Seminggu setelah menonton, aku dapat ide untuk pergi ke kebun teh. Kebun teh merupakan tempat wisata impian. Mungkin karena di masa kecil aku sering menonton sinetron dengan latar tempat kebun teh. Kali ini tidak semudah saat mengajak mereka ke Pantai. Beberapa karena terkendala biaya berhubung akhir bulan. Akhirnya aku menunda. Kemudian dua minggu berturut-turut kembali ditunda juga, digunakan untuk rapat. Rapat pembentukan panitia acara festival budaya dan rapat pembahasan lebih lanjut penampilan dalam acara festival budaya. Festival budaya merupakan acara puncak bagi Mahasiswa Pertukaran sebagai ajang bertukar budaya. Penampilan-penampilan ditampilkan dengan konsep tarian per pulau. Sehingga setiap hari ada saja teman-teman kos yang terhalang waktu.
Tak terasa satu bulan berlalu. Semua sudah mempersiapkan untuk ke kebun teh. Pastinya aku sudah mengajak Nico. Sayangnya, dia sudah lebih dulu ada rencana dengan teman-teman yang lain. Saat itu memang banyak yang pergi ke Kawah Ijen. Malam hari sebelum berangkat, aku sempat sakit. Keringat dingin dan bolak-balik toilet. Aku menduga karena sempat jajan sembarangan. Kebetulan beberapa teman kos juga membatalkan rencana ke kebun teh karena merasa kurang sehat. Aku tidak nyaman jika harus membatalkan. Aku yang membuat janji dan mereka yang menungguku mengambil keputusan. Rasanya tidak sanggup melihat kekecewaan di raut wajah mereka ketika mereka saja sudah sangat sabar menunggu.
Pagi itu, aku memilih pura-pura sehat. Beraktivitas seperti biasanya. Konon, jiwa yang sehat berasal dari pikiran yang sehat. Kakak kelasku dulu juga sempat mengatakan bahwa sakit adalah sugesti tubuh. Itu sebabnya aku selalu memaksakan diri menjadi baik-baik saja ketika sedang sakit. Aku tidak suka terlihat lemah kemudian dikasihani. Rencana pagi itu berjalan dengan baik. Dari subuh kami berangkat untuk menemani Sia ibadah terlebih dulu. Kemudian kami pergi ke kebun apel. Ada Virgy, Yesa, Khai, Sia, Putri, Wulan, dan Ayi yang percaya padaku untuk memimpin perjalanan kali ini. Walaupun, Yesa sempat kesal karena aku yang kurang tahu jalan sampai ingin membatalkan rencana. Aku juga sempat takut dengan diri sendiri. Aku takut mengecewakan mereka. Kebun apel yang kami datangi tidak menyenangkan. Tapi bukan berarti kami tidak menikmati waktu di sana. Masih ada candaan-candaan yang keluar untuk menghibur hati yang kecewa. Setidaknya, kami sudah mencoba datang. Saat duduk santai di rumput, aku sempat memberitahu Virgy bahwa aku sedang sakit. Virgy tidak terlalu percaya karena aku tidak terlihat sakit sedikitpun. Mungkin karena tiap hari aku memang sudah terlihat lemas. Yesa dan Khai pergi entah kemana, menikmati waktu berdua. Sedangkan kami asik sendiri. Sia dan Wulan yang memanjat pohon. Diiringi dengan tawa dari Ayi. Aku dan Putri yang sibuk bercerita. Didengarkan oleh Virgy. Setelah cukup lama kami berada di kebun apel, kami memutuskan melanjutkan pergi ke kebun teh. Aku memimpin jalan lagi. Namun, entah kenapa selalu ada yang tertinggal. Sebelumnya, Virgy dan Wulan yang tertinggal. Kemudian, saat menuju ke kebun teh, Khai dan Yesa yang tertinggal. Kami singgah di toko untuk istirahat sekaligus menunggu Khai dan Yesa. Kondisiku lemas. Kepalaku kembali pusing. Aku pergi ke toilet. Muntah beberapa kali. Pikiranku saat itu hanya memikirkan bagaimana aku bertahan tanpa merepotkan mereka. Kita jalan-jalan dan aku sama sekali tidak ingin merusak suasana. Keluar toilet aku masih terlihat lemas. Aku meminta Virgy memimpin jalan. Mataku tidak sanggup menatap layar ponsel. Kami tiba di kebun teh cukup lama. Kebun yang kuimpikan ada di depan mata. Aku memaksakan diri ikut mereka naik padahal sebelumnya aku sudah janji pada diriku sendiri bahwa aku hanya akan berada di kantin. Tentu saja aku tidak sanggup, tertinggal jauh di belakang. Virgy sudah memelankan langkahnya untuk menungguku. Aku mengerti itu lalu mengatakan bahwa aku akan istirahat saja. Daripada memaksakan diri dan membuat orang lain merasa bersalah.
"Makanya jangan sok kuat!" Sela Sari dan Dewi bersamaan. Aku hanya tersenyum menurut. Kali ini, mereka berdua yang penasaran tentang ceritaku selama di sana. Sari dan Dewi penasaran seberapa pentingnya kenangan di sana sampai mampu merubah kepribadianku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta Sendirian
RomanceUntukmu, Aku mengaku aku sudah jatuh cinta padamu sendirian... Terimakasih sudah memberi rasa pada hari-hariku. Tanpa pernah tahu apa kamu pernah tersenyum karenaku. Tanpa pernah tahu apa kamu pernah menangis karenaku. Dan tanpa pernah tahu apa kamu...