...o0o...
Zarfan turun dari mobil sport miliknya, berjalan dengan teman-temannya yang juga keluar dari kerumunan untuk berkumpul bersama anggota MULTIFITER yang lain. Riuh penonton yang sudah berkumpul di arena balap yang sebenarnya adalah bandara tua yang sudah tak aktif itu.
Netra mata hitam tegasnya mencari pria bernama Neo Aldebaran yang malam ini menjadi bintang yang harus bersinar. Sebelum Zarfan akhirnya menemukan Neo tengah telfonan dengan seseorang di belakang mobil sport miliknya. "Iya, aku paham. Iya sayang, iya."
Kata yang Neo ucapkan itu membuat Zarfan yakin pria itu tengah di omelin Vingkan, gadis yang sudah menjadi tunangannya. Tak ingin mengganggu Zarfan beralih menatap ke arah yang lain untuk meminta sebatang rokok dari anggota MULTIFITER lain.
Setelah sebatang rokok yang sudah dia nyalakan bertengger di bibirnya, barulah Zarfan kembali. Menyesap kumpulan nikotin itu dalam diam menatap riuhnya para penonton anggota SIRON di sisi lain lintasan pesawat ini.
"Zarfan? Tumben lu telat." Kata Neo yang sudah selesai dengan panggilan telfonnya.
Lelaki berambut biru itu menyesap sekali batang rokoknya sebelum mengangguk. "Gue ada urusan sebelum ke sini. Vingkan gimana?"
Neo terkekeh sebelum ikut menyender di samping mobilnya. "Biasalah, ngomel-ngomel dulu sebelum matiin panggilannya," lelaki itu menyibakkan rambut frustasi sebelum mengambil sebatang rokok dari saku celananya. "Kayaknya gue harus puasa lagi, nih. Bangsat lah."
Mendengar itu seutas tawa muncul dari bibir Zarfan, ia menghembuskan asap dari bibirnya sebelum menunjuk Neo dengan tangan yang masih bertengger rokok di sela jemarinya. "Lo harus menang makanya. Setidaknya lo gak malu liat muka Harkan sama Marfin nanti."
Neo bersmirk. "Emang kita pernah kalah?"
Mereka berdua terkekeh sebelum keduanya terdiam menyesap rokoknya masing-masing. "Zarfan," panggil Neo dan lelaki itu menoleh."Kenapa lo serahin dia ke gue? Lo sendiri pasti udah tau anggota Siron emang sengaja cari masalah dengan kirim Marfin ke wilayah kita. Tapi liat lo malah nyuruh gue buat ambil alih? Selain penolakan buat jadi ketua Multifiter, gue gak pernah liat lo nolak kesempatan untuk turun di lintasan," Neo tentu menyadari apa yang sedang terjadi.
Dia tak menyesal, namun hanya heran saja Zarfan jadi tiba-tiba sering menghilang dari perkumpulan dan sekarang malah menolak untuk balapan? Ini seperti bukan Kazarfan Luan yang dia kenal. "Gue cuman pengen tau alasannya."
Zarfan tersenyum remeh sebelum membuang puntung rokok yang sudah habis ke jalanan. Sebari kakinya menginjak, bibirnya berbicara dengan tenang. "Sekarang ada hal baru yang bisa bikin gue seneng selain balapan." jelasnya sembari menatap Neo.
"Apa? Pacar?" Tebaknya dan Zarfan mengangguk menatapnya.
Neo tertawa remeh. Narendra Kazarfan Luan jatuh cinta? Mendengarnya sebanyak seribu kali pun dia sebenarnya tak akan percaya. Neo dan saudara kembarnya Aldebaran sudah berteman selama hampir delapan tahun dengan Zarfan. Mereka sudah kenal satu sama lain seperti saudara, bahkan dia ada saat Zarfan menceritakan firs sexnya dengan mantan lamanya dulu saat SMA.
Mendengar bagaimana lelaki ini menceritakan bahwa dia jatuh cinta pada gadis baik-baik yang menjadi pelayan cafe di wilayah mereka, itu membuat Neo ingin menjitak kepala pria sok tampan ini. "Taruhan lima juta, gak sampe tiga bulan sama dia lo bakalan bosan."
"Gue udah masuk tiga bulan sama dia." Kata Zarfan dengan seulas senyuman bangga.
Neo tak mau kalah. "Sepuluh juta," katanya dan langsung mengambil atensi Zarfan. "Gak sampe seminggu lagi pasti lo bosan. Dan akhirnya tu cewek nangis kejer di depan pagar rumah lo minta balikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sen Benimsin
Teen FictionCeritanya masih on going ya.. [Rabu, 13, Maret, 2024] ...o0o... "Sen Benimsin." "Itu bahasa apa lagi, Zar? aku gak ngerti." "Turki." "Artinya?" "Kamu milikku." ...🖤... "Sekeras apapun lo coba kabur, gue bakal tetap bisa nemuin lo dimanapun itu. Me...