubuh cucuku ya?"

Alih-alih menjawab Seungcheol Jeonghan malah berpamitan pada calon ibu mertua dan masuk ke dalam rumah. Tentu saja Seungcheol mengekor di belakang meminta penjelasan.

"Han! Jawab. Siapa boobie?"

Jeonghan tak menjawab, ia masih mengulum senyum dengan wajah merona.

"Jeonghan jawab dulu!! Siapa boobie?!"

Wanita itu kemudian berhenti tepat di depan sebuah kamar. Ia menatap Seungcheol yang menuntut jawab darinya. "Kau mau tu siapa itu boobie?"

Bak anak kecil pria berstatus ayah itu mengangguk. Sedang Jeonghan menghela nafas lalu menatap pada sang putra.

"Baby boy, tell dadda. What's boobie?"

Jungwoon menatap bergantian dengan mata polosnya dari ayah ke ibunya. Senyum girang lalu hadir dengan tangannya yang menepuk-nepuk pelan payudara sang ibu.

"Boobbieeee...." Jawabnya dengan girang.

Seungcheol terperanjat melihat gerakan sang putra yang masih menepuk-nepuk lalue menenggelamkan wajahnya didada Jeonghan. Sedetik kemudian ia memuntahkan tawa menyadari maksud dari kata 'boobbie' sang anak. Bahkan masih terus tertawa walau Jeonghan sudah masuk ke kamar dan menutup pintunya dengan sebal karena tawa Seungcheol.

"Hahaha... Jadi boobbie itu-"

Seungcheol menggantung kalimatnya dengan gerakan tangan yang menangkup dadanya sendiri.

________________end_________________

Terinspirasi dari bocil yang merengek minta nenen sambil bilang "boobbie...."😂

Ah, aku habis debat sama beberapa haters Seungcheol di YouTube short guys😞 dan sangat bikin sedih😭

Svt tuh pure souls guys, please jangan sakiti mereka.

Book satunya juga up ya...

Short story JeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang