...o0o...
Satu minggu kemudian, Novia masih terjaga pada laptop dengan tugas Psikologi Abnormal yang masih menunggu untuk di kerjakan. Sudah beberapa kali Novia menguap lantaran mengantuk, melihat jam yang sudah pukul satu malam membuat gadis dengan celana panjang oblong berwana biru itu menggelengkan kepalanya mencoba fokus untuk terus mengetik makalah yang akan di kumpulkan besok.
Terdengar suara sepatu yang beberapakali menapak di balik dinding kamarnya. Saat Novia menoleh Zarfan sudah mencoba naik kebingkai jendela, tak perlu waktu lama sebelum lelaki itu masuk ke dalam kamar. "Gue bawa martabak telur,"
Novia sedikit menyergit menatap Zarfan yang datang dengan kaos oblong, terlebih bagian bahu kaos itu sobek seperti habis di cakar atau di tarik. Zarfan yang sadar dirinya di perhatikan mengikuti arah pandang Novia ke sobekan kaosnya yang ada di bahu sebelah kiri. "Tauran," jelasnya singkat dan Novia langsung mengerti.
Novia sedikit menatap sinis gampang sekali Zarfan menyebut tauran, seperti itu memang sudah biasa untuknya. Namun gadis itu mencoba acuh dan mengangguk saja. Zarfan perlahan memilih duduk di meja yanng sama dengan Novia sambil memakan martabak yang masih hangat itu. "Tugas kampus?"
"Iya." Jawabnya.
"Aa.." Perintah Zarfan meminta Novia memakan martabak di tangannya.
Gadis itu menurut dan menggigitnya sekali dengan mata yang tak beralih dari laptop. Sesaat kemudian baru Novia sadar mengapa juga dia menurut? ini juga kenapa Zarfan jadi mendadak manis begini, sampai menyuapinya segala.
"Mana hp lo?" Tanya Zarfan membuat Novia tertegun sesaat.
"Rusak." Katanya. Zarfan mengerutkan kening. "Kenapa bisa?"
Novia membuang nafas gusur, "Kamu ingat waktu kamu marahin orang di telfonku hari itu?" Zarfan menginggat dan mengangguk. "Dia marah besar hari itu, aku di introgasi di kamar mandi, sampai tasku di ambil dan hpku di jatuhin ke wc." jelas Novia pasrah.
Lelaki itu heran. "Terus lo pasrah gitu aja?"
Novia tersenyu getir. "Aku cuman mahasiswa yang bergantung di biaya siswa, Zar. Kasus kayak gitu cuman buat biaya siswaku terganggu karena mereka punya orang tua dengan nama besar,"
Zarfan sedikit tertegun, pasalnya itu yang kerap dia lakukan pada adik kelasnya jikalau suntuk. Mendengarnya dari Novia membuatnya jadi sedikit merasa bersalah. "Belum lagi dengan teman-teman geng motor mereka itu yang selalu ngekor kaya ular."
Perhatian Zarfan langsung terfokus untuk mendengar lebih. "Geng motor?"
Novia mengangguk sambil mengambil sepotong martabak. "Iya, geng motor besar itu. Apa ya namanya? Si.. Siron! Yah, SIRON."
Sedikit lega mendengar bukan nama komplotannya yang di sebut. Zarfan lanjut memakan potongan martabak dengan senyuman tipis di wajahnya, memang anggota SIRON yang di pimpin pria bernama Haris itu tak pernah beres sama seperti ketua mereka.
Sebentar kemudian Zarfan rasakan ponselnya bergetar. Dia menarik itu dari kantong celana dan mengangkatnya setelah melihat layarnya lalu tersenyum sengit, enatah karena apa.
"Zar lo di mana?!" Ucap suara dari ponsel Zarfan, Dentuman musik yang keras membuat Novia menebak lelaki itu ada di bar atau tempat diskotik.
"Siapa?" tanya lelaki lain.
"Si Zarfan." jawab orang di sebrang itu. "Halo?? Woi bangsat! Nomong!" Lanjut orang itu mulai kesal.
Zarfan terkekeh sebelum bersuara. "Yoi, Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sen Benimsin
Teen FictionCeritanya masih on going ya.. [Rabu, 13, Maret, 2024] ...o0o... "Sen Benimsin." "Itu bahasa apa lagi, Zar? aku gak ngerti." "Turki." "Artinya?" "Kamu milikku." ...🖤... "Sekeras apapun lo coba kabur, gue bakal tetap bisa nemuin lo dimanapun itu. Me...