#03. Sen Benimsin : Mampir Ke kamar

1.3K 64 0
                                    


...o0o...

lantaran ada yang membooking untuk acara ulangtahun. Novia sudah seminggu ini lembur kerja bersama dua pegawai lain di Cafe tempatnya bekerja. Cafe Summer tempat Novia bekerja ini di miliki oleh Danu, seorang koki di sana, istrinya Sinta adalah menejer sekaligus sahabat Novia semasa di panti asuhan dulu. Satu lagi pelayan di sana bernama Tanisa yang masih bersekolah di salah satu SMK kejuruan kota.

Sinta sudah seperti kakak untuk Novia, mereka menghabiskan waktu tumbuh bersama hingga membulatkan tekat untuk keluar dari panti asuhan dan hidup mandiri bersama. Hingga akhirnya Sinta bertemu dan menikah dengan Danu yang kebetulan baru merintis karir di dunia bisnis pada masa itu.

Mereka memulai bekerja bersama dan bertemu Tanisa, seorang gadis yang tengah mencari pekerjaan untuk modal membangun toko roti milik ibunya sendiri. Mereka bekerja layaknya keluarga, bahkan sudah beberapa kali Novia dan Sinta mengambil rapot Tanisa di sekolah sebagai wali menggantikan ibu Tanisa yang sering berhalangan hadir.

Nama Summer Cafe terinspirasi dari musim panas, saat dimana Danu dan Sinta pertama kali menjalin kisah kasih asmara mereka. Dua insan romansa itu percaya jika pada musim itu mereka berdua di beri berkah hingga di pertemukan dan masih langgeng hingga sekarang.

Sangat klise namun Novia terpaksa terus mendengar kisah dari falsafah nama Cafe tempatnya bekerja ini hampir setiap hari karena Sinta yang sangat suka menceritakan kisah itu berulang-ulang dengan sangat detail. Dia melupakan Novia yang sudah bosan mendengar kisah yang sama terus-menerus.

"Terus kak? Waktu Kak Danu ajak kakak pacaran kakak gak ada pemikiran apa gitu?" Tanya Tanisa yang sedang berdiri menumpukan badannya pada kain pel.

Sinta yang sedang menghitung uang di mesin kasir pun mengangkat pundaknya acuh.  "Waktu itu Mas Danu terlalu ganeng buat di tolak. Mana pas nembak udah di sodorin kalung lagi, siapa coba yang bakal nolak."

"Sekarang udah jelaskan kenapa kak Danu dari awal milih kak Sinta buat jadi menejer sekaligus bendahara Cafe? Jiwa matrenya emang udah terpancar tiap liat perhiasan." Novia yang sedang membersihkan meja pelanggan ikut menimpali tanpa mengalihkan pandagannya.

Sinta memandangi Novia horor sambil melempari gadis itu kertas pesanan bekas pelanggan. "Berisik!"

Novia Hanya tersenyum sambil mengambil wadah bekas milkshake dan kertas yang tadi Sinta lempar padanya. "Udah kelihatan tetap aja gak mau ngaku."

"Ck, Novia! Mulai deh." Kesal si bumil.

Danu yang baru keluar dari dapur menghampiri istrinya. "Udah sayang, bumil kok marah-marah terus," Sinta hanya mengerucutkan bibirnya sambil menyusun semua uang di dalam mesin kasir. "Lagiankan pertanyaan pertama yang kamu tanyain waktu kita duduk makan hari itu malah berapa harga kalung yang aku kasih itu kan?"

Perkataan Danu berusan membuat Sinta mendadak kaget sekaligus kesal pada pria berstatus suaminya itu. Namun belum sempat ibu hamil itu melontarkan pukulan mautnya, Danu sudah menjauh dan itu berhasil membuat tawa Tanisa dan Novia pecah saat itu juga. Entah mengapa Sinta terus saja tak mau mengakui kalau dirinya itu memang pelit.

"Capek deh kak!" Ucap Tanisa sambil menepuk jidatnya.

Novia mengangguk menyetujui perkataan Tanisa. "No coment, hahaha!"

Mereka kembali bekerja dan membereskan Cafe. Jika sudah tutup begini sebenarnya dalah waktu terleleh Novia, namun sering sekali terjadi percakapan lucu di antara keluarga ini hingga membuat Novia sedikit lupa akan lelahnya. Beruntung hari ini bisa tutup lumayan cepat, Novia jadi bisa beristirahat dengan benar.

"Novia, hari ini kamu jangan nginap dulu ya? Ibu mertua hari ini  datang ke rumah soalnya." Ucap Sinta saat tengah  menunggu suaminya mengunci pintu Cafe.

Sen Benimsin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang