4. 3 sekaligus?

1.4K 112 1
                                    

Happy reading all~!
\⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/

Ceklek

Pintu bertuliskan 'Bumi' itu tertutup setelah Yuna keluar. Bumi bari saja tertidur dan Yuna keluar agar tidak mengganggu istirahatnya. Matanya bergerak liar mencari seseorang.

Dihadapannya terlihat Sera sedang asik bermain dengan anak-anak panti dan suaminya sedang membacakan dongeng untuk anak-anak yang duduk di depannya.

Lantas, wanita berusia dua puluh tujuh itu menepuk bahu wanita yang berusia lebih tua darinya, "Ser, aku perlu bicara denganmu. Terkait Bumi," tuturnya serius.

Sera mengangguk, "kau pasti curiga bukan? Biar kutebak, apa kau akan menanyakan mengapa suhu tubuh Bumi hangat dengan napas tersendat?" Ujarnya yang terkesan bercanda. Padahal,

Tidak.

Dirinya tidak sedang bercanda, Yuna mengangguk. Menggandeng Sera menjauh dari ruang tengah.

"Kenapa? Kau mau tahu? Bukankah kau bukan siapa siapanya Bumi?" Sera menatap Yuna angkuh. Bukan apa, pasalnya ia sedikit kesal dengan orang yang berada dihadapannya. Bagaikan nasib sial bagi anak itu.

"Ayolah, aku juga perlu tahu!" Yuna sedikit berteriak. Dia memohon-mohon pada Sera dengan menunjukkan wajah memelas yang sedikit...menjijikkan dibayangan Sera.

"Why? Bukankah kau senang jika anak itu mati?" Tanya Sera.

Sementara Yuna membulatkan matanya, "Apa maksudmu! Aku tidak pernah mengharapkan hal itu terjadi!" Ujar Yuna menggebu-gebu.

"Bukankah kau sendiri yang bilang padaku saat itu? Oh, ayolah! Kau tidak pikun di usia muda bukan?" Ejek Sera. Lagi.

"Aku tidak lupa, Sera. A-aku hanya kebablasan waktu itu.." Yuna tampak menyesal. Gurat diwajahnya sungguh membuat hati Sera luluh.

"Jangan menampakkan ekspresi itu, Yuna! Jangan pernah!" Seru Sera, lantas dirinya berbalik badan, ingin kembali bermain bersama anak-anak seperti tadi. Melupakan topik utama yang mereka bahas.

Lain hal nya dengan Yuna, wanita itu bersikeras mencengkram pergelangan tangan Sera. Memohon padanya.

"Please, beri tahu aku.." lagi-lagi dengan tatapan itu. Sera muak.

"Kau tidak ada hubungan dengan, Bumi!" Benar, yang dikatakan Sera adalah sebuah kebenaran.

"Kenapa kau jadi membentakku!" Yuna menatap bengis Sera.

Ah, Yuna benar. Kenapa Sera jadi terbawa emosi begini? Yuna kan hanya ingin menanyakan perihal Bumi.

"Tapi, kau sebaiknya tidak ikut campur.. karena kau bahkan hanya seorang donatur disini, aku menghormatimu hanya karena itu," lirih Sera.

Lantas Yuna berjalan cepat dan sengaja menyenggol bahu Sera. Untung saja Sera cepat menyentuh dinding, membuatnya tidak jatuh. Yuna marah. Emosinya berada di ubun-ubun. Apakah sesusah itu? Mengetahui kondisi Bumi?

"Ck ck ck.. tingkahnya bahkan masih kekanak-kanakan," gumam Sera seraya memejamkan matanya.

~•🌍•~

Pukul 22.30 malam.

Semua anak-anak sudah tertidur di kamarnya masing-masing. Hanya tinggal Sera yang masih terjaga menunggu semua hingga benar-benar tertidur.

Tangan lentik miliknya ia gunakan untuk mengusap rambut milik Bumi. Sesekali, Sera mendengar napas tersendat anak itu. Sepertinya Bumi tidak tenang dalam tidurnya karena kesusahan bernapas.

Tes!

Air matanya jatuh secara tiba-tiba. Menimbulkan sedikit suara. Sera bahkan tidak tahu mengapa air matanya jatuh.

"Hah, kenapa aku menangis?" Sera menghapus air matanya secara kasar. Lantas tangannya berhenti mengusap rambut Bumi dan membuka laci di sampingnya.

Map coklat berlogo rumah sakit.

Matanya membaca keseluruhan isi dari kertas putih itu.

Hasil pemeriksaan lab

Nama : Bumi Batara

Usia : 3 tahun lebih 8 bulan

Diagnosa : Penyakit Jantung Bawaan (PJB), Asma, Radang paru-paru (pneumonia).

Singkat, namun membuat hati Sera rasa ditusuk ribuan jarum tajam.

Dirinya kembali menangis, tapi kali ini ada alasan mengapa dirinya menangis.

"Bisakah Bumi bertahan dengan tiga penyakit yang menyerangnya sekaligus? Bahkan dirinya masih terlalu kecil.. ini bukan penyakit biasa," isaknya.

Ya. Kalian membacanya sendiri.

Bumi terdiagnosa mempunyai PJB, Asma, dan Pneumonia. 3 sekaligus. Dan semuanya menyangkut alat pernapasan.

Ya tuhan, nasib malang apa lagi yang menimpa dirinya? Tidakkah tuhan lelah menghukum Bumi setiap harinya?

Bumi juga masih terlalu kecil untuk merasakan pahit obat-obatan rumah sakit. Juga jarum yang akan menusuk tangan kirinya.

Kertas putih bertuliskan hasil itu jatuh, jatuh di lantai yang dingin tanpa Sera sadari.

Dan juga, tanpa Sera sadari lagi, Bumi tidak tertidur lebih tepatnya berpura-pura tertidur. Rasanya sakit mendengar isak tangis ibunya.

Bumi. Lagi-lagi ibu menanis kalena tamu!

Malam itu, mereka sibuk memikirkan apa yang ada di kepala mereka. Sera dengan tangisannya, Bumi dengan kesalahannya.

Tidurlah, manusia perlu tidur untuk melewati hari esok.

♪°♪

Heyy Yo!

Aku kambek!

Apa kabar aunty uncle?? Semoga sehat selalu, Aamiin..

Yah, gitu deh, Bumi yang malang😞 Sybill aja kasian.

Untuk yang diatas, sumpah Sybill ngarang loh! Jangan dibawa sama dunia asli ya? Sybill juga masih belajar. Mwehhehe hasil contek Gugel😚

Dadah! Sampai ketemu besok lagi,

Mwah💓




DIARY BUMI (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang