#06. Sen Benimsin : Tenang...kan?

1K 39 0
                                    

...o0o...

Novia baru saja selesai mengantarkan pesanan kopi di meja dua sebelum mendengar perkataan Sinta yang tengah memainkan polsel di meja kasir. "Tauran lagi ya kemarin malam, untung bukan di kawasan ini."

Tanisa yang sedang ikut membaca jurnal yang sama di samping Sinta ikut mengagguk. "Iya tuh."

"Kenapa coba bahas soal tawuran. Kakak tuh lagi hamil, jangan baca berita-berita gak baik, awas lho kalau nular di anaknya gimana?" Novia mengingatkan.

"Ini itu cara update pengetahuan lingkungan sekitar, Novia. Dengan begini kan kita jadi tau mana kawasan yang aman di lewati dan mana yang gak." mendengar penjelasan Sinta, Tanisa ikut memangut-mangut setuju meninggalkan Novia yang argumennya tak di dengar.

"Bener banget tuh kak. Contohnya Cafe kita ini, adanya di kawasan kekuasaan geng MULTIFITER yang terkenal itu. Kak Danu aja sampai butuh ijin dulu sama ketuanya waktu mau buat Cafe ini, iya kan kak Sinta?" Tanya Tanisa dan Sinta mengangguk setuju.

Novia memutar mata malas, mulai lagi deh Tanisa dengan cerita pergeng motornya. Sudah sanat sering Gadis itu menceritakan hal yang sama. Novia pun sampai bingung kenapa muda mudi di kampusnya sangat mau masuk di geng motor seperti itu. Tak hanya laki-laki perempuan pun banyak yang mencari gebetan anak geng motor agar bisa masuk lewat jalur orda. Padahal isu geng motor ini baru naik lima tahun lalu, sekarang sepertinya sudah berkembang lebih pesat saja seperti yakuza di jepang.

"Terus nih ya, kata teman kelasku yang berhasil masuk. Pacarnya dulu itu masuk ke sana harus ngalahin beberapa anggota gengnya di ring tinju. ada juga yang masuk karena nolongin anggota geng yang terluka, atau bantu nyembunyiin barang dan rahasia geng." Jelas Tanisa sambil tangannya masih sibuk menekan pompa gas mesin expreso.

"Terus Tanisa? Kamu gak ada niatan buat macarin anak geng motor itu?"  Novia memberi pesanan Mokacino pada pelanggan yang ada di depannya. "Ini pesananya, terima kakasih." Pelanggan itu tersenyum sebelum membayar dan pergi.

Gadis yang di tanya berdigik ngeri. "Aduh, jangan dulu deh. Gimana mau pacaran, Anak geng SIRON itu kebanyakan anak konglomerat angkuh yang gak akan mungkin bisa ketemu sama aku yang cuma pelayan ini. Sedangkan kubu sebelahnya, MULTIFITER meskipun mereka nerima siapa aja untuk jadi anak gengnnya, aku tetap gak bisa masuk karena ibu yang pasti gak bakal setuju kalo aku punya pacar anak geng motor."

"Tapi mas Danu kayaknya bakal gabung di MULTIFITER." Novia dan Tanisa pun sontak menoleh pada Sinta dengan tatapan tak percaya.

"Hah?! Kak Danu betulan mau masuk?!" Tanya Tanisa.

"Iya Tanisa," Pria yang sadar namanya di sebut keluar dari dapur dengan tangan yang masih basah setelah mencuci piring. "Kita perlu berpihak di satu sisi kalau memang mau Cafe kita bertahan di kawasan ini. Lagian kalau di lihat MULTIFITER termasuk aman untuk kita jalin kerja sama pengamanan area. Mereka kan bersih dari narkoba."

Novia menatap kedua suami istri ini bergantian. "Tapi minuman keras? Beneran gak papa kak?"

Danu menggnggam tangan istrinya Sinta dengan yakin. Mereka sudah membahas masalah ini selama berhari-hari dan keputusannya sudah mutlak. "Mereka juga pasti lihat tempat, Cafe kita hanya Cafe santai tanpa alkohol berat."

Tanisa tersenyum gembira memikirkan tempat kerjanya kini akan di penuhi pria tampan. "Yay! Berarti gak suntuk lagi dong! Sekarang aku bakalan liat bad boy secara langsung dan bukannya anak kutu buku! Aaa senangnya!"

Novia menggeleng sambil melempari Tanisa dengan kain lap yang tadi di gunakan Danu untuk mengeringkan tangannya. "Rasain! Tolong deh itu pelanggan udah nunggu Capucino pesanannya dari tadi."

Sen Benimsin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang