19 || Celetukan Adik Saka

10.6K 1.6K 709
                                    

Selamat malam semuanyaa
Ketemu lagi sama aku di cerita 3 serangkainya Pak Bratadikara
Aku up chapter selanjutnya setelah 900 vote dan 530 komentar yaa

O iya, aku mau tanya dulu nih, kalo misal Geng Bratadikara terbit, gimana menurut kalian? Komen yaa, aku mau tau pendapat kalian 👉

.
.
.
.

Pagi itu di kediaman Bratadikara, suasana ramai dan penuh aktivitas. Saka sibuk menjemur pakaiannya di halaman belakang, menyambut sinar matahari yang lembut. Pak Brata dengan serius memperbaiki pagar depan rumah.

Sementara itu, Raka dan Naka terlihat  bersiap-siap untuk pergi ke pasar. Mereka dengan kompak memikirkan tentang apa yang perlu dibeli.

Setelah Raka mengeluarkan motor dari garasi, Naka mengambil alih dan duduk di bagian depan. "Ayo," ajak Naka, mengajak Raka untuk segera berangkat.

"Eh, bapak nitip," kata Pak Brata yang berdiri di balik pagar, tingginya memang hanya sebatas dada Saka.

"Apa, Pak?" tanya Naka.

"Paku dua dim 1 kilo aja," jawab Pak Brata.

"Di bungkus, Pak?"

"Makan di tempat! Ya iyalah di bungkus. Pertanyaan lo makin diluar nalar aja, Dek," sahut Naka. Raka langsung cengengesan, sedangkan Pak Brata tertawa.

Dengan tangkas, Naka menyalakan mesin motornya, membiarkan deru kendaraan tersebut memenuhi udara pagi.

Dengan lincah, Naka menyesuaikan posisi duduknya di bagian depan motor. Raka duduk di belakang, masih terdengar sisa tawa setelah guyonan sebelumnya. Sementara Pak Brata, pria itu masih berdiri di depan pagar, tersenyum melihat kebersamaan anak-anaknya.

"Berangkat dulu, Pak. Assalamu'alaikum!" pamit Naka. Tak lama mesin motor melaju pelan, kemudian semakin cepat membelah jalanan menuju pasar.

Dalam suasana pagi yang cerah, Saka terlihat begitu asik menjemur pakaiannya di halaman belakang. Namun, kali ini ada kegembiraan tambahan. Ia mulai meliukkan tubuhnya, menari kecil seiring dengan alunan musik dari ponselnya yang diletakkan di saku celana trainingnya—kolor keramatnya baru dicuci soalnya. Setiap gerakan ringan yang dilakukannya seolah menangkap ritme lagu Heartsteel - Paranoia Ft. Baekhyun yang mengalun begitu merdu.

"Every time you pop off, they hopin' that you fall hard
They prayin' for the death of a rockstar

Everybody hatin' ever since you got more
They prayin' for the death of a rockstar!"

Setiap gerakan kecilnya seolah mengikuti dentuman musik, dan senyum ceria terpancar di wajahnya. Beberapa kali, Saka ikut bernyanyi, menyatu dengan lirik lagu yang telah menjadi temannya akhir-akhir ini. Suara cerianya menciptakan harmoni kecil yang indah dengan musik.

"Selesai~" ucap Saka dengan ekspresi berseri-seri, menyelesaikan tugas menjemur pakaiannya. Dengan tangkas, tangannya mengangkat ember kosong di depannya seolah menjadi bintang di akhir pertunjukan kecilnya sendiri. Dengan langkah mantap, Saka masuk ke dalam rumah sembari lanjut bernyanyi mengikuti lagu. Pagi itu agaknya putra sulung Pak Bratadikara memiliki dunianya sendiri di halaman belakang.

🌱🌱🌱

Dalam keramaian pasar, Raka mendadak merasa kecil di antara orang-orang yang sibuk beraktivitas. Dia melangkah dengan hati-hati, matanya cermat memperhatikan setiap gerak kakaknya, yang menjadi satu-satunya pegangan di tengah kerumunan. Raka hanya bisa diam, mengekori langkah kakaknya, seperti bayangan yang tak terlihat. Sesekali, Naka akan melirik ke belakang, memastikan Raka tidak tertinggal.

Geng Bratadikara (SEGERA TERBIT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang