Cahaya matahari yang masuk melalui jendela mengusik gadis bermata kucing yang masih memeluk papinya dengan erat. Ia menoleh ke samping kiri untuk memastikan mommynya, tampaknya mommynya sudah bangun terlebih dulu untuk menyiapkan sarapan dan lain lain.
Semakin ia eratkan pelukan pada papinya seraya mencari tempat ternyaman di lengan papinya.
Gracia datang membuka pintu kamar putrinya. Ia tersenyum saat melihat suami dan anaknya masih tertidur dengan pulas.
"Hey sayang ayo bangun, kita sarapan dulu sekalian itu kamu bangunin Erine" Gracia mengelus pipi Shani sambil mengecup bibirnya sekilas berniat membangunkan suaminya. Shani mengerjapkan matanya, betapa indahnya bangun pagi dan langsung melihat perempuan yang sangat ia sayangi. Ia lantas terduduk dari tidurnya sambil sesekali merenggangkan badannya.
"Erine biarin tidur dulu aja deh, mesti dia capek karena acara kemarin. Home schooling nya juga libur kan hari ini"
"Yaudah kalo gitu, kamu mandi dulu sana aku mau lanjutin masak" Gracia melenggang pergi dari kamar Erine. Ia kembali berkutat dengan bumbu bumbu dapur.
Hap..
"Eh!?"
"Makin hari makin cantik aja kamu" bisik Shani tepat di sebelah telinga Gracia. Ia lantas memeluk Gracia dari belakang sambil meletakkan dagunya di pundak istrinya sambil sesekali mengelus perutnya dari luar.
"Aduh diem deh kamu geli tau, aku lagi masak ini nanti kalo gosong gimana!?"
"Kalo gosong ga tinggal masak lagi hehehe" Shani mulai menciumi rahang Gracia. Gracia yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa memejamkan matanya, jujur saja ia menikmati apa yang dilakukan Shani. Tapi ia harus menyelesaikan acara masaknya itu. Hingga akhirnya..
"Papi mommy kok ga bangunin Erine sih?" Ucap Erine mendekat ke arah dapur sambil sesekali menguap dan mengucek matanya.
Shani sontak menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah anaknya. Gracia membuang napas lega.
"Huhh makasih Erine untung kamu bangun, kalo gak bisa bablas papimu itu" batin Gracia
"Tadi kamu keliatan pules banget jadi papi ga tega bangunin kamu, mandi dulu sana abis itu kita sarapan"
.
.Sementara itu di lain tempat...
Hoaammm
Oline mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia mengecek jam di hp nya. 05.15 masih cukup pagi untuk bersiap siap ke sekolah. Yah kalau diingat lagi ia sekarang berada di rumahnya bukan di apartemen. Jadi ia harus menempuh jarak lebih jauh dari biasanya.
Ia bergegas mandi dan memakai seragamnya. Jam sudah menunjukkan pukul 05.45 ia turun untuk sarapan bersama keluarganya.
"Morning bundaa"
"Morning sayang, Oline minta tolong bangunin ayah kamu"
"Kok aku sih bun, gak mau nanti yang ada malah aku disalah salahin lagi kayak semalem"
"Udah sana dicoba dulu"
Mau tak mau Oline bergegas naik ke kamar orang tuanya untuk membangunkan ayahnya. Tak disangka ternyata ayahnya sudah siap dengan setelan jas kantornya. Karena dirasa ada yang memperhatikannya, Oniel menyuruh Oline masuk.
"Oline sini, ayah mau bicara" Oline segera menghampiri ayahnya dan duduk di sofa kamar orang tuanya. Ia hanya diam tak berucap satu patah kata pun. Ini pasti rencana bundanya, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dopamine [ORINE]
Teen FictionKisah klasik antara si penyuka biru dan sang pianis berparas ayu. Dipersatukan untuk memadu kasih dan saling merayu. [DISCLAIMER] semua hal yang ada di cerita ini merupakan FIKSI dan tidak berkaitan dengan kehidupan member.