#15. Sen Benimsin : Bayaran Psikolog Pribadi

1.4K 53 32
                                    


...o0o...

Sehari setelah kejadian itu Novia meyakinkan dirinya untuk hidup dengan tenang karena jika dia tak hidup dengan baik, orang tuanya pasti akan kecewa padanya. Tuhan tau gadis itu kuat dan hingga di beri cobaan hidup seperti ini. Ini sudah jadi takdir hidupnya menjadi anak yatim piatu, bagaimanapun dia tak boleh menyesal dengan apa yang dia alami.

Kini ia hanya bisa berjuang agar hidupnya tak lebih buruk dari ini. Toh sekarang dia jadi tau nama panjangnya adalah Novia Andara. Ditambah keberadaan makam kedua orang tuanya yang sudah dia ketahui dengan jelas membuat gadis itu bisa dengan mudah berkunjung kapan saja.

Walaupun hanya berbicara dengan kumpulan tanah kering dengan batu nisan, tetap saja dia gugup setiap kali memikirkan apa yang akan dia ceritakan pada mereka saat dia berkunjung nanti. Rasanya seperti bertemu kembali dengan keluarga setelah merantau jauh, namun bedanya Novia hanya berbicara sendiri. Sedih rasanya, sama seperti kemarin saat dia menangis di temani Zarfan. Jika saja Zarfan tak memintanya pulang, mungkin Novia masih menangis di dua makam keluarganya itu.

"Makan vi, jangan cuman di liatin buburnya." Kata Zarfan mengangetkan gadis itu dari lamunannya.

Novia kini tersadar dan langsung menatap mangkuk berisi bubur ayam yang tadi Zarfan berikan padanya. "Iya Zar." Katanya sebelum lanjut makan dengan pelan.

Mereka kini berada di kamar kos Novia lagi. Zarfan membantu gadis itu mengerjakan tugas atau lebih tepatnya Zarfan yang membuat keseluruhan makalah tugas kuliahnya. Sedangkan Novia hanya di mintai makan dan beristirahat setelah pulang bekerja tadi. Seharian ini terlepas dari tiga jam di kampus Zarfan selalu menemaninya bekerja dan mengantarnya pulang.

Lelaki itu mencari makanan yang Novia inginkan dan sekarang malah mengerjakan tugas kuliahnya. Novia sadar kini memang dia perlu seseorang untuk bersandar, namun apa memang bisa ia bersandar pada Zarfan? Lelaki yang notabennya bisa kapan saja mencampakan Novia saat dia bosan.

"Nanti aja ya Zar habisin buburnya? Aku gak napsu makan." Bujuknya.

Zarfan menghembuskan nafas berat. Dia tau gadis nya ini tengah bersedih namun dia juga tak mau Novia sakit. "Lo tau kan kalau lo belum makan seharian ini?"

"Iya, tapi ku simpan dulu, ya? Nanti pasti ku habisin kok." Novia berucap memelas berharap Zarfan mengerti. Namun seperti biasa bukan Zarfan namanya kalau langsung menurut dengan lembut. "Lo gak boleh keluar rumah kalau sampe makanan itu gak lo habisin,"

"Kalau sampe lo sakit, bisa berhari-hari gue ngurung lo di sini. Perhatiin lo dua puluh empat jam tanpa ketahuan siapapun," Zarfan menatap dengan penuh keyakinan membuat Novia semakin memelas padanya. "Gue gak main-main vi. Lebih baik lo habisin makanan itu dan tidur sebelum gue yang nidurin lo." Ancamnya.

Novia tak berkutik setelah itu. Beberapa kali dia berdecak kesal hingga akhirnya dia berhasil menghabiskan bubur ayamnya dan meminum jamu yang Zarfan bawa entah dari mana. Rasanya sangat tak enak, namun dia minum saja. Katanya untuk vitamin tambahan.

Setelah mencuci peralatan mamkannya di kamar mandi, gadis itu kembali duduk dengan gelas air dan menemukan Zarfan sudah selesai dan sekarang menutup laptopnya. "Tugasnya udah selesai, mau sekalian gue Prin buat lo?"

Gadis itu menggeleng setelah meminum air dan meletakan gelasnya di meja belajar. "Gak usah. Aku bisa sendiri. Udah kamu bantu aja kek gini udah cukup kok. Makasih."

Zarfan mengangguk saja. "Rambut gue udah mulai pudar." Katanya sambil melihat dirinya di pantulan cermin yang tak jauh darinya. "Bagusnya setelah ini warna apa lagi ya?"

"Kenapa gak hitam aja?"

"Mean stream. Pengen yang beda aja biar santai. Gue terlalu ganteng kalau rambutnya wana hitam. Takutnya ada yang suka." Lelaki itu berbicara sembari mengangkat alisnya di depan kaca. Oh ya, jangan lupakan wajah sok ganteng yang memang ganteng itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sen Benimsin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang