bab 1

61 9 0
                                    

Harlan

Pagi pagi disambut, dengan rintik gerimis yang mengguyur kota bandung dengan deras. Gue menimang sesuatu, apakah harus menunggu sebentar lagi hingga rintik ini berhenti, atau langsung pergi, tanpa menunggu.

Ke-dua tangan gue sudah mulai menggenggam stir sepeda. Gue memilih menunggu, lagian waktu masuk sekolah masih cukup banyak, gue benar-benar menunggu hingga rintik semakin enggan turun.

"Ibuu, Harlan berangkat!" Gue berseru, setelah pamit didalam rumah, gue akan kembali pamit saat hendak berjalan keluar dari pagar rumah.

Menggoes sepeda, menyusuri bandung, adalah hal yang baru untuk gue kali ini, dari semua tempat gue lebih memilih untuk kabur ke kota bandung. Kota masa indah orang tua gue memulai cinta.

🎵

Seperti dugaan gue, cewe pengganggu itu udah duduk didepan meja gue, sambil memegang kotak bekal. Hampir genap satu Minggu gue menjadi murid baru disekolah ini. Tepat pada kenaikan kelas 12.

Jumlah siswa yang genap, sekarang menjadi ganjil, karena bertambahnya gue, memilih untuk duduk sendiri, dari pada harus berinteraksi untuk mengajak sana sini untuk menjadi teman. Tempat duduk paling belakang, adalah Spot paling cocok untuk manusia yang malas berinteraksi.

"Hay, kamu udah sarapan lan? Kebetulan aku bawa bekal dua," ini adalah gadis baik hati, dengan senyuman ramah, yang selalu menyambut gue setiap pagi. Kata kata yang kebetulan itu hanyalah omong kosong, mana ada kebetulan yang ia lakukan setiap hari.

Gue terdiam, malas menanggapi. Lagian kenapa si? Perasaan gue diem doang pas awal masuk, kenapa tiba tiba malah ditempelein!

"Ga perlu," tolak gue, gue duduk menelungkup wajah disela sela pergelangan tangan gue. Hingga suara seruan, membuat gue mendongak.

"Tuh Kan! udah gue bilang, ga usah keyra, peduli banget si sama dia, heran gue!" Teman sebangkunya mencibir, dia menatap sinis ke arah gue. Gue ga peduli, mau dia melotot sampe matanya keluar juga ga bakal bikin tubuh gue remuk, kena sorot matanya yang kaya leser.

"Kamu diem dulu deh din." Dia menyuruh temannya untuk diam. "Iya udah, bekalnya aku taro sini ya, terserah mau diapain." Dia meletakan kotak bekal berwarna cream, diatas meja gue. Gue diam, tak mau membalas gadis yang keras kepalanya melebihi batu.

Kedua gadis itu kembali berbicara, keyra dan Dinda. Mereka duduk didepan gue. Satu kata untuk dua orang itu, brisik!

Gue merasa sepi diricuhnya kelas ini, ini bukan yang biasanya, ini membosankan. Gue yang biasa menciptakan keramaian malah merasa sepi ditengah keramaian.

"Gue nyesel jadi temen Lo!"

Suara itu teringat tiba tiba, gue menunduk Memilih untuk memejamkan mata menunggu bell masuk.

Waktu berlalu dengan cepat dalam diam, bell Isitirahat mulai berdering nyaring.

Gue memainkan ponsel, tanpa berniat memakan bekal dari keyra, gadis yang duduk didepan gue.

"Kenapa ga dimakan? Ga enak ya?" Sial! Bukannya dia terlalu melunjak?

"Hargain pemberian orang, udah dikasih minimal dimakan!" Desis teman sebangkunya.

Seperti biasa gue hanya diam, gue sebisa mungkin ingin menolak orang orang yang masuk dimasa gue saat ini. Jangan ada didekat gue, nanti bisa terluka ataupun tersakiti.

SIAPA SANGKA? 15.30 DIKARA WAKTU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang