Part 13

24 2 0
                                    

Hari ini Shavanna ada pemotretan dengan brand Jennifer. Tepatnya berada di villa keluarga Adibrata yang menghadap langsung ke pantai, tepatnya di Four Seasons Jimbaran. Tema pemotretan hari ini floral dresses, dan ada sesi foto di dalam air. Shavanna sudah memakai floral long dresses with pastel blue tulle. Dengan potongan lehel V rendah membuat kesan sexy dan lembut sekaligus. Lengan mediumnya dikerut dan mengembang dibatasi oleh karet gelang, dan gaun itu diakhiri dengan bordir kupu-kupu dan aksen bunga bewarna kuning dan putih. Shavanna yakin jika Galva melihat ini pasti akan mencak – mencak karena potongan leher yang sangat rendah hingga batas pinggang yang diikat sedemikian rupa.

Sembari menunggu model lain, Shavanna berjalan ke luar kamar yang menjadi tempat make up dan ruang ganti para model untuk menyusuri villa keluarga Adibrata hingga sampai di dekat pintu yang menghubungkan villa ini dengan luar ruangan. Gadis itu pernah beberapa kali menginap di villa ini, jadi ia sudah hafal dengan seluk – beluk villa Adibrata.

"Mas Caraka," panggil Shavanna ketika melihat Caraka dengan kemeja putih dua kancing dibuka dan celana pendek senada. Rambut sedikit acak – acakan dan matanya tampak lesu. Shavanna yakin pria yang dihadapannya kurang tidur.

Caraka berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata Shavanna, gadis yang dulu ia sukai dan sekarang Shavanna terlihat sangat cantik. Betapa beruntungnya Galvanendra mendapatkan gadis itu. "Shavanna, pemotretannya belum dimulai?" Shavanna tersenyum lalu menggelengkan kembali.

"Buat gaun ini sudah sih, tapi masih nunggu model lain buat katalog yang barengan, mas Caraka ngapain di sini?" tanya Shavanna meneliti dari atas ke bawah lalu kembali ke atas lagi.

"Niana menginap di sini," Shavanna mengangguk mengerti. "Aku belum memutuskan apa – apa, kamu juga kecewa sama aku ya Shav?"

Shavanna mengangguk pelan dan tersenyum tipis. "However, I consider you like my own brother. You're an adult so you can choose what's good and what's bad." Shavanna terdiam sebelum melanjutkan kata – katanya. "Bagaimanapun anak yang dikandung Evelyn tidak bersalah, you love her? I mean Niana."

Caraka terdiam, dia tidak tau mendeskripsikan perasaannya ke Niana seperti apa, yang jelas ia nyaman berada di dekat Niana. "Aku tidak tahu, aku nyaman dengan Niana." Jawaban Caraka membuat Shavanna mengerutkan keningnya.

"Kenapa kamu mendekati Niana? Jangan bilang untuk melupakan aku." Bukan berarti Shavanna terlalu pede, tapi melihat gelagat dari Caraka sepertinya yang diucapkan gadis itu benar. "Mas kalau benar iya, you really are an asshole."

"Yes i am, awalnya iya tapi lama – lama Niana membuat aku nyaman dan berubah jadi sayang mungkin, aku berniat serius tapi ada kejadian Evelyn benar – benar di luar prediksi aku, apakah aku jahat kalau memisahkan ibu dan anak?" Caraka berpikir keras semalam. Apakah ia akan bertanggung jawab dengan membesarkan anak yang dikandung Evelyn bersama Niana tapi dalam benaknya masih tidak yakin.

"Evelyn masih kuliah mas, dengan dia mengandung cukup banyak yang akan dia korbankan nantinya, design-nya sangat bagus kemarin and I really like it, aku yakin kalau dia juga punya cita – citanya sendiri, seperti aku hingga sampai di titik ini. Ditambah kondisi keluarganya, jangan bikin dia stress ya mas." Shavanna melirik ke arah tembok di belakang Caraka lalu kembali menatap pria tinggi di hadapannya. "Kalau soal Niana, kalau kamu ingin merawat bayi itu sama dia apakah dia akan setuju? Coba tanyakan, lalu kalau kamu dengan keputusan itu apakah Evelyn akan setuju? Bagaimana cara kamu ngasih pengertian ke anak kamu kalau dia sudah paham dengan situasi kedua orang tuanya, diskusikan lagi coba di sini Niana juga engga bersalah dan engga tau apa – apa. I'll wait for your wedding invitation, entah dengan Evelyn atau Niana semoga kamu dapat memutuskan, see u mas." Shavanna hanya berniat untuk berjalan – jalan sebentar tapi ia malah ikut menceramahi Caraka.

ShavannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang