Novia yang sudah membuka sepatu perlahan membuka kunci pintu kosan dengan lesu. Hal pertama yang dia lihat begitu pintu kos terbuka adalah Zarfan yang tengah minum di depan pintu kulkas. Novia langsung memandang sekitar sebelum bergegas masuk ke kamar.
"Kamu ngapain di sini?" Kesalnya.
Amarahnya sejak di Cafe tadi seakan terbawa karena kembali melihat lelaki yang sudah membuatnya kalang kabut itu. "Cappucino gue mana? Lama bener." Huh, kata-kata sindiran itu masih terngiang-ngiang di kepalanya sendari tadi.
Zarfan menyerngit bingung. "Kenapa? Salah gue datang di sini?"
Novia diam, benar juga Zarfan kan tak tau dia marah karena apa. Ini masalah pekerjaan, toh bukan salahnya juga. Kini kepalanya benar-benar tambah pening. "M-maaf aku lagi ada masalah di tempat kerja. Liat kamu tiba-tiba di sini bikin aku kaget, trus malah marah. Emosiku betulan lagi kacau sekarang, maaf ya?" ucapnya tulus.
"Kamu udah lama?" Tanya Novia mencoba berbasabasi. Zarfan masih mengenakan pakaian yang sama seperti yang lelaki itu kenakan saat di Cafe tadi, Hoodie hitam dan kupluk senada yang menutupi rambut birunya.
Zarfan menutup pintu kulkas setelah meneguk air gingin beberapa kali. "Dari tadi."
Novia menjawab dengan anggukan. Kakinya melangkah masukdengan lesu ke dalam kamar untuk meletakkan ransel berat yang sendari tadi tergantung di pundaknya.
Setelah ransel yang ia kenakan dia simpan di atas meja, baru saja ingin berbalik mengambil segelas air Novia malah tak sengaja menabrak Zarfan yang ternyata dari tadi mengekorinya. "Aduh!"
Zarfan mengerutkan kening. "Lo kenapa sih? Dari tadi kaya gak fokus gitu?"
Novia memegangi jidatnya, "Udah aku bilang cuman masalah kerja Zar." Resahnya, sungguh dia tak ingin Zarfan mengingatkannya pada masalah di Cafe tadi.
Pikirannya jadi kacau lagi, tadinya mau bersikap biasa saja tapi malah terbawa suasana. Tak mungkin kan Novia bilang kalau ini karena tadi sore? Dilain sisi, sikap Novia semakin membuat Zafran bingung. Dia tak terbiasa melihat Novia begini tapi juga tak tau caranya membujuk wanita agar bercerita.
Akhirnya lelaki itu memilih mengalihkan pembicaraan. "Lo tau gak?" Novia memandangi Zarfan yang berbicara. "Gua warnain rambut,"
Zarfan bergerak melelepas kupluk yang menutupi rambutnya. Kini rambut hitam yang sering Novia lihat berganti menjadi warna biru tua. Warna rambut lelaki itu seperti lautan dalam, pikir Novia. Ingin rasanya dia berkata "Udah liat kali!" tapi dia sadar sekarang dirinya tak ingin membahas itu.
"Gimana?" Lanjutnya.
Novia tersenyum mengangguk. "Warnanya cocok banget sama kamu,"
"Iya lah. Orang ganteng mah di apapun juga ganteng, Vi." Kembali Zafran kenakan kupluk itu. Novia yang penasaran mulai bertanya. "Kamu udah gak di hukum lagi Zar?"
Lelaki itu mengangguk. "Gak lagi. Tapi uang bulanan gue di potong bokap." Kesalnya.
Novia memangut-mangut. "Aku ambil minum dulu ya? Haus." Zarfan mengiyakan sebelum gadis itu pergi.
Novia berdiri di depan kulkas lalu mengambil botol air dingin, di teguknya beberapa kali air dari botol itu dengan tatapan kosong. Otaknya tiba-tiba kosong, memikirkan kenapa dirinya aneh sekali hari ini. "Aku harus pura-pura gak terjadi apa-apa. Dia gak boleh sadar kalau aku kerja di Cafe kak Danu."
Setelah selesai ia kembali masuk kedalam kamar berniat mengerjakan tugasnya yang belum di kerjakan. Zarfan yang tengah berbaring di kasur bangkit merubah posisi menjadi duduk saat melihat Novia mulai membuka laptopnya sambil duduk di meja belajar yang ada di sampingnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sen Benimsin
Ficțiune adolescențiCeritanya masih on going ya.. [Rabu, 13, Maret, 2024] ...o0o... "Sen Benimsin." "Itu bahasa apa lagi, Zar? aku gak ngerti." "Turki." "Artinya?" "Kamu milikku." ...🖤... "Sekeras apapun lo coba kabur, gue bakal tetap bisa nemuin lo dimanapun itu. Me...