07 || Pertanyaan Raka

13K 1.5K 152
                                    

Naka melihat adiknya sudah menunggu di depan gerbang ketika ia baru saja tiba di sekolah Raka.

Diliat dari gelagatnya, pasti mau ngomel, batin Naka.

Sebelum sang adik sempat mengeluarkan kata-kata protes, ia langsung membungkam mulutnya, "Gue tahu kalau gue telat, gak usah ngomel. Biar gue jelasin dulu. Tadi gue mendadak ada rapat UKM abis itu harus nyari temen buat ambil flashdisk yang kebawa sama dia dan di jalan macet anjir, jadi mohon dimaklumi. Ayo naik."

Setelah Naka menyingkirkan tangannya dari mulut Raka, hela napas terdengar dari siswa SMA itu. Detik berikutnya, ia naik ke jok belakang motor dalam keheningan, menghela napas dalam-dalam, ia mengangguk paham setelah mendengar penjelasan dari Sang Kakak.

"Motornya Mas Saka, tuh, lo beli atau gimana sih, Mas? Diwarisin ke lo gitu? Dia jarang make, kayaknya," tanya Raka dengan rasa ingin tahu yang besar.

"Kenapa nanya gitu?"

"Karena selama lo mulai kuliah, kan Mas Saka lebih sering nebeng bang Pram. Terus motor ini lebih seringnya lo yang pake," jelas Raka.

Naka tersenyum sambil mengemudikan motor. "Karena Mas Saka males nyetir," ujarnya tanpa berpikir panjang.

"Ah." Raka langsung menyadari sifat kakak sulungnya setelah diingatkan Naka lewat jawaban sederhana itu. "Gak aneh kalo gitu," katanya.

🌱🌱🌱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌱🌱🌱

Suasana malam itu begitu hening, hanya dihiasi oleh gemerisik lembut angin di luar jendela. Dalam dapur yang hangat, lampu remang-remang menggantung di langit-langit, menciptakan atmosfer yang tenang dan nyaman. Aroma masakan Naka mulai merembes dari panci di atas kompor dan perlahan-lahan memenuhi setiap sudut ruangan.

"Baru aja nemu orang yang keliatannya dewasa, visi misinya jelas, gue kira jodoh," celetuk Saka yang terlihat baru saja selesai mandi dan masuk ke dapur.

"Ternyata?" sahut Naka yang beralih memotong daun bawang.

Sambil membuka pintu kulkas, Saka menjawab dengan logat khasnya, "Caleg, Dek."

Naka tertawa kecil. "Remok harapan e bolo." [¹]

"Buat malam puncak minggu nanti gimana, Mas? Anak band pada setuju nggak buat tampil?" tanya Naka.

Saka duduk dengan satu kakinya bertumpu pada kaki yang lain, ia menjawab sembari menyugar rambutnya, "Pada oke sih. Mungkin pak ketu udah konfirmasi ke ketua panitia lo kalo band bakal tampil."

"Oooh. Bagus deh," kata Naka.

"Mas, udah mateng belum lauknya? Laper~" Raka tiba-tiba muncul dengan muka bantal. Hal itu membuat Naka dan Saka terheran-heran.

"Lo bangun tidur?" tanya Saka.

"Nggak sengaja ketiduran tadi pas ngerjain PR," jawab Raka, tujuannya pertama masuk dapur tak jauh berbeda dari Saka, yakni menuju lemari pendingin.

Geng Bratadikara (SEGERA TERBIT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang