22 || Perhatian Saudara

11.2K 1.8K 1.2K
                                    

Ayo bisa yok 1K vote + 900 komentar, biar cepet ketemu saka lagi, kali ini beneran ya, kalo belum tercapai, belum aku up, kemarin aku terlanjur lelah aja karena yang baca berapa tapi yang komen bisa diitung jari (maap ya curhat dikit 🙏😭) 💕
.
.
.

Selama seminggu penuh, Saka melupakan arti istirahat, terperangkap dalam hiruk-pikuk tugas kuliah yang menumpuk. Dengan tekad kuat, ia terus menforsir dirinya, tanpa memberikan kesempatan untuk meregangkan tubuh dan pikirannya. Kehidupan tanpa istirahat seolah menjadi pilihan tak terhindarkan bagi Saka, yang terus mencari keseimbangan di antara tugas-tugas yang membelitnya.

Di satu hari, dalam ruang kuliah yang riuh, anak itu tampak lesu, hanya mampu menggolekkan kepalanya di atas meja. Pram mulai merasa khawatir atas keadaan Saka yang tidak wajar.

"Lo sakit, ya?" tanya Pram.

Saka hanya menjawab dengan suara sedikit serak, "gue lemes aja dikit."

Setelah kelas berakhir, tepatnya saat perjalanan pulang, kepala Saka terus menempel di punggung Pram tanpa sepatah kata pun diucapkan di antara mereka. Dengan sengaja, Pram memutuskan mengarahkan motornya ke rumah sakit terdekat tanpa memberitahu Saka.

"Kenapa tiba-tiba ke rumah sakit?" tanya Saka, mengangkat pandangannya saat motor Pram terhenti di gerbang loket.

"Gue mau pastiin keadaan lo."

Saka menghela napas, "Pram, gue baik-baik aja. Nggak perlu repot-repot ke rumah sakit begini."

Setelah mendapatkan tempat parkir dan keduanya turun dari motor, Pram menatap Saka cukup serius. "Lo selama ini keliatan nggak sehat di kelas, tadi juga lo bilang badan lo lemes. Gue khawatir, jadi lebih baik mastiin semuanya di rumah sakit."

Saka memprotes, "Tapi gue cuma capek belajar, Pram. Nggak perlu sesuatu yang dramatis kayak ini."

Pram tak menerima protes dalam bentuk apapun. Ia menarik Saka untuk mengikutinya masuk. " Nggak peduli mau lo sebut dramatis. Ayo masuk! Kesehatan lo lebih penting daripada tugas kuliah, Saka."

Saka menghentak-hentakkan kakinya dengan wajah muram. "Gue takut ketauan sakit lagi, Pram. Nanti harus opname lagi, gue nggak mau. Makanan rumah sakit itu nggak enak banget, Pram. Gue beneran nggak mau! Pulang aja, ayo!"

Pram mencoba menenangkan, "Saka, kita cuma mau mastiin kesehatan lo. Kalau nggak ada masalah, kita bisa pulang. Gak usah khawatir."

Saka masih terus mengeluh, "Gue pengen pulang aja, Pram. Gue janji bakal istirahat lebih baik di rumah. Nggak usah periksa, please!"

"Nggak bisa! Ayo periksa dulu!"

Pram mendekati resepsionis di rumah sakit dengan wajah cemas. "Permisi, Mbak, saya mau pemeriksaan kesehatan."

Resepsionis mengangguk, "Baik, sebelumnya silakan isi formulir ini ya, Mas."

Sementara Pram mengisi formulir, Saka yang tampak semakin lemah mencoba berbicara, "Pram, gue nggak mau di sini. Ini cuma capek belajar, bukan penyakit serius."

Pram tak merespons, berlagak tak mendengar apapun yang Saka ucapkan. Alhasil Saka hanya bisa pasrah.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya nama Saka dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Ditemani oleh Pram, Saka berbaring di atas brankar dengan wajah masam. Dokter dengan senyum ramah mencoba meredakan suasana, "Dipaksa periksa sama kakaknya ya?"

Saka menjawab dengan nada kesal, "Iya, Dok, padahal saya udah bilang, saya itu baik-baik aja."

Pram menyahuti dari kursi tempat ia duduk, "Periksa aja dulu, Dokter, nanti bakal terjawab dia baik-baik aja atau enggak."

Geng Bratadikara (SEGERA TERBIT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang