Part 10

20 1 4
                                    

            Aku suka sekali makan pedas. Teman-teman di sekolah dulu tahu itu. Sejak SD sampai SMP aku bisa tahan makan sambal level berapapun. Namun, ketika SMA aku mulai mengurangi makan pedas. Walaupun mulutku tahan dengan makanan pedas, perutku tidak bisa menahannya. Aku tinggal di asrama sendirian. Jadi, aku harus mengurus diriku dengan baik. Kemudian, saat kuliah aku tidak bisa berhenti menyukai rasa pedas. Aku kembali makan makanan pedas. Pada akhirnya aku kembali sakit.

Aku tidak tahu bagaimana setiap harinya aku menjadi sangat suka dengan Nico. Aku semakin menumbuhkan ekspektasiku kepadanya. Kemudian, aku sendiri menjadi sakit karena terbuai dengan ekspektasi itu. Cara jatuh cintaku kali ini berbeda dari sebelumnya. Aku tidak pernah mencari perhatian seperti aku mencari perhatian pada Nico. Aku ingat sekali ada beberapa momen aku ingin perhatian darinya. Aku ingin mengajaknya pergi melihat matahari terbit di tempat tinggi. Namun, tidak ada waktu yang tepat untuk mengajaknya. Padahal sudah didukung Mita karena kebetulan mereka juga mau pergi.

Malam pertama latihan gabungan festival budaya, kami dibagi menjadi beberapa bagian terpisah dengan jadwal terpisah. Saat itu, aku tidak bisa memperhatikannya karena kami harus fokus pada penampilan. Selesai latihan, aku merasa tubuhku kembali lemas. Saat itu, aku meminta Nurma mengantarku pulang. Aku berharap itu Nico, tetapi saat-saat sakit seperti ini aku harus sedikit rasional. Nurma bingung mengantar menggunakan kendaraan siapa. Kebetulan di dekat kami ada kepala suku, jadi aku minta izin meminjam motornya. Tidak kusangka, dia memanggil Abi juga untuk mengantarku pulang. Abi yang saat itu sudah bosan menunggu giliran penampilannya, tentu saja setuju mengantarku. Aku sedikit melantur saat di motor, mengatakan bahwa aku berharap yang mengantarku adalah Nico. Dia tahu perasaanku, dia sama sekali tidak tersinggung dan justru meminta maaf. Aku dan Abi sama-sama tertawa. Sebelumnya aku sudah mengatakan agar dia pelan-pelan membawa motor dan memberitahu jika ada polisi tidur karena perutku benar-benar sakit.

Malam berikutnya, aku kuat untuk pulang bersama teman-teman kos lainnya. Saat itu aku sama sekali tidak bisa menebak perutku. Kadang terasa sangat sakit, kadang juga tidak terlalu sakit. Aku masih belum tahu apa pemicunya selain makanan. Aku jelas sangat menjaga makananku. Bahkan, teman-teman satu kos membantu agar aku bisa menjaga makananku. Aku memang berniat cari perhatian pada Nico, tetapi bukan dengan terlihat lemah.

Malam ketiga, malam gladi kotor, banyak sekali mahasiswa berkumpul. Aku merasa energiku cepat habis karena melihat banyak manusia. Sebelum pergi latihan, aku sempat menghabiskan waktu sendirian menonton bioskop. Makan sendirian juga. Kota itu adalah kota kenangan dimana aku berani melakukan apapun sendirian tanpa peduli pendapat orang lain. Awalnya, aku mengajak Nico untuk menonton bersama. Aku juga mengajak teman-teman kos untuk menonton. Namun, karena Nico lebih sibuk saat itu, aku tidak ingin mengganggunya. Aku tidak ingin memaksanya. Teman-teman kos juga tidak terlalu suka genre film yang kupilih. Sampai sekarang, aku tidak menyesal sama sekali bisa menonton sendirian.

Selesai gladi kotor, ada sedikit evaluasi. Perutku sudah sakit ketika evaluasi. Tidak lama, tubuhku gemetar dan mulai mual. Aku masih mencoba menahannya dengan makan. Cerobohnya, aku tidak membawa minum. Kemudian semuanya jadi kacau untukku. Aku terlihat lemah di depan teman-teman satu angkatan. Aku sedikit bersyukur ada seseorang selain aku yang berhasil menarik perhatian mereka, entah apa yang terjadi. Sia minta bantuan orang lain. Ayi berada di sisiku, menemaniku. Kemudian Zul menghampiri. Setelah itu entah pergi kemana mencari minuman untukku. Aku muntah di wastafel. Aku ingat teman-temanku memberi perhatian padaku. Betapa bersyukurnya aku dengan hal itu. Beberapa hal yang kuingat lagi adalah banyak yang mencari Nico. Sedangkan aku meminta mereka mencari Virgy. Saat seperti itu, aku tetap harus berpikir rasional. Aku tidak bisa memanfaatkan kelemahanku untuk mendapatkan perhatian Nico. Aku perlu Virgy karena dia punya motor. Kami kembali ke kos. Aku hampir jatuh di depan kos karena terlalu lemah. Sampai Virgy harus membopong ke dalam kos. Kemudian, aku sudah lupa apa yang terjadi. Aku hanya ingat beberapa teman kos pergi melihat matahari terbit bersama Virgy dan Nico. Mereka bersenang-senang. Sebenarnya aku sedikit sedih saat itu. Aku ingin pergi bersama Nico. Setidaknya aku ingin menambah kenangan bersamanya lagi. Namun, aku tahu aku harus bersikap dewasa. Aku tidak boleh menjadi penghalang mereka bersenang-senang. Lagipula aku sudah mengatakan pada Mita kalau mereka ingin pergi, pergi saja tanpaku. Aku mengatakan itu tetapi tersakiti sendiri. Sampai sekarang aku belum bisa menerima kondisi semalam yang mengharuskanku tinggal karena sakit itu.

Jatuh Cinta SendirianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang