1. Layla and Bumi

1.8K 155 3
                                    

Happy reading all~!
\⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/

"Ibuu..! Layla nanis, ibu.." batita dengan pacifer di kalungannya berteriak seraya menuju dapur.

"Bumi! Berapa kali harus ibu bilang? Jangan lari! Kalau kepleset gimana?!" Sera, ibu panti asuhan yang ditempati Bumi berdecak kesal. Sera memijit pangkal hidungnya pusing.

Dengan ekspresi tak bersalah, Bumi menyodorkan botol susu kosong di genggamannya. "Layla nanis ibu," ucapnya.

"Layla nangis? Bumi bisa tidak, menjaga Layla sementara ibu membuat susu?" Sera berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Bumi. Bocah gembul itu mengangguk-angguk, "Bisa! Bumi bisa jaga Layla!" Jawabnya semangat.

"Bagus, Bumi pintar! Ibu titip Layla ya?" Bumi mengangguk lagi dan berlari menuju dimana Layla berada.

Layla masih menangis. Dan Bumi bingung harus apa, lalu Bumi menatap pacifernya.

Hap!

Layla berhenti menangis. Mengemut pacifer itu dengan kuat seperti bayi yang sedang kehausan. Bumi terkikik geli, "Layla aus ya..? Tundu ibu dulu," tangan gempal itu mengelus rambut sutra Layla.

Layla adalah bayi berusia satu tahun, Layla baru saja bergabung tiga bulan yang lalu di panti asuhan Harapan. Entah apa alasannya tapi itu membuat Bumi sedih. Anak sekecil Layla harus merasakan yang namanya tidak memiliki orang tua.

Bumi tidak menginginkan ada temannya yang memiliki cerita sepertinya. Biar dia saja, sudah terbiasa.

Kalau dilihat-lihat Layla merupakan anak blasteran, matanya yang berwarna biru cerah, kulitnya seputih susu, bulu mata yang lentik. Kurang lebih mencerminkan bahwa dirinya anak blasteran. Bumi suka Layla, Layla cantik.

Layla adik terfavorit Bumi setelah Kaiya. Mereka adalah adik perempuan satu-satunya yang ada di panti asuhan. Kebanyakan laki-laki. Namun, ada beberapa anak perempuan yang sudah jauh berada di atasnya.

Bumi membulatkan matanya saat tali kalung pacifer itu dimainkan oleh si kecil Layla yang dimana membuat dirinya merasa tercekik.

"Akh.. Layla... Belhenti.. sakit," ucapnya penuh kesakitan. Wajahnya sendu, ia tau adiknya tidak salah. Maka dari itu ia tidak marah, tapi semakin lama ini semakin melilit lehernya. Kesulitan bernapas.

Bumi tidak punya pilihan. Dirinya menangis kencang dan membuat Layla ikut menangis. "Ibu..! Hiks ibu.." Racaunya.

Sera, wanita itu baru saja kembali saat mendengar tangisan kencang keduanya. Dirinya tergopoh gopoh mendatangi Bumi dan Layla.

Wajah Bumi memerah, Sera dilanda kepanikan. Tangan yang bergetar itu mencoba tenang dan melepaskan lilitan. Bayangkan saja kekuatan anak sekecil itu. 

Kalung pacifer terlepas. Jatuh begitu saja dilantai bersamaan dengan tubuh Bumi.

Sera memberikan susu pada Layla dan beralih ke hadapan Bumi.

"Ibu.. hiks.. sakit.. ibuu," adunya seraya tetap memegang dadanya. Sedikit meremas baju yang ia pakai karena sakit yang luar biasa.

Bumi mempunyai penyakit jantung bawaan dari lahir.

Sementara itu Sera tak kuasa menahan tangis, berlarian mengambil obat Bumi seraya berderai air mata.

Ibu nanis gala gala kamu, Bumi!

Sera kembali dan memberikan obat itu padanya. Dielusnya dada itu perlahan, dan perlahan pula dirinya kembali normal.

Bumi dibanjiri oleh keringat dingin, sementara Sera dibanjiri oleh air mata.

Bumi ini anak hebat, tidak mengeluh tentang penyakitnya. Berusaha untuk sembuh demi orang yang ia sayang. Karena apa? Bumi pernah bilang,

"Nanti, kalau Bumi pelgi semua nanis.. Bumi mau pelgi kalau semua senang.. Janan dulu, Bumi mau sembuh.. Bumi Ndak mau buat semua olang sedih. Nanti Bumi jadi olang jahat dong?"

Bumi anak yang benar-benar baik hati. Ia akan merasa bersalah jika ada yang menangis karena dirinya. Maka dari itu, Bumi ingin sembuh. Ia ingin kumpul dengan keluarga kandungnya seperti orang lain. Harapan kecil yang Bumi inginkan sejak dirinya mengerti bahwa orang tuanya tidak menginginkan dirinya.

DIARY BUMI (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang