#01. Sen Benimsin : Ninghat

3.1K 61 1
                                    


"BERHENTI!!"

Suara keras dari salah seorang anggota Polisi masih terdengar walau telinganya telah terhalang oleh helem hitam yang menutupi wajahnya.

Sial, mereka masih diikuti. Mengapa para Polisi itu masih mengikuti rombongannya dan malah mengabaikan si brengsek Harkan dan gengnya? Ah, ya. Harkan adalah anak dari Kepala Polisi. Zarfan lupa mana mungkin para budak negara ini menangkap anak dari sang atasan. Sudah pasti Harkan sialan itu akan mengadu pada ayahnya seperti biasa. Bocah pengecut itu tak pernah berubah sejak dulu.

Kembali Fokus, itulah yang Zarfan lakukan. Memutar otak agar mendapat cara cepat umtuk membebaskan rombongannya dari kejaran Polisi. Hingga perempatan jalan muncul di depannya. Sudut bibir lelaki itu terangkat keatas. Perlahan ia mengangkat tangannya untuk mengepal keudara sebelum kemudian membukanya, memperlihatkan lima jari yang mengarah ke angkasa dan memberi kode agar semuanya berpencar tanpa suara.

Seolah mengerti dengan perintah sang panglima, satu persatu motor anggotanya mulai terlihat berpencar menjadi empat regu mengikuti masing-masing jalur. Zarfan tersenyum, kembali membenarkan posisinya mengendarai sang kuda besi dan mulai berlalu melaju di jalanan. Sekarang tinggal dirinya dan satu mobil Polisi yang masih mengekornya di belakang. Nampaknya mereka sudah tau siapa ketuanya.

Beruntung ia tak gegabah dan hanya meminta sebagian anggota untuk mengikuti tawuran kali ini. Jika seluruh pasukan turun tangan, sudah pasti mereka akan di tangkap dengan mudah.

Zarfan memasuki gang-gang sempit guna mengecoh para Polisi. Ia dengan sengaja memasuki area kecil yang hanya bisa dilalui dengan motor. Lelaki itu berhenti sejenak, menatap kearah belakang guna melihat keberadaan mobil Polisi yang ternyata telah berhenti sebelum kembali melaju mengambil jalan berbelok.

Zarfan mulai kembali berkendara dan mulai mencari tempat bersembunyi. Dirinya harus cepat jika tak ingin tertangkap. Beruntung ia menemukan pos ronda lama yang tengah kosong. Rerumputan liar yang mulai tumbuh di antara kayu-kayu yang telah lapuk itu membuat Zarfan yakin tempat gelap ini tak lagi di gunakan.

Dengan perlahan ia memarkirkan motor di samping pos ronda yang hampir roboh itu. Mengambil jas hujan dari jok motor dan mulai menutupi seluruh bagian motornya. Setelah selesai, Zarfan mundur beberapa langkah dan bernafas lega melihat motornya yang menyatu dengan kegelapan. Dengan sekali tarikan, ia melepas helem hitam yang menutupi wajah tampannya. Menyembunyikan pelindung kepala itu di bagian bawah kayu pos ronda yang sudah lapuk.

"Iya pak, cari di sana juga!"

"Sial!" Umpat Zarfan saat mendengar suara petugas Polisi tadi.

Zarfan buru-buru menunduk dan bersembunyi. Samar-samar dia melihat adanya bulatan-bulatan api obor yang lebih dari satu. Sepertinya kini para warga juga ikut mecari dirinya.

"Fuck, sembunyi di mana lagi?!" Tanyanya bingung.

Dengan perlahan Zarfan kembali berlari. Entah dimana dia sekarang, malam sudah semakin larut dan ia sudah mulai lelah. Terlalu sering berbalik menatap kearah belakang hingga tak sadar ia sudah menabrak seekor ayam betina yang tengah tertidur di pinggir jalan.

"Saya dengar ayam pak Karsum berkokok pak!" Teriak salah satu warga.

"Ayam sialan!" Zarfan semakin berlari, hingga jalannya terhenti lantaran mendengar suara warga yang berada tepat tak jauh di belakang dan di depannya saat ini. 

Dirinya di terkepung. Melihat adanya tembok yang ada di samping kirinya membuat Zarfan membuang nafas kasar. Walau lengan dan bahunya kini tengah terluka, dia tak memiliki pilihan lain selain melompati pagar itu. Lagi pula sepertinya pagar ini tak terlalu tinggi.

Sen Benimsin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang