Part 8

40 1 0
                                    



"Izin memberitahukan bahwa teman kita sedang sakit dan sedang dirawat di rumah sakit."

Berita sakitku akhirnya keluar. Wati yang menyebarkan beritanya di grup besar. Saat itu, jujur aku jadi takut tidak ada yang menjenguk. Aku tidak peduli pada perhatian dari banyak orang, aku hanya ingin diperhatikan oleh orang-orang yang dekat denganku. Aku takut jika ternyata orang yang kukira dekat denganku, ternyata tidak datang menjenguk. Syukurnya, ketakutan itu tidak nyata. Banyak teman-teman yang menjeguk. Nabila, Yesa, Wulan, dan semua teman kosku bergantian menjaga. Aku benar-benar terharu karena mereka mau bekerja sama membantuku. Tidak dorong-dorongan tugas. Kata orang, kita bisa melihat seseorang teman kita atau bukan ketika kita sakit. Aku bersyukur bisa melihat semua teman kos dan teman-teman yang kuinginkan datang ke rumah sakit. Aku sedih dengar penyakitku. Kehadiran mereka sangat berpengaruh untuk menghibur, untuk menyadari bahwa aku berharga, untuk mengetahui bahwa aku dianggap ada oleh mereka.

Hal yang paling membuatku lebih terharu adalah mereka berusaha mengabulkan apa yang kumau. Saat itu, aku ingin Nico datang. Aku sebenarnya tidak terlalu ingin dilihat Nico dengan kondisi lemahku, dengan kondisi berantakanku. Namun, daripada memikirkan itu, aku lebih memikirkan kemungkinan aku bisa semangat. Bisa mengalihkan pikiran lesu dan lemah ini menjadi semangat. Aku tidak menyangka bahwa ada tiga orang yang mengirimi Nico pesan. Entahlah. Virgy juga ikut membantu. Pandanganku tentang dirinya yang apatis dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar, berubah saat itu. Virgy sangat baik. Dia cuek. Tidak suka basa-basi. Dia malas berinteraksi pada orang lain jika tidak diperlukan. Tetapi jika dia sudah menganggap seseorang adalah temannya, sikapnya benar-benar baik. Selama aku dirawat, selama itu juga dia berkunjung. Menjaga bersama Nabila, Yesa, atau Aya.

Hari pertama di rumah sakit, beberapa teman kos datang. Saat itu aku masih lemas. Aku tidak terlalu ingat siapa saja yang datang. Sebenarnya, aku juga sudah lupa berapa hari dirawat di rumah sakit. Hanya beberapa yang bisa kuingat. Siapa juga yang mau mengingat sakit mereka? Aku ingat hari pertama, Aya dan Virgy datang bersamaan sebelum yang lain datang. Saat itu Virgy mencoba mengirim pesan untuk Nico, siapa tahu bisa bersama datang ke rumah sakit. Hanya saja, pesannya tidak dibalas. Setelah itu, beberapa yang lain juga mengirim Nico pesan. Aku tidak tahu pasti siapa saja, yang kutahu adalah mereka orang-orang tulus yang mau membantuku. Hari kedua aku dirawat, aku meminta teman-teman kos untuk pulang. Memastikan bahwa aku bisa sendiri atau jika tidak bisa, akan ada teman kelasku yang menjaga. Bukan karena sok kuat atau sok mandiri, aku lebih memikirkan teman-teman kos yang lain juga banyak yang sakit. Aku di rumah sakit bersama perawat dan dokter, sedangkan mereka yang di rumah hanya bisa mengandalkan teman-teman kos yang sehat. Jadi, aku meminta mereka dengan keras kepala untuk pulang. Namun, beberapa jam kemudian, aku sedikit menyesal. Sedikit. Tidak banyak.

Teman pertama yang berhasil membuat teman kosku pulang adalah Awwal. Kedatangan Awwal membuat Lia tenang untuk pergi meninggalkanku. Aku juga merasa nyaman karena itu Awwal. Seseorang yang kutahu sangat peduli dengan siapapun. Aku tidak terlalu canggung dan justru minta banyak bantuan padanya. Kemudian, teman kelas yang datang menjagaku. Semuanya adalah pria. Okta, Raid, dan Zan datang bersamaan karena mereka dari kos yang sama. Canggung tentunya. Aku tidak pernah menyangka bahwa mereka yang akan menjagaku. Maksudku, ada banyak teman kelas perempuan, kenapa tidak ada satupun yang ikut? Tetap saja, aku bersyukur. Aku tidak sendirian. Sedikit panik karena mereka melihat hanya ada Awwal dan aku. Aku tidak ingin menciptakan kesalahpahaman. Tapi siapa yang peduli? Tidak ada. Bagi mereka mungkin tidak lebih dari seorang teman yang saling menjaga. Lagipula mereka tahu bahwa Awwal memang ramah pada siapa saja. Seseorang mengetuk kamar lagi, aku berharap itu teman kosku. Tetapi yang lebih mengejutkan adalah itu Ipi dan Tio. Lengkap sudah rasa maluku ingin bersembunyi di bawah selimut. Para pria itu datang di saat keadaanku berantakan. Itu bukan sebuah kebanggaan bahwa aku dijenguk oleh banyak pria. Itu adalah hal memalukan. Aku berantakan. Muka tanpa make up, tidak mandi, lemah, ditambah aku tidak tahu harus bicara apa untuk mencairkan suasana. Okta yang sadar dengan suasana canggung itu mencoba meghubungi teman kelas perempuan. Dirinya yang paling banyak tertawa, merasa lucu karena semua yang jenguk adalah pria.

Jatuh Cinta SendirianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang